Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Betapa banyak orang yang mencari dunia, betapa banyak manusia sehari-harinya mencari dunia, dia tidak memikirkan mencari akhiratnya. Dunia sementara, akhirat selamanya. Dunia ini hanya seperti setetes air laut di tengah samudera. Kalau kau dapat jangan bangga. Kalau kau tak dapat jangan kecewa.

Pada saat Allah memerintahkan manusia untuk beriman dan bertakwa, maka Allah juga memerintahkan untuk memperhatikan dengan siapa kita bergaul, siapa yang kita jadikan teman dan sahabat. Makanya Allah berfirman di dalam QS. At-Taubah ayat 119:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar."

Allah memerintahkan dua perintah sekaligus, ittaqullah, bertakwa kepada Allah, wa kūnū ma’ash shōdiqīn, bersamalah kamu dengan orang-orang yang cinta kepada kebenaran. Kenapa takwa dan teman Allah perintahkan bergandengan dalam satu ayat? Sebagian ahli tafsir menjelaskan karena manusia tak mungkin beriman dan bertakwa secara benar dan utuh sampai kita mendapatkan teman, circle, komunitas yang mendukung untuk membantu kita tetap taat kepada Allah.

Coba kita perhatikan pemain sepakbola terkenal. Bagaimana dia memerlukan teman dan komunitas untuk bermain sepakbola, mengajarinya skill bermain sepakbola. Seorang profesional tak serta merta dia lihai bermain sepakbola. Dia akan memulai sejak kecil, berkumpul dan bermain bersama teman-teman yang hobi main bola. Lalu masuk ke sekolah sepakbola hingga mengantarkan dirinya menjadi pemain terkenal. 

Jika dalam urusan duniawi saja, manusia membutuhkan teman dan komunitas, apalagi ketika beriman kepada Allah. Keimanan jelas sangat membutuhkan partner dan habitat yang mendukung. Sebagaimana telah Allah tuangkan dalam ayat di atas. Bertakwa dan bersama dengan teman dan sahabat saleh salihah yang senantiasa mengajak dan mengingatkan dalam kebenaran dan ketaatan. 

Ini pula yang membuat kita memahami sabda Rasulullah saat beliau menguntai permohonan tiga cinta kepada Allah. “Allahumma inniy as-aluka hubbaka, wa hubba man yuhibbuka, wa hubba ‘amalin yuqorribuni ilā hubbika.
اللهم إني أسألك حبك وحب من يحبك وعمل  يقربني إلى حبك

Ya Allah aku meminta kepada-Mu cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu, dan amalan yang mendekatkan aku kepada cinta-Mu.”

Ternyata setelah meminta cintanya Allah, nomor 2 yang diminta Rasulullah adalah cintanya orang saleh yang mencintai Allah. Permohonan ini Allah kabulkan. Rasulullah dipertemukan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqosh, Sa’ad bin Zaid, Abu Ubaidilah bin Jarrah, Hamzah bin Abdul Muthalib, dan sederet sahabat besar yang setia menemani perjuangan dakwah beliau.

Hal ini menunjukkan pada kita, kalaulah sekelas Rasulullah masih memerlukan teman untuk menjalankan roda dakwah yang diamanahkan oleh Allah, apalagi kita manusia yang hidup di akhir zaman. Kita lebih berhajat dan lebih perlu teman yang saleh untuk dapat menjaga keimanan yang kadang naik dan turun.

Bahkan para nabi pun Allah berikan partner untuk menjalankan amanah dakwah yang Allah bebankan di pundaknya. Nabi Musa memerlukan kakaknya, Nabi Harun untuk menghadapi Fir’aun. Nabi Ibrahim ditemani anaknya, Nabi Ismail. Nabi Daud juga dengan anaknya, Nabi Sulaiman. Nah, jika para nabi ini Allah berikan partner dalam berdakwah, apalah kita jika merasa tak memerlukan teman dalam kebaikan, apalagi dalam dakwah. 

Manusia itu dapat dinilai dari dengan siapa dia bergaul, siapa temannya. Jika ingin baik, carilah teman yang baik. Teman yang beriman dapat melihat di mana titik lemah kita dan akan menasihati agar kita tidak terjatuh dalam titik lemah tersebut. Maka dari itu, bukanlah yang dinamakan keberuntungan besar itu saat bisnisnya sukses atau mendapat hadiah besar. Keberuntungan besar itu saat mendapat teman akhirat selain dari keluarganya, yaitu dari teman dan sahabat saleh. Jika salah memilih teman bisa jadi akan menjerumuskan kita ke amal neraka. Naudzubillah

Memangnya ada ya teman yang menjerumuskan ke neraka? Hemm, ada. Mari kita ambil pelajaran dari Abu Thalib, kisah paman Nabi saw. sendiri. Dalam hatinya Abu Thalib meyakini keimanan Rasulullah bahkan terus melindunginya, namun ia tak juga mau bersyahadat. Hingga Abu Thalib jatuh sakit berat, Rasulullah mendatanginya sebagai keponakan yang sangat mencintai pamannya serta sebagai Rasulullah untuk mengajak pamannya masuk Islam, agar selamat dari siksa neraka.

Rasulullah berkata, 
أَيْ عَمِّ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ
Wahai Paman, ucapkanlah Lailahaillallah, satu kalimat yang dapat aku jadikan hujah (pembela) di sisi Allah.” 

Namun ternyata di situ hadir pula setan Makkah, Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah Al-Makhzumi yang terus menyela, “Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?”

Rasulullah terus menawarkan Islam kepada pamannya, namun kedua orang itu juga terus menanggapi. Hingga kalimat yang keluar dari Abu Thalib adalah tetap berada pada agama Abdul Muthalib. 

Abu Thalib menjawab,
لَوْلَا أَنْ تُعَيِّرَنِي قُرَيْشٌ. يَقُولُونَ: إِنَّمَا حَمَلَهُ عَلَى ذَلِكَ الْجَزَعُ. لأَقْرَرْتُ بِهَا عَيْنَكَ
Kalau tidak khawatir dicela oleh orang-orang Quraisy. Mereka akan berkata, ‘Abu Thalib mengucapkan itu karena ia panik (menjelang wafat)’. Akan kuucapkan kalimat itu sehingga membuatmu senang.”

Itulah bahayanya apabila mengikuti teman yang buruk, yang tidak beriman, yang tidak mau mendekat kepada Allah. Dan kelak manusia akan menyesal telah salah memilih teman dan pergaulan, hal ini Allah abadikan dalam QS. Furqan ayat 28:
يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَا نًا خَلِيْلًا
"Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku)."

Oleh karena itu penting bagi kita, selain memohon dikuatkan iman dan Islam, istikamah dalam kebaikan dan jalan dakwah, dimatikan dalam kondisi amal saleh terbaik, syahid husnul khatimah, juga memohon agar diberikan teman yang saleh, dijauhkan dari teman yang buruk, dan disatukan dalam circle teman-teman saleh. 

Baca juga:

0 Comments: