Headlines
Loading...
Merdeka itu, Cukup Allah Bagiku

Merdeka itu, Cukup Allah Bagiku

Challenge Merdeka

Oleh. Lilik Yani

Seorang gadis kecil Palestina sedang terluka di perut dan tangannya. Ketika dirawat dokter sebelumnya, ia merasakan sakit luar biasa, tapi tetap bersabar dan selalu zikir pada Rabb-nya.

Hari selanjutnya, ketika dokter hendak mengganti perban di perutnya, gadis salihah itu berbicara kepada sang dokter yang baik hati dan suka menolong itu. 

"Wahai paman (panggil si gadis pada dokter mulia), aku mohon jangan sakit seperti kemarin, ya. Mohon dikurangi sakitnya. Kemarin sakit sekali," ucap gadis salihah sambil menahan rasa sakit.

Dokter yang budiman itu sangat memahami apa yang dirasakan pasien belia-nya. Beliau juga merasa tak tega sebenarnya, tapi apa hendak dikata, persediaan obat bius (anestesi) tak cukup di Rumah Sakit tersebut. 

Apa yang bisa dilakukan sang dokter? Beliau mengajak berunding dokter anestesi yang ada, lalu minta tolong agar ditambah sedikit dosis obat anestesinya.

Ya, hanya ditambah sedikit saja, bukan dibius total. Namun apa reaksi gadis kecil tersebut ketika melihat pembicaraan para dokter tersebut?

"Ya Rabb, ampuni aku karena telah meminta selain padaMu ..."

Para dokter terhenyak, Allahu Akbar ... Gadis belia itu, usia 11 tahunan, akidahnya luar biasa mendalam. Hanya meminta diringankan rasa sakit kepada dokter yang merawatnya. Namun ia merasa sangat berdosa, hingga bersegera meminta ampun kepada Rabb-nya.

***

Allahu Akbar. Meleleh air mata ini menyaksikan kisah tersebut, meskipun aku putar berulang-ulang kisahnya.

Sahabat, bagaimana dengan kita? Apakah jiwa kita sudah merdeka seperti gadis kecil Palestina itu? Jiwanya hanya ada ketergantungan kepada Allah saja. Lepas dengan ketergantungan pada manusia. Merdeka totalitas tanpa batas. 

Cukup Allah bagiku, bukan kepada siapa-siapa, meski itu sekelas dokter sekalipun yang bisa membantu kesembuhannya. Tak juga pada obat yang bisa menekan rasa sakitnya.

Cukup bagiku Allah, itulah merdeka sesungguhnya.

"Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung." (TQS Ali Imron : 173).

"Hasbunallah wanikmal wakil" tidak hanya menjadi penanda kepasrahan seorang hamba kepada Allah Swt, tetapi juga mengajarkan kita untuk menjadikan-Nya sebagai tempat bersandar.

Sahabat surgaku, bagaimana menurut _antunna_, apakah saat ini jiwa kita sudah merdeka? Sudah bisakah lepas dari ketergantungan kepada para dokter dan aneka jenis obat ketika sakit? 

Berobat ke dokter lalu mendapatkan resep obat untuk dikonsumsi sesuai aturannya, sungguh hal itu menjadi bagian ikhtiar kita untuk mencari sembuh. Selama tidak mengkultuskan bahwa seolah dokter atau obat-lah yang menyembuhkan penyakitnya. Sementara kita tahu bahwa semua terjadi hanya atas ijin Allah semata. 

Saat kita sembuh dari sakit, bukan dokter atau obat yang menyembuhkan, tapi Allah yang memberikan kesembuhan.

Begitu pula banyak hal lainnya. Ketika kita mendapat gaji, keutungan besar, sukses, akankah kita mengatakan bahwa semua itu didapat karena kerja keras kita? Oh, bukan! Jika demikian maka jiwa kita belum merdeka. Ada kesombongan yang sungguh sangat dimurkai Allah karena hal itu selendang-Nya.

Lantas, bagaimana seharusnya, Sahabat surgaku? Semua yang kita raih, baik harta, kekayaan, jabatan, bukan karena kerja kita tapi karena Allah yang memberikan sebagai pinjaman. Sewaktu-waktu bisa Allah ambil kembali.

Sahabat, yakinkah kita mengatakan sudah merdeka, sementara jiwa kita masih banyak ketergantungan kepada makhluk? Akankah mengatakan merdeka, padahal ada banyak ketakutan menyelimuti hati. Takut miskin, takut lapar, takut mati, dan banyak ketakutan lain yang menyelimuti hati.

Tak cukupkah Allah sebagai sandaran terkuat, sehingga setiap upaya dan perjuangan kita dilandasi sebuah ketaatan hanya kepada Allah Sang Penguasa alam semesta ini. Mengapa tak mengadukan semua urusan kepada Allah agar jiwa kita seluas samudra?

Sahabat, mari kita mengambil pelajaran dari kisah gadis kecil Palestina yang Allah karuniakan keimanan begitu mendalam dan menghujam jiwanya. Sungguh, itulah merdeka sesungguhnya. Ketika ketergantungan kita hanya kepada Allah saja. Cukup bagiku Allah. Wallahualam bissawab. [ry].


Surabaya, 1 Agustus 2024

Baca juga:

0 Comments: