Headlines
Loading...
Oleh. Lilik Yani

Membayangkan hidupku yang selalu dimanja orang tua, mengerjakan apa-apa tak boleh. Keluar rumah tak boleh kecuali untuk sekolah. Teman main ke rumah juga tak boleh, kecuali untuk belajar atau mengerjakan tugas sekolah. Hingga pergi ke masjid ikut belajar iqro bareng teman-teman juga tak boleh karena jarak jauh, malam hari tak ada listrik. Jam malamku adalah pukul 5 sore, jauh sebelum azan maghrib berkumandang semua pintu rumah ditutup.

Pekerjaan rumah yang boleh aku lakukan hanya menyapu dan bersih-bersih rumah. Sesuatu yang berbau pisau dan api, tidak diperbolehkan aku pegang. Orang tua menjaga anak gadisnya serasa dipingit, terlalu mengekang. Hingga anak-anaknya hanya memiliki kecerdasan IQ saja. EQ kurang, SQ apalagi. Sangat jauh. 

Lulus SMA harus Hijrah ke Kota

Orang tuaku sangat mendidik tentang etika, hingga anak-anak tak berani bicara keras atau melawan. Bukan tanpa upaya, aku tergolong anak yang punya kemauan dan tekat kuat. Sudah berkali-kali mempertahankan argumen. Hanya saja, tetap tak bisa melawan perintah orang tua selama tidak disuruh berbuat syirik.

Ibu bapakku mencukupkan ibadah anak-anaknya dengan salat dan puasa. Tak hanya ibadah wajib, tapi juga salat sunnah dan puasa sunnah. Nah, mereka merasa sudah bagus dengan pendidikan itu. Jadi ketika aku mau ikut belajar ngaji, kursus ilmu lain tak boleh. 

Ketika usia semakin remaja, semakin ada rasa memberontak. Aku harus keluar dari rumah. Jika orang tua memberi syarat untuk kuliah harus diterima PT Negeri, maka aku harus semakin semangat belajar. Alhamdulillah, Allah ijinkan aku kuliah PTN. Bahkan tak cuma satu, aku diterima di 3 PTN lewat beberapa jalur. Hanya saja, ibuku menyuruh yang pertama pengumuman. Jadilah Unair Surabaya tempatku hijrah pertama. 

Surabaya ... Surabaya oh Surabaya ...
Kota kenangan ... Kota kenangan
Takkan terlupa
Di sanalah .. Di sanalah
Di Surabaya 
...

Lagu itu berkumandang saat kakiku menjejakkan pertama kali di tanggal 30 Mei 1988 bertepatan ulang tahun kota Surabaya.

//Ya Allah, Surabaya Engkau Pilihkan sebagai Kota Hijrahku//

Aku senang sekali berada di kota impian. Sejak SMA aku memilih jurusan Fisika karena mau kuliah di Teknik ITS. Ternyata Allah mengabulkan doa ibuku, aku kuliah di Analis Medis Universitas Airlangga Surabaya.

Awal yang berat, jiwa berontak tapi tetap patuh orang tua. Ya Allah aku ikhlas, meski sangat bertentangan batin. Jika tidak ingat jerih payah bapak yang bekerja dengan naik sepeda ontel, rasanya aku malas belajar.

Namun Allah yang menguatkan, Allah mudahkan aku belajar dan berprestasi memuaskan. Hingga skenario indah Allah terbuka. Mengapa aku dihijrahkan di Unair Surabaya? Karena Allah ingin mempertemukan aku dengan sahabat-sahabat yang mengajakku hijrah. Allahu Akbar.

Bersama sahabat-sahabat Unair aku dikenalkan Islam, Al Quran, Hadist, dan guru-guru bermental tangguh tak takut kebijakan pemerintah. Indahnya pesan cinta Allah akhirnya aku rasakan. Betul-betul serasa tanah kering yang mendapat siraman air hujan. Sejuk sekali. Indah tak terungkapkan kata. Impianku mengenal indahnya Islam akhirnya tercapai.

Hari-hariku dipenuhi diskusi, bincang mesra tentang Islam. Hingga aku harus mengubah penampilan untuk berjilbab. Meski belum Islam kaffah seperti saat ini, tapi guru-guruku sangat ketat dalam mendidik. Ketika ada perbedaan juga memiliki hujjah kuat. Jadilah sejak dulu aku termasuk ngaji Islam yang asing. Semua ditunjukkan dasar hukumnya, bukan nurut umum. 

Hijrah Kerja ke Kampus FK UWK

Alhamdulillah, meski waktuku terbagi untuk mengaji dan dakwah, tapi prestasi akademi tak ketinggalan. Allah ijinkan aku lulus tepat waktu dan langsung bekerja.

Awal kerja di RS yang mau menerima muslimah berjilbab. Kemudian pindah ke lab swasta agar tak kena shift malam. Selanjutnya pindah ke kampus agar bisa libur Sabtu Ahad untuk mengaji dan dakwah.

Sungguh, skenario Allah begitu indah. Mengapa aku dipilihkan hijrah kerja di kampus UWK? Karena Allah ingin mempertemukan aku dengan mahasiswa yang menawarkan buletin biru putih.

Proses cukup panjang hingga klik mau bergabung. Setelah melalui banyak halangan dan rintangan. Hingga kini Allah mantapkan hati untuk mengkaji Islam kaffah dan berjuang untuk mendakwahkan. Dakwah dengan lisan maupun tulisan, dengan berbagi uslub ditempuh.

Tidak ada kata menyerah atau berhenti. Kecuali capek, istirahat sebentar untuk mengatur strategi. Dakwah tak boleh berhenti. Dan inilah hijrahku, di mana hakikat hijrah adalah bergerak. Jadi aku terus bergerak menuju Rabb ku. Jika aku hanya diam ... jika aku tak hijrah, mungkin akan menjadi upik abu yang manja tak bisa apa-apa. 

Syukur tak terkira, Allah ijinkan aku hijrah tempat ke Surabaya. Juga hijrah menuju Islam kaffah setelah melalui berliku-liku proses. Terima kasih ya Allah, segala ketidaknyaman di awal akhirnya berbuah manis. Di Surabaya Allah ijinkan aku bertemu Islam, juga bertemu pasangan yang mendukung sepenuh hati. 

Terima kasih atas semua karuniaMu, ya Allah. Ijinkan hamba yang fakir, lemah, banyak kekurangan ini untuk senantiasa merasakan sentuhan cintaMu yang agung. Mohon ampunilah semua dosa dan khilaf, bimbinglah hamba untuk lebih berhati-hati menapaki setiap perjalanan menuju ridaMu.

Allahku, kepada siapa hamba memohon kalau tidak kepadaMu
Hanya Engkau Rabb ku
Mohon ampunilah hamba yang penuh dosa dan tak berdaya ini.

Ijinkan di setiap detik waktu yang tersisa, untuk menambah bekal takwa, dan mengajak sebanyak mungkin umat untuk kembali hijrah menuju Engkau ya Rabb ku.
Aamiin ya mujibas sailin.

Wallahualam bissawab


Surabaya, 9 Juli 2024

Baca juga:

0 Comments: