Headlines
Loading...
Eksploitasi Eks Pemain Sirkus, Dampak Kapitalisme?

Eksploitasi Eks Pemain Sirkus, Dampak Kapitalisme?


Oleh. Risa Fitriana, S.Pd
(Freelance & Inspirator Hikaff)


SSCQMedia.Com—Sejumlah mantan pemain sirkus anak di Oriental Circus Indonesia (OCI) membeberkan pengalaman pahit berupa dugaan kekerasan dan eksploitasi yang dialami korban sejak kecil. Muhammad Soleh selaku kuasa hukumnya menyebutkan bahwa  para mantan pemain sirkus itu yang kini sudah dewasa mengalami kerja paksa, dipisahkan dari orang tua, dan menerima kekerasan fisik selama bertahun-tahun di bawah pengelolaan OCI dan Taman Safari Indonesia. Lebih mengejutkannya lagi, korban tidak diberikan identitas, tidak disekolahkan (pendidikan formal), serta tidak menerima bayaran atau gaji khusus (Tempo.id, 23/4/25).

Mereka juga sempat melaporkan kasus tersebut sejak berhasil kabur dari Taman Safari Indonesia sekitar tahun 1997 tapi tidak ditanggapi dengan alasan kasusnya sudah kadaluarsa (Nasional.kompas.com, 21/4/2025). Padahal, kasus ini termasuk pelanggaran HAM yang berat karena sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan menjadi pertanyaan besar bagaimana sebenarnya regulasi di sistem demokrasi yang katanya sangat menjunjung hak asasi manusia.


Eksploitasi Manusia

Meskipun kasus ini masih berbasis dugaan, tapi banyak warganet yang lebih mempercayai penjelasan korban dibandingkan klarifikasi pihak OCI dan Taman Safari. Disebabkan banyak track record buruk atau istilahnya ‘tajam ke bawah dan tumpul ke atas’ yang sering dilakukan oleh para penegak hukum. Hal inilah yang menyebabkan trust issue sehingga masyarakat cenderung berpihak pada korban.

Apalagi kasus tersebut pernah dilaporkan tapi  korban mengaku tidak ada perkembangan yang diharapkan. Sedangkan pengangkatan kasus yang kedua kalinya ini pun masih diperdebatkan dan dibantah oleh pihak tertuduh. Kasus seperti ini sebenarnya bukan hal tabu lagi dalam sistem Kapitalisme. Di mana dalam sistem tersebut pihak pemilik modal yang berkuasa, sehingga regulasi negara cenderung berada di tangan mereka.

Apabila mereka melakukan tindakan kriminal,  penguasa bisa dibungkam dengan alasan beberapa kepentingan yang saling menguntungkan. Jadi, tidak salah kalau masyarakat saat ini banyak yang kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah karena hukum cenderung tidak berpihak kepada rakyat biasa.


Islam Menjunjung Tinggi Eksistensi Manusia

Islam merupakan agama yang sempurna dan paripurna, mengatur segala aspek kehidupan termasuk eksistensi manusia. Keamanan, kesehatan, hingga pendidikan setiap orang sangat diutamakan dalam Islam. Setiap orang dari buaian ibu sampai akhir hayatnya diberikan pendidikan gratis. Selain itu, Islam juga memiliki sistem keamanan yang ketat dan dibangun atas keimanan kokoh sehingga pengaturannya berjalan dengan baik dan tidak ada kesenjangan di dalamnya.

Kasus seperti eksploitasi manusia seperti ini tentu tidak akan terjadi karena pemantauan yang ketat. Selain itu, tidak ada hiburan yang melibatkan atraksi membahayakan dari manusia bahkan hewan. Apalagi dalam sirkus tersebut, mereka bermain tanpa pengaman sehingga ketika terjadi kecelakaan akan sangat mengancam nyawanya.

Namun, aturan Islam yang mengatur keamanan, menjamin pendidikan dan kesehatan masyarakat dengan tujuan menjaga eksistensi manusia hanya dapat direalisasikan dalam sistem Khilafah.  Oleh karena itu, selama kapitalisme masih mengambil alih dunia maka problematika umat akan terus terjadi.

Pemisahan agama dari kehidupan dan asas manfaat yang menjadi prinsip dalam sistem Kapitalisme tidak akan mampu membawa umat pada kesejahteraan. Berbeda dengan Islam yang berasaskan rida Allah semata sehingga tidak ada ketidakadilan dan ketimpangan aturan yang merugikan satu sama lain. Masih belum percaya? Coba buktikan dengan mengkaji syariat Islam! [US]

Baca juga:

0 Comments: