Story Telling
Oleh. Ina Ariani (Aktivis Muslimah Pekanbaru)
Mama, kau adalah makhluk paling mulia di antara makhluk lainnya. Derajatmu, tiga tingkat dibanding ayah. Mama, kau mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan anak-anakmu. Mama jasamu tak bisa tergantikan dengan apapun jua. Tarikan nafas ketika mau melahirkan aku, si buah hatimu, tidak bisa kubayar, Ma.
Setetes air susu yang kau berikan, aku tidak bisa membayarnya walau nyawaku jadi taruhannya. Ketulusan hatimu, menimang kami anak-anakmu dengan penuh kasih sayang hingga tumbuh besar, remaja, dewasa dan kini kami juga sudah menjadi seorang bunda pula. Mama, tiada yang bisa menggantikan sosokmu, tiada habisnya love you, Mama.
Semua cinta dan kasih tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku tak tahu persis perjalanan kisah Mama dan ayah karena Mama tak pernah menceritakannya. Cuma Mama pernah cerita dia menikah di usia yang sangat muda. Tepatnya 43 tahun lalu lahirlah sosok putri kecil nan imut. Dia adalah, "aku." Eh ternyata bayi imut itu sekarang amit-amit gemoy, kata Mama... hehe. Selang 2 tahun, putri kedua lahir, 5 tahun kemudian putri ketiga pun lahir, genap putri Mama 3 orang.
Putri sulung pasti the best, penuh cinta semua orang menyayangi jadi rebutan, bou-bouku, tetangga-tetangga Mama, pokoke sekampung rebutin aku, bahagianya. Pendek cerita tibalah waktu sekolah, waktu itu ada suntik cacar di sekolah, karena aku takut, aku lari pulang. Terus sampai di rumah, Bang Mamad pun datang, bilang ke Mama kalau aku tuh adiknya takut, gak mau disuntik. Hehehe, Bang Mamad seorang guru agama di sekolah Ibtida'iyah Lembao. Dulu tuh aku, kalau jumpa abang selalu minta uang 100 rupiah ke abang, tengokin ke abang kalau kantongku kosong, hehe, Abang gak pernah pelit.
Dia sekarang sudah almarhum, allahumma firlahu war hamhu, wa afihi waafu anhu. Masih banyak cerita-cerita indah masa lalu bersama Mama, yang diceritakan padaku. Pokoknya, cerita Mama tuh aku yang paling disayang semua orang. Kayaknya sampai sekarang deh. Kata Mama semua tuh dulu pingin gendong, pingin cubit aku, begitulah kata Mama, dan sampai sekarang, Paklek Edi masih suka ingetin memori waktu kecil, Paklek suka bercanda, dan dia awet muda karena seorang seniman.
Waktu Ayah mengajak kami pindah ke Pekanbaru yang sebelumnya kami tinggal di Perdagangan, Sumatra Utara, aku masih duduk di kelas 2 SD, panjang kisahnya. Alhamdulillah di Pekanbaru, Mama dan Ayah dikaruniai 4 orang anak lagi. 1 laki-laki 3 perempuan, qadarullah anak keempat Mama perempuan meninggal waktu bayi, kemudian anak laki-laki Mama dan Ayah satu-satunya meninggal, ketika dia berusia 16 th. Saat itu Mama dan Ayah sangat shock, apalagi kalau orang Tapanuli Selatan anak laki-laki itu sangat berharga, katanya.
Ketika itu kami lagi ada acara keluarga di Kisaran Sumut, semuanya pergi. Tinggal almarhum Yono dan Paklek Supriadi di rumah. Dua hari di kampung dapat telepon kalau adik kecelakaan, ditabrak mobil colt diesel pengangkut kayu. Waktu itu semua kehilangan, shock. Pendek cerita lambat laun Mama dan Ayah pun bangkit dari kesedihan itu.
Waktu terus berjalan, kami pun semua sudah tumbuh dewasa, semuanya sudah berkeluarga. Pastinya Mama dan Ayah sudah tua, mereka berdua tak mau menyusahkan anak-anak, menantu juga cucu-cucunya. Cuma pesan Mama dan ayah, tengok-tengoklah kami, suruh cucu-cucu kami datang melihat kami, hati kami sudah senang dan bahagia. Mama dan Ayah, sungguh mulia hatimu.
Allah Maha Baik, buat Oma dan Opung, kehilangan 1 anak laki-laki, tapi Allah ganti 9 orang cucu laki-laki, 1 cucu perempuan, masyaallah.
Alhamdulillah ya Rabb. Sekilas hati kedua orangtua terobati dengan hadirnya cucu mereka, namun faktanya tetap saja, teringat anaknya. Ini adalah fitrah manusia.
Terima kasih, Mama. Hari-hari yang kuingat, semua berkesan. Engkau mengurus kami, 5 orang putri Mama tanpa membeda-bedakan, love you Mama. Kami semua tumbuh dewasa. Benar kata orang, 5 anak, 5 pula perangai anak. Namun perbedaan itu tidak mengubah cinta dan kasih sayang Mama pada semua putri Mama. Sikap, ketulusan, perjuangan dan pengorbanan Mama belum bisa kami membalas nya, dan sampai kapan pun lelah dan kepayahan-kepayahan Mama semua menjadi ibadah buat Mama. Doa kami semoga yang terbaik buat Mama dan ayah.
Pantaslah Allah menjelaskan kewajiban berbakti pada orang tua adalah sebuah kewajiban yang itu Allah setarakan dengan kewajiban salat, puasa dan zakat. Itu wajib! Melanggarnya adalah kemaksiatan berarti dosa. Masya Allah ...
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Di ayat lain, Allah berfirman:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu." (Qs. Lukman ayat 14)
Tafsir ayat ini, menjelaskan Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya dengan berusaha melaksanakan semua perintah-perintahnya dan mewujudkan keinginannya. Jadi jelasnya, seorang anak tidak boleh membantah perintah seorang ibu sebagai orang tua yang telah bersusah payah mengandung, melahirkan, menjaga, merawat kita dengan cintanya. Pantaslah Allah memerintahkan kita seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu, dengan kepayahannya, baru kemudian ayah. Banyak ayat dan hadist Rasulullah saw., yang menjelaskan agar kita wajib berbakti pada keduanya.
Tapi aku sedih, melihat banyak anak-anak akibat pengaruh sistem kapitalis sekuler, melawan bahkan menghujat, membentak Ibunya, tanpa rasa bersalah, enggan meminta maaf, ia merasa benar, padahal ibunya tak pernah mengajarkan demikian. Buruknya pengaruh sistem hari ini, mempengaruhi kehidupan dalam keluarga, juga masyarakat. Padahal jelas berbakti pada orangtua ibu/bapak adalah ibadah, sebuah kewajiban melanggarnya adalah kemaksiatan perbuatan dosa.
Ma, aku ingat pesanmu dulu, mama menyuruh ku dan ke 4 saudariku untuk belajar menjadi anak yang pintar dan shalihah, mama bilang, mama gak sekolah nak, mama gak bisa ngajari kalian, makanya kalian mama masukkan kesekolah, mama antarkan ke guru ngaji, belajar yang betul ya nak, manfaatkan itu. Dulu karena aku gak paham ya, namanya anak-anak seperti anak pada umumnya, aku jawab ya ma. Sekarang aku baru tahu arti perintah mama, ternyata banyak ilmu yang ku pelajari dari mama, walau dia bukan orang berilmu, bukan orang paham agama, tapi banyak pelajaran hidup dari nya. Terimakasih mama, aku bangga menjadi putrimu.
Rasulullah bersabda, dari Abu Hurairah ra., "Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi saw. menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi saw. menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi saw. menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR Bukhari dan Muslim).
Masya Allah, Ma. Kedudukan mama tiga kali lebih utama daripada ayah sebab mama telah melakukan tiga hal kepada anaknya yang tidak bisa dilakukan ayah. Misalnya mengandung, melahirkan, dan menyusui. "Sesungguhnya Allah juga berwasiat tiga kali kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat." (HR Ibnu Majah).
Masya Allah, Ma. Begitu mulianya dirimu mama, apapun yang kau perintahkan selagi itu bukan menyuruh pada kemaksiatan kami anak-anak harus patuh padamu.
Mama sekarang sudah tua, sudah sering sakit-sakitan, semoga Allah sehatkan mama, Allah angkat penyakit mama, dan sembuh seperti semula, gak sakit-sakit lagi, yang sabar ya ma, itu tanda sayang Allah, dengan itu semoga Allah mengampuni dosa-dosa kecil mama. Semoga mama menjadi mama shalihah untuk kami, Oma salihah untuk cucu-cucu oma, dan semoga mama menjadi istri salihah untuk ayah, menua bersama ayah, semoga kelak kita dikumpulkan bersama-sama di surga.
Terima kasih telah menjadi mamaku. Maafkan kesalahan-kesalahanku ya, Ma, aku sayang Mama, aku cinta Mama. Senyummu selalu terukir di dalam sanubariku. Love you, Mama.
Baca juga:

0 Comments: