Euforia Gencatan Senjata Hanya Muslihat Belaka
Oleh. Hana Salsabila A.R
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com-Kabar atas gencatan senjata yang katanya dilaksanakan pada 19 Januari lalu telah mengundang rasa syukur dan bahagia bagi saudara kita di Palestina, tak terkecuali kita dan warga dunia yang memang mendukung Palestina dan menantikan peristiwa ini. Para sandera dan pengungsi yang telah lama menanti akhirnya dinyatakan bisa pulang. Namun, apakah sampai situ? Sayangnya, bukan Israel namanya kalau tidak berkhianat.
Perselisihan terjadi pada Sabtu, 25 Januari 2025, ketika ribuan warga Palestina dicegah di Koridor Netzarim saat hendak kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara. Pemerintah Israel memblokir jalan utama dan menuduh Hamas melanggar ketentuan kesepakatan gencatan senjata (Kompas.com, 26/?-1-2025). Padahal sebelumnya Hamas telah membebaskan empat sandera Israel, pun Israel telah membebaskan 200 sandera. Selanjutnya mereka telah bersepakat untuk saling angkat senjata, nyatanya pada Rabu malam, pasukan Israel menewaskan dua pria bersenjata yang bersembunyi di sebuah bangunan di Burqin, dekat Jenin, setelah baku tembak. Keduanya dicurigai terlibat dalam serangan awal bulan ini di dekat desa Palestina al-Funduq, yang menewaskan tiga warga Israel.
Bahkan berdasarkan berita yang diliput dari instagram @eyes.onpalestine penyerangan masih berlanjut bahkan setelah kesepakatan gencatan senjata pada 19 Januari lalu. Sudahlah mengkhianati perjanjian, pakai alasan menuduh pula. Tak sampai di situ, kabarnya Presiden Amerika, Donald Trump berencana merelokasikan warga Palestina ke negara Arab lain, seperti Yordania, Mesir, dan sekitarnya dengan alasan 'perbaikan' dan keselamatan. Padahal dalang yang merusak adalah kaum mereka ini, namun malah warga lokal yang disuruh pergi (Republika.co.id, 26-1-2025).
Two Nation-State yang digencar-gencarkan bukan solusi, pun dengan gencatan senjata juga bukan solusi. Hakikatnya dua jalan ini hanyalah jalan sementara yang dibuat untuk memanipulasi kita seolah kedamaian Palestina sudah di depan mata. Padahal sama sekali jauh dari mata. Toh gencatan senjata seperti ini bukan sekali dua kali pernah dilakukan, tapi apakah itu menyelesaikan tuntas? Belum lagi, pemimpin dunia yang hanya diam tak bergerak, hanya mengecam dan memberi bantuan domestik yang belum tentu itu sampai pada Palestina.
Imbas dari nasionalisme dan kapitalisme membuat pemimpin negara-negara dunia menjadi bungkam. Ditambah dengan hubungan diplomatik mereka dengan negara Israel dan sekutunya, AS menambah keyakinan bahwa Palestina takkan bisa bebas dengan keadaan dunia, terutama negeri Arab yang seperti ini.
Sekali lagi, memang harus kita tegaskan lagi bahwa solusi dari masalah Palestina bukanlah gencatan senjata ataupun membentuk dua negara. Namun, mengirimkan bantuan militer kesana dan melawan serta menumpas kembali penjajahan para Zionis dan sekutunya. Dan itulah yang sampai sekarang belum dan tak akan pernah terwujud jika dunia masih terdoktrin oleh nasionalisme dan kapitalisme. Negara dunia terpisah dan terpencar yang kemudian pemimpinnya masih mementingkan hubungan diplomatik dan mesra dengan negara penjajah.
Sekali lagi, kuburlah harapan kebebasan Palestina jika masih berharap pada negara dan sistem kapitalisme. Kebebasan Palestina hanya akan terwujud apabila terpenuhinya seruan jihad yang selama ini digaungkan oleh Islam. Allah telah menyinggung hal ini dalam firman-Nya:
تِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الْÙ‚ِتَالُ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ ÙƒُرْÙ‡ٌ Ù„َّÙƒُÙ…ْۚ ÙˆَعَسٰٓÙ‰ اَÙ†ْ تَÙƒْرَÙ‡ُÙˆْا Ø´َÙŠْÙ€ًٔا ÙˆَّÙ‡ُÙˆَ Ø®َÙŠْرٌ Ù„َّÙƒُÙ…ْۚ
"Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu." (TQS. Al-Baqarah: 217).
Dalam tafsir wajiz, disebutkan bahwa makna wajib perang disini ialah memerangi orang kafir yang memerangi kita. Lantas apakah kewajban itu telah dilaksanakan? Padahal kewajiban seperti inilah kelak yang akan bisa membebaskan Palestina secara mutlak, Wallahualam. [ry].
Baca juga:

0 Comments: