Kelaparan di Gaza, Hanya Butuh Jihad dan Khilafah
Oleh. Rhizka Zulfia
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik yang sangat mengerikan. Laporan terbaru dari berbagai sumber menyatakan bahwa stok makanan di wilayah tersebut benar-benar habis, terutama akibat penutupan perbatasan dan serangan brutal yang dilancarkan oleh Israel. PBB melalui Program Pangan Dunia (World Food Programme atau WFP) menyatakan bahwa mereka kehabisan stok makanan karena akses masuk bantuan diblokade secara total oleh Israel (Antaranews.com, 29-4- 2024).
Kemudian dalam laporan Kompas TV menyebutkan bahwa krisis pangan di Gaza kian memburuk, dengan hanya tersedia sedikit bahan makanan seperti pasta dan nasi, bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan setengah dari penduduk Gaza. Satu-satunya pabrik roti yang masih beroperasi juga telah dibom oleh Israel, semua itu menambah penderitaan rakyat yang kelaparan (Kompastv.com, 25-4-2025).
Tidak hanya itu, harga bahan pokok melonjak tajam, dan ketersediaan air bersih pun makin menipis. Dapur-dapur umum yang selama ini membantu rakyat berhenti beroperasi karena kehabisan stok bahan makanan (Antaranews.com, 30-4-2024). Ditambah lagi serangan militer Israel terus menggila di tengah krisis pangan, menyebabkan puluhan warga sipil tewas dan tertimbun reruntuhan bangunan (Bisnis Update, 2-4-2024).
Sungguh memprihatinkan kondisi saudara muslim di Palestina. Oleh sebab itu kondisi seperti ini, penting untuk mengingatkan kepada saudara muslim lainnya tentang tegasnya perintah Allah swt. dalam firman-Nya yang artinya "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) jangan melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (TQS al-Baqarah:190).
Maka ayat ini jelas menunjukkan bahwa ketika umat Islam dizalimi dan diserang, kewajiban mereka adalah melakukan perlawanan, yaitu jihad.
Namun hingga hari ini, jihad sebagai solusi nyata belum juga dilakukan oleh negeri-negeri muslim. Akan tetapi sebaliknya, para penguasa justru berkhianat dengan menormalisasi, menjalin hubungan diplomatik, serta melakukan perjanjian dagang dengan Israel. Mereka lebih memilih menjaga stabilitas politik dan ekonomi dengan Barat serta Israel, dibanding membela kehormatan umat yang terzalimi di Gaza.
Jika melihat jauh dalam sejarah Islam, Palestina tidak pernah bisa direbut dan dibebaskan kecuali dengan kekuatan politik dan militer yang terpusat. Seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab, Shalahuddin Al-Ayyubi, dan para pemimpin Islam lainnya. Rasulullah SAW. juga menghadapi ancaman Yahudi, dan beliau mengatasinya dengan kekuasaan politik dan pasukan yang bersatu di bawah bendera negara Islam.
Sedangkan saat ini, umat Islam tercerai-berai dalam lebih dari 50 negara, tidak memiliki kepemimpinan tunggal yang mampu melindungi kehormatan dan darah kaum muslimin.
Oleh karena itu, penegakan Khilafah Islamiyah adalah keniscayaan sejarah yang syar’i. Sebab dengan Khilafah, jihad dapat dikomandoi secara resmi, logistik disalurkan dengan tepat, dan musuh-musuh Islam dapat dihadapi dengan persatuan kekuatan umat.
Melihat kondisi Gaza hari ini bukan hanya persoalan kemanusiaan. Melainkan hasil dari penjajahan, pengkhianatan, dan keterpecahan umat Islam. Maka solusi parsial seperti bantuan kemanusiaan, diplomasi, atau perundingan tidak akan pernah mampu mengakhiri penderitaan rakyat Palestina.
Umat harus menyadari bahwa jihad adalah kewajiban syar’i. Dalam kondisi seperti ini, hanya Khilafah, satu-satunya institusi yang mampu memobilisasi jihad secara sah dan terstruktur. Serta perjuangan menegakkan Khilafah adalah bagian dari perjuangan menyelamatkan Palestina dan seluruh umat Islam. Gaza memanggil kita. Saatnya kembali kepada solusi Allah: Jihad dan Khilafah. [ry]
Baca juga:

0 Comments: