motivasi
Gaza Boleh Hancur, Akhlak Penduduknya Kian Termasyhur
Oleh. Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Rumah mereka boleh hancur, bahkan mereka tak lagi bisa sekolah. Kehilangan orang terkasih sudah biasa. Dentuman rudal menjadi hiburan kala menunggu kematian.
Yang lainnya boleh saja hilang dari mereka tapi tidak dengan akidah mereka. Mereka boleh kehilangan masa depan tapi tidak dengan Rabbnya. Mereka kukuh memegang akidah dan keyakinan mereka kepada Sang Pencipta.
Meski tangisan mengisi hari-hari mereka, tapi lantunan Al-Qur'an tetap menggema di seantero Palestina. Al-Qur'an membuat mereka lupa akan kepahitan hidup. Al-Qur'an adalah obat dari segala obat. Al-Qur'an membuat dada mereka lapang untuk tetap melanjutkan hidup meski dunia tak lagi berpihak pada mereka.
Mereka boleh ditinggalkan oleh keramaian dunia. Tapi mereka tidak ingin Allah meninggalkannya. Mereka tetap yakin kepada Rabbnya bahwa semua ini hanya sementara.
Mereka tidak peduli jika harus kehilangan semuanya tapi tidak dengan akidahnya. Mereka tidak ingin kehilangan cinta-Nya. Yang lain boleh tidak peduli tapi mereka tidak sanggup jika Allah sudah tak menghendaki kebaikan pada mereka.
Tanah Palestina boleh hancur berkeping-keping tapi tidak dengan Islam mereka. Islam selamanya dalam dada. Mereka tidak ingin yang lain, asal Allah bersamanya maka mereka rida atas segala ketetapan-Nya.
Adakah kita peduli pada generasi Palestina? Bukankah mereka juga anak-anak kita. Bukankah mereka butuh kita, mengapa tak ada empati di hati kita?
Mereka sudah tidak ingin berharap pada negeri-negeri Arab. Mereka sangat kecewa kepada para penguasa negeri muslim. Mereka tidak ingin lagi menggantungkan harapan pada makhluk. Dunia lupa jika mereka punya Sang Khalik yang tidak akan pernah mengecewakan.
Nak, tetaplah tabah meski harus berdarah-darah. Tetaplah kuat meski dunia tak lagi melihat. Aku masih di sini mendoakanmu penuh semangat. Tak ada lagi yang perlu kamu ingat kecuali Allah yang Maha Melihat.
Kita seharusnya malu pada generasi Palestina. Mereka tetap mencintai petunjuk hidupnya (Al Qur'an) meski kondisi kehidupannya tak lagi indah dan sedap dipandang mata. Mereka tidak menyesali kehidupannya yang porak poranda akibat genosida. Mereka tidak takut pada musuh meski setiap saat peluru siap menembus jantung dan kepala mereka. Mereka rida pada apa yang telah Allah tetapkan.
Tapi kita, bagaimana dengan kita. Adakah pernah sekali saja, kita bersyukur atas segala nikmat dari Sang Pencipta, atau justru belum pernahkah sekalipun kita benar-benar mensyukuri atas hadirnya segala karunia?
Sungguh tidak tahu diri jika kita tak sekalipun mensyukuri segala nikmat yang diberi. Bahkan dalam kondisi yang tidak sesuai dengan ekspektasi pun seharusnya kita wajib mensyukuri karena kita tidak pernah tahu bisa jadi kehidupan yang sedang kita jalani pernah membuat iri para pembenci. [ry].
Payakumbuh, 1 Mei 2025
Baca juga:

0 Comments: