Headlines
Loading...
Opini

Oleh. Ummu Ahtar (Ngawi)

Tingginya kasus bunuh diri di Bali membuktikan miskinnya mental manusia, hingga nekat ambil solusi mengakhiri kehidupan (CNN Indonesia, 2/7/2024). Kasus bunuh diri ini disebabkan oleh dua faktor yakni sifat bawaan kejiwaan dan depresi atau stres dalam menjalani hidup. Pemerintah terlihat memberikan solusi berupa konseling dan pendekatan kekeluargaan. Sayangnya kita tidak tahu kapan seseorang akan melakukan bunuh diri, sehingga solusi ini hingga kini belum tuntas dan malah menyebabkan bunuh diri kian marak.

Tren ini diakibatkan oleh kerusakan mental dan kelemahan iman. Seharusnya iman yang kuat menjadi pegangan jalan kehidupan. Seorang muslim sejatinya harus bercermin dari mental baja Rasulullah saw. serta para sahabat. Sebagaimana Bilal bin Rabbah tidak gentar terhadap siksaan majikannya, serta Abdurahman bin Auf yang tidak gelap hati sebagai saudagar kaya raya. 

Semua itu diakibatkan oleh sistem sekularisme—kapitalisme, yaitu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini membawa pemeluknya terlena dunia yang memuja kemewahan, hidup glamor, jabatan, status selebritas, dan sebagainya. Padahal semua itu hanya sebatas kesenangan materi belaka. Mereka yang tidak mampu meraih materi itu malah menjadikan bunuh diri sebagai solusi.

Ditambah lagi polemik kehidupan kian bertambah. Beban biaya hidup tinggi, harga kebutuhan naik, pendidikan mahal, serta sulitnya mencari pekerjaan membuktikan kesulitan hidup di negeri gemah ripah ini. Wajar jika pinjol, judi, dan kasus kriminalitas meningkat akibat jalan pintas solusi ekonomi yang lebih baik. Tentu negara akan kewalahan menyelesaikan banyak fenomena, yang sebenarnya adalah akibat dari solusi yang belum tuntas menebas akar masalah.

Islam sejatinya adalah agama kompleks, yakni agama ritual dan ‘siyasiyah’ yang menjadikan Allah sebagai pencipta dan pengatur kehidupan. Sebagaimana terukir dalam sejarah, Islam telah menjadi teladan dunia dan memimpin negara dengan syariat Islam kafah dalam bingkai Khil4f4h selama 14 abad. Semua itu terwujud dengan peran negara sebagai ‘rain’ (pelindung) dan penjamin rakyat berdasarkan aturan Allah semata, yakni Al-Quran dan As-sunah.

Menoleh dari fenomena ini, tentu Daulah Islam akan melindungi rakyat dari media-media pemicu kerusakan mental dan kelemahan iman. Daulah akan menghapus konten-konten perusak dan mewujudkan media yang bersifat meningkatkan kadar keimanan rakyat kepada Allah Swt..

Pendidikan diwujudkan dan dijunjung tinggi dengan berasaskan akidah Islam, sehingga dapat memupuk keimanan masyarakat akan ketakwaan individu, sehingga masyarakat saling mengingatkan dalam amar makruf nahi munkar. Hal ini akan menurunkan tingkat kriminalitas.

Daulah Islam secara mandiri mempunyai baitulmal yang dapat memberikan sarana dan prasarana gratis untuk rakyat sehingga tidak akan ada kesulitan ekonomi, lapangan pekerjaan, dan sebagainya. Masalah ekonomi akan tuntas. Tidak akan ada lagi pinjol dan sejenisnya karena Islam sendiri mengharamkan riba dan menghalalkan jual beli.

Dari penjelasan di atas, Islam membuktikan bahwa sesungguhnya fenomena bunuh diri ini marak terjadi akibat rusaknya sistem. Sebab itu, kerusakan sistem ini harus diganti dengan sistem yang lebih baik lagi, yakni Khil4f4h Islam. Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: