Headlines
Loading...
Stunting adalah Buah Diterapkannya Sistem Kapitalisme

Stunting adalah Buah Diterapkannya Sistem Kapitalisme

Oleh. Ummu Shabbiya

Kemiskinan menjadi momok yang terus menghantui negeri tercinta ini. Salah satu persoalan yang muncul akibat dari kemiskinan ini adalah banyaknya kasus stunting yang dialami oleh anak anak.

 Stunting adalah kondisi dimana seorang anak tumbuh tidak sebagaimana mestinya, karena kurangnya asupan nutrisi pada masa pertumbuhan. Adapun ciri-ciri anak yang mengalami stunting adalah tumbuh kembang yang lambat, berat badan tidak naik, kemampuan fokus belajar yang kurang dan seterusnya. Lebih singkatnya stunting adalah gagal tumbuh yang bisa terjadi sejak masih dalam kandungan, ketika seorang ibu hamil dan menderita kekurangan gizi.

Dampak serius dari stunting adalah bisa terjadinya keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, risiko serangan penyakit kronis dan lain lain. Tentu hal ini tidak bisa kita abaikan  karena akan berakibat buruk bagi generasi masa depan. Oleh karena itu, pemerintah membuat program-program untuk menangani masalah ini. Namun sayangnya, ada indikasi penyelewengan dana yang seharusnya dibelanjakan justru malah disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga program tidak terlaksana sebagaimana seharusnya. Seperti dilansir dari detiknews.com, Rabu, 23/1/2023, Koordinator Harian Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Starnas PK) KPK Niken Arianti mengatakan masih tumpang tindihnya perencanaan dan penganggaran antara pemerintah pusat dengan daerah menjadi celah korupsi. 

Sungguh sangat miris. Di saat nasib anak- anak stunting sedang diperjuangkan agar bisa tumbuh normal, para pejabat justru yang lebih dahulu stunting moralnya dengan mengambil serta menikmati yang bukan haknya. Sehingga kita tidak heran, menu stunting yang diharapkan mampu menjadi booster untuk pertumbuhan anak-anak yang membutuhkan menjadi berbeda dari perencanaan yang kemudian viral. Menu tersebut hanya berupa tahu dan kuah serta nasi saja. Ini semua butuh keseriusan pemerintah pusat, daerah, Kemenkes, BKKBN, dan berbagai instansi yang terkait  bersama-sama memberikan perhatian serius atas penanganan kasus ini agar tidak berlarut-larut. 

Terlepas dari amburadulnya penanganan stunting solusi mengatasi masalah ini tentu tidak bisa jika hanya dicukupkan pada bantuan makanan semata. Selain stunting karena faktor genetik, adapun ketidakmampuan orang tua mencukupi kebutuhan gizi karena miskin, melatarbelakangi banyaknya kasus terjadi. 
Kurangnya asupan nutrisi saat wanita hamil berpotensi akan melahirkan bayi stunting.
Sulitnya mencari pekerjaan, dan rendahnya  standar gaji yang diterima oleh masyarakat golongan pekerja, membuat mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan hidup  secara ideal. Mereka harus terus memutar otak dan tidak sedikit masyarakat kita yang menjalani dua pekerjaan sekaligus agar dapur tetap mengebul.

Kemiskinan sistemik ini adalah buah dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalis, di mana di sistem ekonomi ini para kapitalis mendapatkan pintu lebar untuk menguasai SDA, sementara rakyat hanya dapat kesempatan sebagai pekerja saja. Berbagai sektor yang seharusnya dikelola oleh negara dan menjadi milik umum, namun tidak terjadi di sistem ini. Penguasa tak lebih hanya berperan sebagai regulator yang berpihak kepada pengusaha, dan rakyat hanya menjadi  penonton saat hasil SDA itu masuk ke kantong-kantong mereka. 

Penguasa bukan lagi menjadi berperan sebagai pengurus rakyat, akan tetapi hubungan yang tercipta tak lebih seperti pedagang dengan pembeli. Rakyat harus membayar untuk menikmati semua fasilitas-fasilitas umum yang mereka butuhkan.

Berharap solusi stunting dalam sistem kapitalis jelas sangat tidak mungkin. Sistem ini terbukti tidak mampu menyejahterakan. Maka yang kita butuhkan adalah sistem ekonomi tandingan yang jelas lebih baik yakni sistem ekonomi Islam. 

Dalam Islam penguasa akan melayani rakyatnya. Semua kebijakan diambil berdasarkan hukum syariat, bukan kesepakatan dengan korporat. Rakyat menjadi prioritas itu sudah pasti. Sistem ekonomi Islam yang diterapkan dalam bingkai sebuah negara, khalifah wajib menyejahterakan rakyatnya dengan memberikan mereka lapangan pekerjaaan. Negara juga menjamin semua keluarga mendapatkan pendapatan yang layak, SDA dikelola secara mandiri oleh negara dan hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyatnya, karena merekalah pemilik yang sebenarnya, bukan para pengusaha apalagi aseng asing. Negara juga akan mengontrol pasar agar harga stabil, dan tidak ada yang mengambil keuntungan untuk pribadi. Negara maksimal memperhatikan kebutuhan rakyatnya. Keluarga yang belum mampu juga akan dicukupi dengan zakat yang diberikan oleh negara. Dengan bagusnya pelayanan penguasa kepada rakyatnya ini maka, masalah stunting adalah masalah kecil, yang sangat mudah diatasi. Hanya dengan menerapkan sistem ekonomi Islamlah masalah akan terselesaikan hingga ke akar. 
Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: