Oleh. Kikin Fitriani
(Kontributor SSCQMedia.Com, Aktivis Muslimah)
SSCQMedia.Com—Kaum muslimin merayakan hari kemenangan Idulfitri dengan berbagai seremonial, tetapi sudah sepantasnya umat memahami tata cara merayakan agar tidak terjebak pada budaya hedonis atau menghambur-hamburkan harta. Idulfitri akan menjadi bermakna hakiki apabila dijadikan momentum dan titik tolak untuk memulai kehidupan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Suka cita saat hari kemenangan karena ujian berat yang telah dilampaui dan asa meraih ampunan Allah. Tetapi di sisi lain, kaum muslimin melepas Ramadan dengan duka karena telah berlalu darinya bulan di mana pahala amal ibadah dilipatgandakan. Walhasil kaum muslimin tidak terjebak pada euforia lebaran, justru menjadi saksi bagi lahirnya orang-orang yang bertakwa.
Namun sangat disayangkan kebahagiaan hari kemenangan tersebut belum dirasakan oleh seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia, terlebih oleh saudara kita di Gaza Palestina serta beberapa negara konflik di Timur Tengah lainnya. Dua tahun berturut-turut suasana perayaan Idulfitri tidak tampak di Gaza. Ribuan keluarga masih mengungsi di tenda-tenda darurat, berduka atas kehilangan rumah dan orang-orang terkasih. Di seluruh kota Gaza, bekas perang terlihat di mana-mana. Bangunan yang runtuh, jalan yang dipenuhi puing, infrastruktur yang rusak menjadi cermin atas dampak konflik yang berkepanjangan (antaranews.com, 30/3/2025).
Kebiadaban entitas zionis memang tidak ada bandingnya, bombardir terus dilancarkan hingga menewaskan 35 orang termasuk anak-anak yang masih memakai pakaian Idulfitri mereka. Gazamedia menyebutkan, jumlah korban tewas serangan pada hari raya Idulfitri menelan 76 korban. Namun demikian, semua itu tidaklah menyurutkan semangat muslim Gaza untuk melaksanakan salat id berjemaah meski pada akhirnya menjadi Idulfitri yang berdarah. Salat mereka lakukan di antara puing-puing reruntuhan dan udara dingin yang menyelimuti mereka. Ditambah kesulitan bahan pangan akibat blokade ketat sejak berakhirnya gencatan senjata tahap pertama dan pembatalan sepihak zionis atas fase gencatan senjata berikutnya.
Pembantaian, genosida terus berlanjut seolah hal tersebut normal bagi dunia, khususnya para penguasa boneka kafir barat, karena tidak ada pertentangan dari siapa pun. Krisis Palestina adalah aib bagi umat manusia, aib bagi peradaban dunia di bawah pengasuhan buruk kapitalisme global. Aib bagi mereka yang mendiamkan kebiadaban nyata zionis Isr4el dan sekutunya dari umala' (antek) kampiun demokrasi Barat. Mereka diam tidak bergerak, tak menggunakan kekuatan senjata dan lisannya untuk mencegah kejahatan bangsa kera.
Padahal Gaza telah berteriak lantang meminta pertolongan, meratap, dan menangis agar kaum muslimin mendengar jeritan mereka, padahal Allah Swt. pun telah berfirman sebagai berikut:
"Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan pertolongan.” (TQS. Al-Anfal [8]: 72)
Berharap pada negara-negara muslim untuk menolong Palestina ibarat peribahasa jauh panggang dari api. Hubungan antarnegara saat ini seperti jaring laba-laba di mana mengarah pada dominasi negara kuat terhadap yang lemah. Bahkan sebelum tahun 2020 beberapa negara di kawasan Turki, Yordania, Mesir, dan lainnya sudah mengakui Isr4el serta menjalin hubungan diplomatik. Para penguasa muslim tak lebih dari antek kafir Barat yang tangannya berlumuran darah rakyat Palestina. Sebagian besar adalah negara-negara muslim yang berkomitmen bekerja sama di berbagai bidang dengan AS yang notabene adalah penyandang dana sekaligus pendukung garis keras Isr4el. Sebagai contoh Mesir selain dikenal sebagai sekutu utama non-NATO bagi AS di Timur Tengah, juga sempat menjadi penerima bantuan militer AS non-NATO terbesar kedua, setelah negara ilegal buatan zionis. Qatar adalah rumah bagi pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah (muslimahnews.net, 2/4/2025).
Masa depan Gaza Palestina memang sejatinya tidak mungkin diserahkan kepada negara-negara yang penguasanya tidak berkhidmat kepada Islam dan kaum muslimin meski mereka mengaku sebagai negara Islam. Konsep nation state akan terus menjadi racun bagi pembebasan dan kemerdekaan Palestina termasuk Gaza.
Berbagai krisis multidimensi global yang terjadi hari ini membuka mata dan hati manusia pada umumnya di mana korban terbesarnya adalah umat muslim, bahwa sistem sekuler kapitalisme sungguh tidak layak menjadi rujukan dan sandaran (sistem) kehidupan dalam membangun peradaban manusia. Sistem kufur ini terus membawa umat ke ambang kehancuran karena terlalu banyaknya kerusakan yang nyata akibat pengasuhan buruk kapitalisme global. Situasi ini akan mendorong umat untuk mencari alternatif sistem yang lain. Dan pilihan satu-satunya hanya ada pada sistem Islam. Sistem sahih dari sang pembuat hukum yakni Al-Hakim Allah Swt.. Sepanjang sejarah membuktikan sistem Islam dengan penerapan hukum syariat Islam telah menghantarkan pada peradaban agung dengan berbagai kemajuan yang luar biasa selama 13 abad lamanya.
Jihad dan Khilafah
Jihad itulah bahasa yang orang-orang Yahudi kenal. Sudah tidak terhitung banyaknya perundingan damai dilakukan, namun hasilnya nol besar. Bangsa kera ini tetap saja merangsek masuk ke wilayah Palestina. Mereka tidak ingin berdamai sampai cita-cita negara Isr4el Raya terwujud. Ketika Khilafah tegak, jihad bisa dilakukan dengan lebih baik. Dengan potensi tentara dan perlengkapan militer yang dimiliki oleh umat Islam sedunia yang berhasil disatukan oleh Khilafah, tentu tak sulit menyelesaikan persoalan Palestina secara tuntas.
Permasalahan saat ini, tidak ada tanda-tanda para penguasa negeri Islam hendak mengirimkan tentara untuk berjihad melawan entitas zionis karena tidak dipersatukan dalam naungan institusi Daulah Khilafah. Maka penting untuk memahamkan dan menyadarkan umat tentang kewajiban memperjuangkan kembali tegaknya Khilafah. Khilafah nanti yang akan menyatukan seluruh umat Islam. Dengan persatuan, umat Islam menjadi kuat. Dan dengan kekuatan itulah segala bentuk penjajahan bisa dienyahkan dari negeri-negeri konflik, termasuk bumi Palestina.
Oleh karena itu, umat Islam memiliki agenda utama untuk menyelesaikan permasalahan Palestina, yaitu:
1. Harus ada partai ideologis Islam sebagai upaya menyadarkan dan memahamkan umat Islam, bahwa perseteruan hakiki bukan hanya dengan zionis Isr4el, melainkan dengan negara-negara imperialis Barat yang menjadi biang kerok krisis global.
2. Umat sama-sama berjuang untuk menegakkan sistem Khilafah Rosyidah yang merupakan pelindung hakiki umat Islam seluruhnya.
3. Tetap dan terus mengobarkan jihad sebagai satu-satunya jalan untuk mengusir zionis Isr4el dari bumi Palestina.
Ketiga hal tersebut semakin menguatkan keyakinan umat bahwa fajar kemenangan Islam semakin dekat. Tak lama lagi Khilafah ’ala minhajin nubuwwah tegak dengan seizin Allah Swt.
Wallahualam bissawab. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: