Hubungan Netanyahu-Trump yang Retak: Refleksi Lemahnya Persatuan Kaum Kafir
Oleh. Aqila Fahru
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Keputusan Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, untuk menghentikan komunikasi langsung dengan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, menjadi sorotan dunia. Menurut laporan Yanir Cozin, seorang koresponden Radio Angkatan Darat Israel, melalui unggahannya di platform X, keputusan Trump ini didasarkan pada informasi dari Menteri Strategis Israel, Ron Dermer, yang menyebutkan adanya manipulasi oleh Netanyahu terhadap Trump.
Ketegangan ini kabarnya dipicu oleh kegagalan Israel dalam memberikan rencana konkret terkait Iran dan kelompok Houthi di Yaman, sebagaimana dilaporkan oleh Tempo.co (9/5/2025). Selain itu, kurangnya solusi mengenai isu Gaza turut memperburuk hubungan kedua belah pihak.
Meskipun Trump dan Netanyahu kerap terlihat kompak dalam kebijakan militer maupun politik, kenyataannya hubungan mereka rapuh dan dilandasi oleh kepentingan masing-masing. Hal ini mencerminkan karakteristik hubungan di antara mereka yang tidak benar-benar solid, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an, Surat Al-Hasyr ayat 14:
"Mereka tidak akan memerangi kamu secara bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan di antara mereka sangat hebat. Kamu mengira mereka bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu karena mereka adalah kaum yang tidak berakal."
Ayat ini menjelaskan bahwa sekalipun kaum kafir terlihat bersatu dalam memusuhi Islam, sebenarnya persatuan mereka hanya bersifat sementara, didorong oleh kepentingan yang pragmatis.
Kesadaran Umat Islam untuk Menggali Potensi
Di tengah berbagai tantangan, umat Islam perlu menyadari kekuatan besar yang mereka miliki. Sejarah mencatat, ketika umat bersatu atas dasar akidah yang benar, mereka mampu menghadapi tantangan dan menegakkan keadilan. Rasulullah saw. beserta para sahabat telah memberikan teladan bagaimana membangun persatuan atas dasar iman dan takwa, yang menghasilkan kejayaan peradaban Islam.
Namun, persatuan ini tidak muncul secara instan. Umat Islam perlu dibangkitkan dan disadarkan melalui dakwah yang terencana dan berkelanjutan. Dakwah ini harus menanamkan pentingnya akidah Islam sebagai dasar utama persatuan serta membangun semangat juang yang diwariskan generasi terdahulu.
Untuk itu, diperlukan peran jemaah dakwah yang ideologis, yang menjadikan Islam sebagai pemersatu umat. Dakwah ini diharapkan mampu membimbing umat menuju perjuangan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw., sehingga urgensi persatuan dapat dipahami dan diwujudkan.
Khilafah sebagai Jalan Persatuan
Persatuan umat Islam bukan hanya sebuah harapan, melainkan sebuah keniscayaan yang harus terus diperjuangkan. Sejarah membuktikan bahwa ketika umat bersatu di bawah kepemimpinan Islam yang kaffah, mereka menjadi kekuatan besar yang mampu memimpin dunia.
Khilafah, sebagai sistem pemerintahan yang berlandaskan syariat Islam, menjadi solusi utama bagi tegaknya kepemimpinan sejati umat. Melalui Khilafah, umat Islam dapat melindungi dirinya secara fisik dan pemikiran, sekaligus mewujudkan pembebasan Palestina dari cengkeraman penjajahan Zionis. Pembebasan ini hanya akan terwujud melalui jihad yang dilandasi iman dan keyakinan kepada Allah Swt. Wallahua’lam bis shawwab. [My]
Baca juga:

0 Comments: