Headlines
Loading...
Rentannya Mental Remaja, Akhiri Hidup di Usia Belia

Rentannya Mental Remaja, Akhiri Hidup di Usia Belia

Oleh. Anindya Vierdiana
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Masa remaja katanya adalah masa yang paling indah dengan segala kisah cinta dan persoalannya. Namun, berita-berita terkini justru menyuguhkan pelbagai kasus bunuh diri di kalangan remaja. Lebih parahnya lagi, kasus remaja mengakhiri hidup di usia belia semakin meningkat dalam tiap tahunnya. Lalu apa penyebabnya?

Seorang remaja berinisial KS (19) nekat mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai di Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut). Bunuh diri itu diduga dipicu karena korban frustasi tidak diizinkan orang tuanya berangkat kuliah usai dinyatakan lulus seleksi (detik.com, 21/3/2025).

Rentannya mental remaja bukanlah perkara sepele karena efeknya menyebabkan seseorang tergerak untuk melakukan bunuh diri. Tentu saja, krisis mental ini menjadi isyarat yang menakutkan bagi masa depan remaja. Saat seseorang berada dalam keputusasaan dan tekanan sebab terlilit masalah yang begitu rumit. Maka, dengan mudah untuk mengakhiri hidup, seolah persoalan akan selesai dengan diakhirinya hidup.

Adapun terkait kesehatan mental, Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) mencatat sebanyak 15,5 juta remaja Indonesia atau satu dari tiga remaja Indonesia usia 10-17 tahun mengalami masalah kesehatan mental (GoodStats.id, 24/10/2024).

Persoalan ekonomi juga menjadi salah satu penyebab yang mengkhawatirkan. Banyaknya pengangguran hingga menyentuh angka 9,9 juta jiwa ini semakin membuat remaja ketar-ketir. Kemudian persoalan di dunia pendidikan yang tidak kalah menguji mental remaja, di mana persaingan makin ketat untuk menempuh pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi serta persoalan biaya yang tidak murah. Tekanan demi tekanan bermunculan. Putus cinta, persoalan dalam pergaulan, korban bulying, kehidupan sosial, persoalan keluarga. Ini disinyalir sebagai penyebab meningkatnya remaja bunuh diri.

Dengan berbagai dinamika kehidupan yang dialami remaja, mengakibatkan mereka semakin depresi karena persoalan demi persoalan seolah buntu solusi.  Hal ini menyebabkan mereka semakin tenggelam dalam keputusasaan.

Persoalan kesehatan mental para remaja yang kemudian menjadi penyebab mereka memilih untuk mengakhiri hidup di usia belia tentunya ada tokoh sentral di baliknya yaitu sistem sekularisme kapitalisme yang memiliki cara pandang dalam memisahkan kehidupan dan agama serta materialistis, sehingga gambaran remaja mengenai arti kebahagiaan dan kesuksesan adalah dari perspektif sistem sekuler kapitalis. Standar kebahagiaan hidup adalah kesuksesan dalam meraih materi, kesenangan duniawi sehingga ketika gagal dalam meraihnya maka para remaja ini akan mengalami depresi. Apalagi banyak orang tua dan sekolah serta lingkungan yang memang mendidik anak dengan didikan sekuler kapitalis. Tontonan dan media sosial nyatanya sering menyuguhkan konten-konten berbau sekuler kapitalis dan solusi menye-menye yang membuat mental semakin rapuh. Akibatnya, mereka mengalami krisis identitas yang tidak mampu memfilter mana yang dapat dijadikan sebagai role model dan mana yang tidak layak dijadikan teladan. Walhasil, imbas dari hantaman pemikiran sekuler kapitalis dengan dijejali kesenangan semu inilah yang melahirkan generasi bermental rentan dan berkepribadian rapuh serta lemah sehingga mereka menjadi tidak paham akan cara pandang yang benar dalam menyelesaikan persoalan hidup.

Islam Solusi Hakiki

Sejatinya kunci kebangkitan umat Islam adalah dengan hadirnya generasi muda yang mampu memberikan perubahan yang hakiki. Perubahan Islam menuju peradaban yang gemilang. Oleh sebab itu, para remaja harus dibina dan ditanamkan akidah Islam sedari dini agar terbentuk pola pikir dan pola sikap Islam serta pembekalan berupa pemahaman bahwa Islam memiliki solusi dalam mengatasi setiap persoalan kehidupan. Generasi muda harus kembali kepada fitrah Islam.

 Dengan demikian, mereka yang telah diberikan pemahaman Islam kafah akan memandang bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban, bahwa Allah maha mengawasi, bahwa suatu kesuksesan atau kebahagiaan tidak terletak pada materi, tetapi sejauh mana seseorang dalam menjalankan Islam secara menyeluruh. Kemudian mereka akan menyibukkan diri dalam kebaikan dan menyeru kebaikan. 

Semua itu bisa didapat secara utuh dengan peran pemerintah sebagai institusi tertinggi dalam suatu negara yang memiliki peran dalam meriayah umat. Baik dalam lingkup keluarga, pendidikan, lingkungan maupun sosial ekonomi.

Maka, keterpurukan generasi adalah suatu kepastian jika tetap mengadopsi sistem sekuler kapitalisme sebagai landasan. Untuk itu, solusi yang hakiki dalam mengembalikan generasi dalam fitrah Islam dan menjaga mental remaja agar akalnya tetap sehat serta mencegah dan mengatasi seluruh persoalan dari daun hingga akar adalah dengan menerapkan aturan Islam kafah.

Wallahulam bissawaab. [An]

Baca juga:

0 Comments: