Keracunan MBG, Butuh Islam untuk Menyembuhkan
Oleh. Anni Silaturrahmah, S.Pd
(Pendidik dan Inspirator Gen Z)
SSCQMedia.Com—Siswa di Tasikmalaya terduga keracunan makanan setelah mengkonsumsi menu makanan yang didapat dari Makan Siang Gratis (MBG). Dari data yang didapat, korban makin bertambah hingga mencapai 400 pelajar. Korban berasal dari semua kalangan baik tingkat TK, SD, SMP, SMA. (Detik.com, 2/5/2025).
Tujuan diadakannya MBG yaitu untuk menurunkan jumlah stunting pada anak. Dengan menu makanan sehat dan bergizi yang harapannya anak akan menjadi sehat sehingga akan mudah dalam menyerap pembelajaran di sekolah. Akan, tetapi baru-baru ini muncul keresahan karena makanan yang seharusnya menjadi sumber energi, tapi justru menambah penyakit.
Hal ini membuktikan bahwa petugas yang bertanggung jawab atas MBG ini kurang teliti dalam hal kehigenisan makanan yang disalurkan. Sehingga setelah kejadian keracunan makanan ini, pihak sekolah, Puskesmas dan walikota setempat masih terus melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap sampel makanan untuk diuji melalui laboratorium.
Kejadian ini merupakan secuil bukti yang menunjukkan bahwa MBG adalah solusi yang tidak solutif. Dari awal diadakan program ini pun sebenarnya sudah menimbulkan banyak pro kontra. Permasalahan stunting yang terjadi pada anak tidak bisa hanya diatasi dengan Program MBG. sebelum mencari solusi kita cari terlebih dahulu akar permasalahannya.
Stunting yang terjadi pada anak bisa terjadi oleh banyak faktor, salah satunya karena pola hidup yang tidak sehat. Makanan bergizi yang dikonsumsi oleh anak menjadi pemicu anak mengalami stunting atau tidak. Akan tetapi, untuk bisa terpenuhi makan bergizi ini tergantung dari pendapatan sang orang tua. Karena makanan bergizi ini tidak bisa didapatkan dengan gratis di kehidupan yang apa-apa pasti butuh uang. Sekedar membeli susu dan buah-buahan terkadang harus banting tulang seharian.
Hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab pemimpin yang seharusnya bertanggung jawab dalam memberikan kesejahteraan kepada para pemimpin rumah tangga. Yakni dengan menyediakan lowongan pekerjaan sehingga memudahkan seorang suami dalam menafkahi anak dan istrinya. Namun faktanya, selain serba mahal juga serba sulit. Lowongan pekerjaan sulit didapat, meskipun ada lowongan hanya untuk orang-orang yang sudah sarjana, dan hanya untuk orang-orang dalam. Sehingga semakin minim harapan untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga agar terhindar dari kesengsaraan dan penyakit stunting.
Satu kondisi yang disepelekan oleh para pemimpin ternyata bisa menjalar ke bidang kehidupan yang lain. Maka dari itu, dalam Islam seharusnya pemimpin itu meriayah umat dengan baik. Mengurus segala urusan rakyatnya, baik itu hal kecil sekalipun seperti makanan bergizi. Pemimpin juga seharusnya menjamin kesehatan rakyatnya, sehingga tidak akan ada korban yang tiba-tiba keracunan makanan. Jika pemimpinnya saja lalai dalam mengurus rakyatnya, bagaimana kesejahteraan itu bisa didapatkan.
Inilah yang terjadi jika pemimpin itu hanya sibuk dengan urusan yang menguntungkan dirinya sendiri. Program MBG hanya menjadi program yang sia-sia jika akar dari permasalahan yang sesungguhnya tidak diselesaikan. Maka dari itu, sangat perlu adanya seorang pemimpin yang betul-betul peduli dan mengurus rakyatnya dengan baik, sehingga tidak hanya kesehatan yang didapat, tetapi juga keberkahan dari Allah Swt. [My]
Baca juga:

0 Comments: