Headlines
Loading...
Oleh. Rina Herlina 

SSCQmedia.Com- Kabar terbaru menyebutkan, jika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, resmi menjadi buronan 124 negara. Hal ini mencuat usai Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi merilis surat penangkapannya (21-11-2024). Bahkan  ICC juga memaparkan, selain Netanyahu, ada nama mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, turut menjadi subjek penangkapan mahkamah tersebut.

Melalui pernyataan yang dikeluarkannya, ICC juga meyakini Netanyahu dan Gallant, "memikul tanggung jawab pidana" atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan dan penganiayaan, serta tindakan tidak manusiawi lainnya terhadap penduduk Palestina, bersama pihak lain yang terkait. Israel, yang notabene bukan bagian dari anggota ICC, menolak mentah-mentah surat penangkapan Netanyahu dan Gallant ini. Bahkan Netanyahu, menuduh ICC telah melakukan tindakan anti-Semitisme dengan merilis surat penangkapannya tersebut.

Akibat dari keputusan tersebut, saat ini, Netanyahu dan Gallant, menjadi buronan di 124 negara anggota ICC. Bisa ditangkap jika mengunjungi salah satu dari 124 negara anggota ICC. Keputusan ini meski tidak sepenuhnya menjadi solusi bagi penduduk Palestina, paling tidak sebagian negara bisa melihat dari segi kemanusiaan, bahwa apa yang dilakukan Israel tersebut, merupakan kejahatan perang yang seharusnya diadili.

Beginilah kondisi umat Islam, jika tidak ada negara Islam. Meski jumlahnya banyak, namun terkotak-kotak dalam sekat nasionalisme. Akhirnya, tidak akan mampu berbuat banyak. Kita dapat rasakan hari ini, saat saudara kita di Palestina nyaris bermandikan darah dan keringat, di mana keberadaan kita sebagai saudaranya yang notabene bagaikan satu tubuh?

Padahal, total umat Islam di dunia ada sekitar 2 miliar lebih. Namun, sejauh ini tidak mampu berbuat banyak untuk Palestina. Sudah setahun lebih sejak 7 Oktober 2023, rakyat Palestina, berjuang sendirian dengan senjata seadanya. Hingga dalam beberapa minggu ini, ramai tagar "Aynal Muslimun?"

Ya, sejatinya tagar tersebut ditujukan untuk umat yang mengaku Muslim. Di mana posisi kita hari ini? Apakah kondisi rakyat Palestina, yang sudah sedemikian menderita, belum juga mampu menjadi pemersatu umat yang jumlahnya 2 miliar? 

Di mana posisi kita saat ini, ketika menyaksikan saudara kita di Palestina, terus dibantai tanpa ampun oleh Israel? Bahkan, anak-anak turut menjadi korban dari kekejaman Israel. Apakah kita tidak pernah membayangkan, bagaimana jika yang dibantai itu adalah buah hati kita? Apakah kita akan tetap diam saja tanpa melakukan perlawanan? Apakah sudah tidak ada rasa belas kasih yang menjadi ciri khas umat Islam?

Miris, sekaligus malu, dengan posisi kita sebagai umat Islam hari ini. Betapa para penjajah Barat telah berhasil membungkam, bukan hanya mulut, tapi juga kekuatan yang dulu dimiliki umat Islam. Padahal, jika kita melihat fakta sejarah, umat Islam pernah memimpin peradaban yang gemilang. Kurang lebih 1300 tahun Islam menguasai dunia, 2/3 dunia saat itu dikuasai oleh Islam.

Begitulah sejatinya, jika umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan. Namun, sejarah itu bukan berarti tidak dapat diulang. Jika hari ini, kita semua seluruh umat yang ada di dunia segera menyadari untuk kembali bersatu, bukan tidak mungkin kita akan mampu mengusir dan mengalahkan hegemoni penjajah yang merongrong Palestina.

Bahkan, lebih dari itu. Umat Islam, akan mampu kembali mengembalikan kewibawaannya seperti dahulu. Untuk itu, mari kita bersatu dalam satu komando agar bisa membantu Palestina dan kembali berjaya memimpin peradaban. Jika bukan hari ini, kapan lagi? [US]

Baca juga:

0 Comments: