Headlines
Loading...
Gaya Hidup Liberal, Aborsi Akibatnya. Gak Ngeri, ta?

Gaya Hidup Liberal, Aborsi Akibatnya. Gak Ngeri, ta?

Oleh. Maret Atik

Kasus aborsi mencuat lagi. Salah satunya adalah yang terjadi di klinik aborsi di Klapa Gading, Jakarta Utara. Polisi menangkap dua orang yang diduga pelaku praktik aborsi, dua orang terduga pasien dan seorang ibu dari terduga pasien (berita online RRI, 21/12/23). Kasus ini bukan yang pertama, ia hanya salah satu kasus yang terungkap saja. Karena fenomenanya seringkali seperti gunung es. Pertanyaannya, mengapa kasus aborsi ini seolah tiada henti, dan adakah solusinya?

Dikutip dari laman berita online elshinta (18/02/23), bahwa data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2017 menunjukkan bahwa dua persen remaja perempuan dan delapan persen remaja laki-laki, telah melakukan hubungan seks di luar nikah. Dan 11% di antaranya mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Yang lebih mencengangkan lagi, ternyata kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,3 juta per tahun, dan 20% di antaranya dilakukan oleh remaja. 

Itu bukanlah angka yang sedikit. Karena dalam pandangan Islam, nyawa seorang manusia itu lebih berharga ketimbang dunia dan seisinya. Oleh karena itu, hal ini tentu membutuhkan penanganan yang serius, agar angkanya semakin kecil, dan bisa terhapuskan. 

Seorang Sosiolog, Musni Umar, berpendapat, bahwa penyebab kasus-kasus ini ada beberapa hal, di antaranya adalah desakan ekonomi, dan adanya pergaulan bebas (berita online RRI, 21/12/23). Adanya tuntutan kebutuhan ekonomi di tengah kondisi sulitnya mencari pekerjaan, membuat seseorang memilih jalan pintas untuk menjual diri, tanpa memikirkan resiko jangka panjangnya. Di sisi lain, adanya gaya pergaulan anak muda sekarang yang cenderung bebas, juga sangat memungkinkan terjadinya kehamilan di luar nikah, yang seringkali berujung aborsi. 

Jika masalahnya adalah tuntutan ekonomi, maka ini adalah sebuah masalah sistemik. Karena nyatanya banyak kejadiannya, tidak hanya kasuistik. Artinya, hanya negara yang bisa mengurai problemnya, dengan menciptakan lapangan kerja bagi warga negaranya, sehingga terhindar dari praktik jual diri untuk menutupi kebutuhan ekonomi. 

Jika masalahnya adalah adanya pergaulan bebas, maka hal ini juga menjadi tanggung jawab negara untuk mewujudkan sistem sosial yang menjauhkan diri dari praktik pergaulan bebas. Bagaimana remaja tidak gaul bebas, jika mereka tidak mendapatkan pendidikan agama yang berbobot. Bagaimana remaja tidak terjerumus pada pergaulan bebas, jika situs porno masih berkeliaran tanpa batas, dapat diakses oleh siapa saja dari gadget mereka. Pornografi dan pornoaksi berkeliaran di mana-mana, tidak hanya di internet, bahkan juga televisi, sehingga jangkauannya sangat luas. 

Pada faktanya, negara tidak menyaring berbagai informasi yang masuk ke masyarakat. Bahkan membiarkan masyarakat dikepung dengan berbagai hal yang bisa merangsang hasrat seksual. Sehingga bagi yang belum menikah, sangat mungkin untuk memilih pemenuhannya dengan seks di luar nikah, yang pada akhirnya menyebabkan kehamilan di luar nikah, lalu berujung pada aborsi. 

Kedua faktor penyebab itu, tuntutan ekonomi dan pergaulan bebas, muncul sebagai akibat dari diterapkannya sistem kapitalis-sekuler di negara ini. Sistem kapitalis lebih mengedepankan kepentingan para pemodal dibandingkan kepentingan rakyat. Sehingga, semisal ada proyek pembangunan pun yang diprioritaskan adalah para pemilik modal. Apa yang diinginkan oleh para pemilik modal akan selalu diikuti. Jika mereka menginginkan tenaga kerjanya dari luar negeri, maka  negara pun tunduk. Padahal, warga negara sendiri masih banyak yang menganggur.

Sistem kapitalis-sekuler juga menjunjung tinggi kebebasan. Karena kebahagiaan menurut mereka adalah terpenuhinya kesenangan jasadiyah. Maka tidak heran jika mereka membiarkan gaya hidup hedon dan liberal. Maka tidak aneh jika kasus hamil di luar nikah dan aborsi tidak pernah selesai. (Youtube mmc, 27/12/23).

Islam Punya Solusi

Dengan melihat bahwa akar masalahnya adalah diterapkannya sistem kapitalis-sekuler, maka solusi dari permasalahan ini adalah dengan membuang sistem tersebut dan menggantinya dengan sistem yang lain. Sistem pengganti yang kita inginkan adalah sistem yang menjadikan penguasa selalu mengedepankan urusan rakyat; menciptakan lapangan kerja, menyelenggarakan pendidikan yang berbasis akidah islam, menciptakan suasana pergaulan yang islami, melarang pornografi pornoaksi secara total, dan berbagai hajat hidup lainnya. Sistem yang demikian, hanya ada di dalam Islam. 

Islam menjamin kebutuhan pokok masyarakat yang meliputi sandang, pangan dan papan. Islam juga menjamin kebutuhan kolektif warganya yang meliputi pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Semua akan diberikan oleh negara secara cuma-cuma. Dari mana pembiayaannya? Tentu saja dari pengelolaan keuangan baitul mal yang mandiri. Jika kebutuhan pokok masyarakat sudah dijamin, maka tidak ada lagi orang menjual dirinya demi sesuap nasi, lalu berujung aborsi. 

Negara juga akan menerapkan pendidikan berbasis akidah Islam, yang akan mencetak generasi yang berkepribadian Islam, yang selalu merasa diawasi oleh Allah Swt., sehingga sangat berhati-hati dalam setiap perbuatannya. Negara pastinya akan memanfaatkan orang-orang terbaiknya untuk membersihkan situs-situs sampah yang meracuni masyarakat. Dan dalam hal sanksi, Islam menetapkan sanksi yang cukup berat bagi pezina, yaitu rajam bagi pezina yang pernah menikah, dan cambuk 100 kali bagi pezina yang belum menikah. Dengan demikian, orang akan berpikir ribuan kali untuk berbuat zina. Dengan inilah, Islam mencegah terjadinya kasus aborsi.  
Dan yang harus kita ketahui, bahwa sistem itu pernah diterapkan dan berjaya selama kurang lebih 13 abad. Dan sistem itu telah diakabarkan oleh Rasulullah Saw. akan kembali ada. Tidakkah kita ingin hidup di dalam sistem itu dan turut memperjuangkannya? Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: