Body Shaming: Buah dari Sistem Rusak
Oleh. D’ Safira
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Dulu, kalian sempat mendengar berita ini tidak? Seorang wanita dari Cina yang sangat kurus dengan tinggi badan 160 cm sementara berat badannya hanya 25 kg. Waduh, ngeri banget, ya. Jadi takut kalau dia banyak gerak, tiba-tiba tulangnya patah. (lifestyle.sindonews.com, 12-07-2024)
Menurutku dia sudah tidak dapat berpikiran secara normal. Udah gitu dia keras kepala enggak peduli dengan kritikan orang. Dia tetap mengunggah videonya dalam balutan pakaian minim untuk menunjukkan kekurusannya. Dia berkata kepada followernya di Douyin (aplikasi semacam TikTok di Cina) kalau kekurusannya itu tidak mempengaruhi kesehatannya. Ini namanya pembohongan publik, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Demi penampilan, rela membahayakan dirinya sendiri.
Memang begitulah tipikal orang-orang yang hidup pada era kapitalisme, mereka bertindak semaunya demi keinginan yang bersifat duniawi, tidak peduli sesuai dengan syariat atau tidak. Dan itu hanya demi mendapatkan pujian sampai terobsesi badan kurus seperti itu. Sampai-sampai dia enggak sadar kalau kekurusannya itu mengakibatkan badan dan pikirannya tidak normal.
Rasa ingin dipuji adalah hal yang wajar dalam diri manusia sebagai penampakan dari gharizah baqa’ (naluri menunjukkan eksistensi diri). Tapi, ya ..., nggak gitu amat sih. Dia nggak menggunakan standar halal-haram dalam bertindak. Agama hanya untuk di tempat-tempat ibadah saja. Inilah yang dinamakan memisahkan agama dari kehidupan (sekuler). Sehingga ketika menentukan mana yang benar dan yang tidak saja, nggak bisa.
Banyaknya followers juga menjadi lahan mendapatkan cuan bagi para konten kreator. Jika ada 10.000 follower saja, itu sudah cukup untuk mendatangkan cuan dari konten yang dibuat. Sedangkan dia memiliki 40.000 follower. Ya, tujuannya memang untuk mendapatkan keuntungan materi sebesar-besarnya. Sampai ada netizen yang berkomentar agar dia cepat menghentikan kontennya dan segera pergi ke dokter. Karena bukan hanya berisiko badannya yang tidak kuat, tapi khawatir ada netizen yang mengikutinya.
Itulah bahayanya sekularisme, mampu mengubah pemahaman masyarakat yang awalnya memandang hal tersebut negatif, menjadi hal yang positif, menganggapnya hal yang biasa. Bahkan, menganggap hal itu sebagai sebuah tren yang harus diikuti. Sehingga mendorong banyak wanita ikut-ikutan melakukan hal yang ekstrem, seperti berusaha untuk diet sampai sekurus mungkin hanya demi pujian dan pengakuan dari orang lain.
Sebenarnya tujuan kita hidup kita di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Allah semata. Kesalahan ini terjadi karena mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. Maka dari itu, yang dicari jangan hanya kesenangan duniawi. Tetapi kita harus rajin melakukan dakwah. Karena masih banyak masyarakat yang tidak paham dan meletakkan standar kesuksesan hanya pada materi dan bentuk fisik saja.
Jika masyarakat memiliki pemahaman Islam yang baik, hal itu dapat mengalihkan dari standar hanya untuk menggapai kesenangan materi menuju pada keinginan meraih rida Allah. Terbentuklah masyarakat yang ramai dengan amar ma’ruf nahi munkar, dan memiliki ketaatan dan keilmuan yang tinggi.
Ini hanya akan muncul dari sistem Islam yang pendidikannya berbasis akidah Islam. Untuk itu, maka penguasa wajib menyediakan pendidikan berbasis akidah Islam dengan kualitas tinggi dan mampu dirasakan oleh seluruh rakyat dengan baik. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: