Headlines
Loading...
Merdeka Itu Hanya Terikat pada Allah

Merdeka Itu Hanya Terikat pada Allah

Challenge Motivasi

Oleh. Eka Suryati 

Merdeka, sudah sering kali kita mendengar kata-kata itu. Dalam setiap hari kita bahkan sering mengucapkannya, berulang-ulang. Sampai-sampai ada kurikulum yang khusus memakai kata merdeka, ya, kurikulum merdeka namanya. Seakan-akan kata merdeka itu sangat penting, dan sesungguhnya memang sangat penting.

Merdeka itu sebuah kebebasan, artinya kalau kita tidak merdeka maka kita akan terbelenggu, tidak ada kebebasan yang kita rasakan. 

Mengingat pentingnya sebuah kemerdekaan, sehingga jika ada penjajah yang akan merebut kemerdekaan kita, maka kita rela mengorbankan segalanya agar kemerdekaan kembali kita raih. Tak rela, sama sekali tak sudi kita hidup di bawah penjajahan, dalam segala hal dan dalam segala aspek kehidupan kita. Kita merasa lebih baik mati secara terhormat dalam hal ini mati syahid dari pada hidup di bawah tekanan penjajah.

Apakah makna dari kemerdekaan itu sesungguhnya? Kemerdekaan yang berasal dari kata merdeka dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang bebas, bebas dari belenggu dan tekanan pihak-pihak tertentu. Setiap orang pada hakikatnya ingin merdeka, terbebas dari tekanan, baik tekanan secara fisik maupun secara spiritual. Tak ada manusia yang ingin hidupnya menderita, terbelenggu oleh keadaan yang tidak baik. Kebebasan yang membuat manusia bisa melakukan hal-hal yang diinginkan, tentunya begitu didamba oleh kita semua. Untuk itulah manusia ingin memperoleh kemerdekaannya.

Namun apakah kita manusia bisa bebas sebebas-bebasnya? Apakah kemerdekaan itu artinya kita bisa bebas melakukan apa saja, tanpa memiliki batas-batas tertentu? Ternyata sebagai manusia kita tetap memiliki batasan-batasan. Kemerdekaan yang kita miliki merupakan hak kita, namun karena manusia memiliki hak dan kewajiban, maka kemerdekaannya juga tidak boleh mengganggu kemerdekaan orang lain. Sejatinya manusia itu memang diciptakan untuk merdeka menurut ketentuan Allah. Selagi hal itu tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah, maka hal itu bisa dilakukan.

Jadi merdeka yang bagaimana yang diinginkan dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah? Kemerdekaan yang diinginkan manusia sebagai hamba Allah dan yang tidak bertentangan dengan aturan Allah adalah kemerdekaan yang memungkinkan manusia menjalani hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang diajarkan dalam Al-Qur'an dan sunah. 

Dalam hal menjalankan kehidupan ini, kita disebut merdeka apabila kita melakukan sesuatu, tidak terbelenggu oleh perbuatan dosa sehingga hati kita selalu merasakan ketenangan, kebahagiaan. Kita tidak takut apa yang kita lakukan akan menimbulkan masalah kemudian hari. Misalnya saja kita berhak mendapatkan uang atas pekerjaan yang kita lakukan. Namun jika dalam memperolehnya dengan cara melanggar hukum tentu saja kita akan takut jika perbuatan itu akan ketahuan dan akhirnya masuk penjara. Padahal sesungguhnya jika kita benar-benar menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, tentu kita tidak akan mau berbuat dosa, karena kita merasa ada Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita. Nah dengan adanya rasa takut pada Allah, maka kita akan terbebas dari perbuatan yang tidak baik, secara tidak langsung kita akan terbebas dari tekanan pihak-pihak penegak hukum. Hati kita merasakan bebas dari dosa karena terbebas dari perbuatan melanggar hukum.

Siapa sih yang ingin hidupnya tidak bebas. Untuk itu yang paling utama bebaskan diri kita dari belenggu dosa. Bebaskan diri kita dari menghamba kepada selain Allah. Bebaskan diri kita untuk menjalankan perintah Allah secara baik dan benar, sesuai dengan syariat Islam.

Kita harus merdeka, merdeka dari belenggu hawa nafsu. Sebab hawa nafsu yang menyesatkan akan membuat kita jauh, tidak menghamba pada Allah. Padahal kemerdekaan yang hakiki itu jika kita bisa menjadi hamba Allah secara menyeluruh. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺪِّﻳْﻨَﺎﺭِ ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺪِّﺭْﻫَﻢِ، ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴْﺼَﺔِ ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﺨَﻤِﻴْﻠَﺔِ ﺇِﻥْ ﺃُﻋْﻄِﻲَ ﺭَﺿِﻲَ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻂَ ﺳَﺨِﻂَ

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jika diberi, dia senang. Tetapi jika tidak diberi, dia marah.” (HR. Bukhari)

Benar-benar akan celaka diri kita bila masih diperbudak harta dan dunia, pertanda kita belum merdeka sepenuhnya. Masih banyak manusia yang terjebak dalam hal ini. Alih-alih menghamba kepada Allah, malah menghamba kepada hawa nafsu dan setan. 

Misalnya saja, seorang pemimpin yang menghamba pada dunia, maka ia akan menjadi pemimpin yang otoriter. Pemimpin yang seperti itu tidak akan pernah berpikir untuk menyejahterakan rakyatnya. Penegak hukum yang tidak taat pada Allah, maka ia akan menggunakan hukum sebagai alat untuk memperkaya dirinya sendiri. Hukum ia gunakan dengan sewenang-wenang, tak mengenal sifat adil dan cenderung akan merugikan orang lain selama hidupnya. Di balik semua penghambaan diri pada dunia dan hawa nafsunya, maka akan sampai pada  batas bahwa ia tak akan pernah selamat dari hukum Allah yang Maha Adil. Jika tidak di dunia ia sudah mendapatkan hukuman, maka bisa jadi hukum yang paling mengerikan akan didapatkan. Hukuman yang bagaimana ? Hukuman yang tak dapat lagi dihindari, ialah siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang durhaka. Itulah manusia yang diperbudak hawa nafsu 

Manusia dalam hidupnya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu menjadi hamba Allah atau menjadi hamba selain Allah. Hanya ada dua pilihan, tidak ada pilihan yang ketiga. Ketika menjadi hamba selain Allah, maka kemerdekaan yang hakiki tidak akan mungkin ia raih. Jika menjadi hamba dunia, kecenderungan hatinya selalu untuk berbuat keburukan, yang akan mengantarkannya pada kebinasaan. Seorang yang menghamba pada manusia, ia akan menuruti kemauan orang itu, walaupun yang diperintahkan padanya adalah salah dan akhirnya ia berdosa dan mendapat hukuman. Seorang yang begitu terbelenggu oleh kecintaan pada harta dan tahta, maka hatinya cenderung ketakutan. Ia takut jika hartanya akan hilang, gelisah hatinya kalau hartanya berkurang. Tak ada pikiran untuk berbuat kebaikan melalui hartanya. Padahal dengan hartanya dia bisa berbuat banyak hal yang bermanfaat.

Membebaskan diri adalah membebaskan segala sesuatu dari hal yang akan membelenggu hidupnya. Belenggu sesungguhnya adalah perbuatan-perbuatan dosa yang mengikatnya secara kuat pada dunia. Padahal dunia dan segala hal yang berkaitan dengannya pasti akan ditinggalkan. Keterikatan pada dunia secara kuat membuat kemerdekaan kita terpasung. Kita enggan meninggalkan dan ditinggalkan dunia. Segala hal yang membuat kita terikat pada dunia, akan kita lakukan, dan lagi-lagi itu telah merampas hak kita untuk merdeka dari ikatan dunia. 

Tak ingin kita kehilangan hak sebagai hamba Allah. Tak hendak kita begitu merindu dunia, sehingga lupa jalan kembali menuju kampung akhirat. Jangan pernah terjebak kita pada tempat persinggahan yang sementara. Hati kita, jiwa kita biarlah tetap merdeka, terikat hanya kepada Allah. Di dalam jiwa yang merdeka, menghamba hanya pada Allah, tak ada rasa takut kehilangan. Tak pernah merasa kesepian walau dalam kesendirian. Keyakinannya ada Allah yang membuat jiwanya selalu bahagia. Ia tak lagi terikat oleh harta, tahta, dunia yang memperdaya. Ketika ia meninggalkan dunia ini, maka ia sangat beruntung, terbebas dari api neraka yang akan membakarnya selama-lamanya. Tempat kembali orang yang bertakwa kelak adalah surga, tempat yang membebaskan manusia dari segala kewajiban, karena kewajiban telah ia tunaikan di dunia. Merdeka secara hakiki telah ia raih, selamanya. [Ay]

Baca juga:

0 Comments: