Headlines
Loading...
Membangun Keseimbangan Alam melalui  Perspektif Islam

Membangun Keseimbangan Alam melalui Perspektif Islam

Oleh. Indri Wulan Pertiwi 
Aktivis Muslimah Semarang 

SSCQMedia.Com- Seolah telah menjadi langganan pada akhir tahun, Indonesia kerap kali dihadapkan pada bencana, seperti banjir dan tanah longsor yang menjadi ancaman serius bagi kehidupan dan keberlangsungan masyarakat. Faktor topografi yang rawan dan perilaku ambisius manusia, yang sering melanggar aturan syariat yang seharusnya mengatur kehidupan, turut berkontribusi pada terjadinya bencana alam di Indonesia.

Seperti musibah yang terjadi di Jawa Barat pada awal Desember lalu, banjir di Pandeglang dan Sukabumi, serta bencana tanah bergerak di Cianjur. Ketiga bencana tersebut menimbulkan kerusakan parah dan memakan banyak korban jiwa.

Pasca musibah tersebut, Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti bersama lembaga lainnya berkunjung ke Sukabumi untuk bekerjasama dalam upaya mengeruk sungai sebagai bagian dari penanganan bencana banjir dan tanah longsor. (Jawapos.com, 7/12/2024)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi musim hujan dan jadwalnya. Dan bencana banjir di Indonesia terjadi hampir setiap musim hujan. Kendati demikian, bencana ini masih mengakibatkan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan bahkan menimbulkan korban jiwa. Oleh karena itu, perhatian utama seharusnya difokuskan kepada negara. Selain mengenai respons lambat dan kegagapan negara dalam tindakan pencegahan dan menghadapi bencana, termasuk perlunya kita menyoroti pertanggung jawaban mereka atas kebijakan pembangunan yang tidak ramah lingkungan sebagai dampak dari mengadopsi sistem kapitalisme-sekuler yang dijadikan pedoman dalam bernegara.

Sebab dalam sistem ekonomi kapitalisme, eksploitasi alam dianggap wajar demi mencapai keuntungan segelintir individu, tanpa memperhitungkan dampaknya pada masyarakat luas. Karena sistem ini hanya terfokus pada keuntungan dan pertumbuhan ekonomi dan sering kali mengabaikan prinsip keberlanjutan dan keseimbangan alam, menyebabkan kerusakan lingkungan yang sulit diperbaiki. Di sisi lain, para pemimpin dalam sistem tersebut cenderung lebih mengutamakan keuntungan materi daripada pelestarian lingkungan. Sehingga upaya mitigasi bencana yang dilakukan sangat terbatas dan tidak mampu memberi solusi yang menjangkau akar permasalahan secara menyeluruh sehingga masalah seperti ini tidak pernah bisa diselesaikan hingga tuntas.

Selain itu, paradigma sekuler yang menekankan kebebasan telah menyebabkan terjadinya banyak pelanggaran terhadap syariat, seperti meningkatnya perilaku zina dan minimnya regulasi terhadap penjualan alkohol. Gaya hidup sekuler yang mendukung kebebasan tanpa batas telah merajalela, kendati Allah sebagai Sang Pencipta alam telah memperingatkan bahwa melanggar aturan tersebut akan mengundang azab dan bencana alam. Dengan demikian jelaslah sudah bahwa manusia dengan ambisinya dan kepentingan pribadi turut berperan dalam menciptakan ketidakseimbangan alam.

Hal tersebut juga seakan menunjukkan bukti yang nyata bahwa kehidupan yang tidak diatur menurut syariat yang benar, dapat memicu kerusakan bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Sejatinya, dunia membutuhkan sistem Islam karena paradigma Islam bertentangan secara fundamental dengan sistem kapitalisme yang sedang diterapkan. Dalam kapitalisme, kebijakan penguasa yang hanya mewakili kepentingan pemilik modal sering kali menjadi sumber kerusakan, sementara Islam lahir dari keyakinan dan ketaatan kepada Sang Pencipta yang juga pemelihara seluruh Alam. Ajaran Islam juga mengajarkan harmoni, keseimbangan, dan kewajiban menjaga alam sebagai bagian dari keimanan.

Sementara fungsi negara atau kekhalifahan dalam Islam adalah cerminan dari fungsi pengabdian, sehingga siapa pun yang merusak keseimbangan alam dianggap sebagai pelaku kejahatan dan dihukum sebagai bentuk kemaksiatan. Oleh karena itu, para penguasa dalam Islam memegang peran penting sebagai pengurus dan penjaga umat. Contohnya adalah dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, di mana sumber daya alam termasuk hutan, sungai, dan tambang, telah ditetapkan Islam untuk dimiliki oleh rakyat dan dikelola oleh negara sebagai pemelihara urusan rakyat, dengan larangan tegas terhadap eksploitasi yang semena-mena. Islam juga mengatur penggunaan tanah dan menekankan pentingnya tata ruang, dan aturan demikian tidak terdapat dalam sistem saat ini.

Alhasil, hanya dalam sistem Islam segalanya dapat berjalan dengan seimbang. Ketika syariat Islam diterapkan secara utuh, rahmat akan dirasakan oleh seluruh alam. Oleh karena itu, ketika sistem Islam ditegakkan, bencana yang di sebabkan oleh faktor di luar alam tidak pernah terjadi. Sebaliknya, semua bencana pada saat itu benar-benar musibah dan ujian, bukan akibat dari kerakusan dan ketidakadaban manusia terhadap lingkungan. 

Seiring dengan berbagai bencana yang terus menimpa negeri ini, sepatutnya menjadi momentum penting bagi kita semua untuk memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Pelajaran yang dapat dipetik dari bencana tersebut adalah pentingnya bagi manusia memiliki rasa takut kepada Allah, serta kesadaran akan kelemahan dan keterbatasan manusia. Melalui bencana ini juga bisa menjadi pengingat bagi manusia bahwa kehidupan di dunia ini sementara dan fana. Oleh karena itu, saatnya bagi kita untuk melakukan introspeksi, bertaubat, dan menjadikan syariat sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membangun tatanan kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai Islam maka kita dapat mengurangi risiko bencana alam yang disebabkan oleh ulah manusia.

Bagi para penguasa dan pemimpin, musibah yang mendera negeri juga seharusnya menjadi introspeksi untuk memperbaiki tata kelola negara. Sebab mereka memiliki tanggung jawab besar dalam melindungi dan mengayomi rakyatnya, sehingga ketika negeri dilanda musibah, hal tersebut juga seharusnya menjadi refleksi atas kinerja dan kebijakan yang telah diambil. Para penguasa perlu memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, memperkuat sistem penanggulangan bencana, serta meningkatkan ketahanan sosial dan ekonomi agar dapat menghadapi segala tantangan yang datang melalui penerapan sistem Islam kafah. 

Dan hanya kepemimpinan yang berlandaskan pada nilai Islam yang kafah yang mampu memberikan  kesejahteraan bagi seluruh umat, sehingga mampu membawa perubahan positif dalam menjaga alam dan kehidupan manusia. Dengan demikian, bencana yang menimpa negeri ini benar-benar menjadi momentum untuk merenungkan kembali nilai-nilai kehidupan, memperkuat iman, melalui upaya bersama dan kesadaran akan pentingnya menjaga alam, untuk kita, dan generasi mendatang. 
Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: