Headlines
Loading...
Menolong Agama Allah: Perintah yang Tak Terelakkan

Menolong Agama Allah: Perintah yang Tak Terelakkan

Oleh. Novi Ummu Mafa

SSCQMedia.Com- Di tengah kemajuan peradaban modern yang menawarkan kenyamanan material dan kebebasan individu, umat Islam dihadapkan pada tantangan yang lebih mendalam, marginalisasi agama dari kehidupan publik. Demokrasi sekuler dan kapitalisme telah menjadi dua pilar utama yang mendominasi dunia, meminggirkan nilai-nilai Islam dan memisahkan agama dari aspek politik, ekonomi, dan sosial. Dalam sistem ini, agama direduksi menjadi sekadar ritual individual, sementara hukum dan kebijakan didasarkan pada akal manusia yang terbatas.

Namun, realitas ini tidak boleh membuat umat Islam kehilangan arah. Sebagai umat yang beriman kepada Allah Swt., kita memiliki kewajiban untuk menolong agama-Nya, sebagaimana tercantum dalam QS. Muhammad ayat 7: "Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."

Menolong agama Allah adalah bentuk ketaatan yang menuntut pengorbanan dan perjuangan untuk memastikan nilai-nilai Islam tegak dalam kehidupan. 

Allah Maha Perkasa, tetapi Kita Lemah

Keyakinan terhadap sifat-sifat Allah Swt., seperti Al-Aziz (Maha Perkasa) dan Al-Qawiyu (Maha Kuat), menegaskan bahwa Allah tidak membutuhkan pertolongan dari makhluk-Nya. Namun, kewajiban menolong agama-Nya adalah amanah bagi setiap muslim. Menolong agama Allah bukan berarti Allah lemah atau agama membutuhkan pembelaan karena kekurangan. Sebaliknya, kewajiban ini adalah sarana bagi manusia untuk menunjukkan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Dengan menolong agama-Nya, manusia menunjukkan pengabdian kepada Allah Swt., sekaligus menjalankan fungsi mereka sebagai khalifah di muka bumi.

Kesalahpahaman sering muncul ketika ada yang mengatakan, "Allah tidak perlu dibela." Pernyataan ini benar dalam konteks kekuasaan dan kesempurnaan Allah, tetapi salah jika diartikan sebagai alasan untuk mengabaikan kewajiban menegakkan syariat-Nya. Menolong agama Allah adalah cara untuk membuktikan keimanan, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Hajj ayat 40, yang artinya: "Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa."

Ayat ini menegaskan bahwa Allah memberikan kemuliaan kepada mereka yang berjuang menegakkan nilai-nilai Islam, bukan karena Allah membutuhkan, tetapi karena manusia memerlukan jalan untuk meraih keberkahan hidup dan keridaan-Nya.

Kapitalisme dan Reduksi Spiritualitas

Kapitalisme sekuler, di sisi lain, mereduksi manusia menjadi entitas konsumtif. Sistem ini menjadikan kesejahteraan material sebagai tujuan utama, melupakan hakikat kehidupan yang lebih tinggi. Dalam QS. Al-Hadid ayat 20, Allah mengingatkan: "Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak-anak ...."

Kapitalisme telah berhasil meminggirkan dakwah, menjadikan umat Islam sibuk dengan urusan duniawi, dan melalaikan kewajiban menolong agama Allah Swt..

Menolong Agama Allah: Perintah yang Tak Terelakkan

Menolong agama Allah tidak hanya berarti menjalankan syariat secara individual, tetapi juga mencakup dakwah, perjuangan melawan musuh-musuh agama, serta memperjuangkan tegaknya sistem Islam. Rasulullah dan para sahabat adalah teladan abadi dalam hal ini. Kisah Saad bin Muadz, yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi Islam, adalah bukti bahwa perjuangan menolong agama Allah adalah jalan menuju kemuliaan dunia dan akhirat. Seperti sabda Rasulullah:
"Barangsiapa yang berperang di jalan Allah dengan niat karena iman dan mengharap pahala, maka ia akan mendapatkan pahala di sisi Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, perjuangan ini memerlukan landasan ideologis yang kuat. Sistem demokrasi kapitalisme sekuler tidak akan pernah kompatibel dengan Islam. Sistem ini bukan sekadar alat, tetapi ideologi yang mendasarinya mengandung penolakan terhadap otoritas Allah Swt. sebagai satu-satunya zat yang berhak membuat hukum.

Sistem Islam Solusi Hakiki

Untuk menolong agama Allah Swt. secara sistemik, umat Islam harus kembali kepada Islam sebagai sistem hidup yang sempurna. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga hubungan antar manusia dan manusia dengan alam. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Maidah ayat 3: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu."

Solusi ini melibatkan penerapan syariat secara kafah (menyeluruh) dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, dan hukum. Dakwah harus diarahkan untuk membangun kesadaran umat tentang pentingnya kembali kepada sistem Islam dan menjadikan Khilafah sebagai sarana untuk menerapkannya. Dengan cara ini, umat dapat terbebas dari belenggu demokrasi dan kapitalisme sekuler yang merusak.

Khatimah

Pesimisme terhadap kondisi saat ini bukanlah akhir dari segalanya. Allah menjanjikan pertolongan bagi siapa saja yang berjuang di jalan-Nya. Dalam QS. An-Nur ayat 55, Allah berfirman: "Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi ...."

Janji ini adalah motivasi bagi kita untuk terus berdakwah, menolong agama Allah, dan membangun peradaban Islam yang mulia.

Menolong agama Allah Swt. adalah kewajiban setiap muslim. Dalam menghadapi arus demokrasi dan kapitalisme sekuler, umat Islam harus bersatu, membangun kesadaran ideologis, dan bergerak menuju sistem Islam sebagai solusi. Hanya dengan jalan ini, kemuliaan umat dan agama dapat diraih. Allahu Akbar. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: