Headlines
Loading...
Al-Quds Dikooptasi, Kaum Muslimin Harus Beraksi

Al-Quds Dikooptasi, Kaum Muslimin Harus Beraksi


Oleh. Artatiah Achmad
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Kesepakatan gencatan senjata antara Palestina dan Israel telah diteken. Namun, Israel kerap melakukan pelanggaran demi pelanggaran. Tercatat lebih dari 100 warga Palestina tewas akibat tembakan tentara Israel di Gaza sejak kesepakatan gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari 2025. Setelah berakhirnya gencatan senjata tahap satu, Israel menghentikan izin masuk pasokan bantuan keamanan. Bahkan di bulan Ramadan penuh berkah ini, dengan dalih keamanan, Israel menerapkan pembatasan jemaah salat di kompleks Masjid Al-Aqsa.

Dilansir dari alinea.id (2-3-2025), Hamas menuduh Benjamin Netanyahu menghindari kewajibannya berdasarkan perjanjian gencatan senjata Gaza. Netanyahu memutuskan untuk menghentikan pasokan bantuan kemanusiaan ke Palestina beberapa jam pasca berakhirnya gencatan senjata Gaza tahap pertama. Dalam sebagian pernyataan Hamas, hal tersebut merupakan upaya terang-terangan untuk menghindari perjanjian dan perundingan tahap kedua.

Lebih lanjut, Hamas mendesak para mediator menekan Israel agar memenuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan, serta mengizinkan masuk pasokan bahan-bahan tempat berlindung maupun peralatan penyelamatan ke wilayah Gaza.

Sebagai bentuk perlawanan terhadap sikap Israel, di bulan Ramadan ini kelompok Hamas mengajak penduduk Palestina untuk beribadah di al-Aqsa. "Jadikan hari-hari dan malam-malam Ramadan penuh berkah didedikasikan untuk ibadah. Perlawanan terhadap musuh, keteguhan hati,  dan mempertahankan al-Aqsa sampai terbebas dari pendudukan" (nomorsatukaltim.disway.id, 1-3-2025).

Sayang, harapan untuk beribadah secara tenang di Masjid al-Aqsa ini kembali terjegal dengan adanya pembatasan akses ke masjid oleh otorita Israel. Karantina wilayah Masjid al-Aqsa kembali diberlakukan dengan dalih keamanan.

Palestina Masih Dijajah

Penerapan aturan pembatasan jemaah untuk salat di kompleks Masjid al-Aqsa selama bulan Ramadan hakikatnya menunjukkan bahwa Palestina masih dalam penjajahan. Tentu ini merupakan kerugian bagi kaum muslimin karena tidak memiliki kebebasan beribadah dan  memanfaatkan kesempatan mendapatkan bonus pahala dari Allah Swt. Ada keutamaan mendapatkan pahala berlipat bagi orang yang melaksanakan salat di Masjid al-Aqsa. Apalagi kalau salat itu dilaksanakan di bulan Ramadan dijanjikan mendapatkan pahala berlipat lagi dari Allah Swt.

Rasulullah saw. bersabda "Melaksanakan salat di Masjidilharam (pahalanya) sebanding dengan 100.000 kali salat (di masjid yang lain). Salat di masjidku (Masjid Nabawi) pahalanya sebanding dengan 1.000 kali salat (di masjid yang lain), sedangkan salat di Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsa) pahalanya sebanding dengan 500 kali shalat (di masjid yang lain).” (HR Bazar, Ibnu Khuzaimah, & Thabrani dari Jabir bin Abdullah).

Upaya menghalangi kaum muslimin untuk beribadah di masjid dalam perkara ini melakukan pembatasan salat di Masjid al-Aqsa jelas merupakan bentuk kezaliman. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 114:
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk menyebut nama-Nya, dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia, dan di akhirat mendapat azab yang berat."

Sementara itu, penghentian izin masuk bantuan bahan tempat perlindungan maupun peralatan penyelamatan ke Gaza merupakan bentuk keculasan dan arogansi Zionis yang menodai kesepakatan perdamaian yang sedang berlangsung. Dari sini, sejatinya kita paham bahwa tabiat asli Zionis itu memang suka ingkar janji. Rasanya bagai mimpi di siang bolong berharap Israel menepati janjinya karena pada akhirnya Israel selalu berkhianat.

Lebih miris lagi, arogansi Israel ini senantiasa mendapat sokongan dana maupun amunisi perang dari sekutunya, yaitu Amerika Serikat (AS). Amerika tidak peduli terhadap tindakan Israel yang telah meluluhlantakkan pemukiman Palestina. Bahkan dengan arogan, AS tampil bak pahlawan kesiangan ingin mengambil alih Gaza dan memindahkan penduduk Palestina dari tanah airnya. AS sangat paham betapa berharga  tanah Palestina ini. Tak heran jika AS senantiasa menjadikan Israel sebagai anak emas.


Kaum Muslimin Harus Beraksi

Menyikapi permasalahan ini, sebagai bagian dari kaum muslimin sejatinya kita tidak boleh diam. Kita harus melakukan aksi nyata mendukung Palestina karena mereka merupakan saudara seakidah. Ikatan berlandaskan akidah Islamiyah tentu merupakan ikatan yang lebih kuat dibanding ikatan yang berlandaskan nasionalisme yang dibatasi sekat wilayah teritorial.

Aksi nyata untuk mendukung saudara kita di Palestina dengan cara mengirimkan pasukan militer untuk berjihad mengusir penjajahan Zionis. Hubungan antara negeri-negeri Islam di seluruh dunia dengan Zionis Israel hanya satu, yaitu hubungan perang. Berdamai dengan Israel sama saja mengakui eksistensi penjajah Zionis yang telah mencaplok tanah suci milik kaum muslimin yang telah dibebaskan Khalifah Umar bin Khattab.

Penjagaan terhadap tanah milik kaum muslimin maupun pengerahan pasukan militer hanya mampu terwujud apabila ada institusi Khilafah. Sejenak kita membuka catatan sejarah bagaimana sikap pemberani dari Khalifah Abdul Hamid II yang dengan tegas menolak keras permohonan Theodor Herzl yang ingin meminta tanah Palestina. Khalifah tidak rela menyerahkan tanah Palestina walau hanya sejengkal. Karena itu mari kita berusaha menyadarkan umat agar senantiasa berjuang mewujudkan institusi tersebut. Institusi yang akan menjadi tameng bagi warga negaranya dari berbagai serangan penjajah. Wallahu a'lam bisaawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: