
surat pembaca
Mesra di Depan Umum, No Way
Oleh. D’ Safira
Beredar video tentang sepasang remaja berpangku-pangkuan dan bermesraan di sebuah tempat makan. Naudzubillah, menjijikkan sekali. Melihat saja rasanya malu, serasa jatuh ke inti bumi. Benar-benar mereka tidak tahu diri.
Parahnya, video yang serupa sering muncul dan beredar di jagad maya. Hingga tak terhitung lagi berapa banyak aksi-aksi tak senonoh mereka bergentayangan. Jika ditanya, mengapa mereka tak punya rasa malu hingga melakukan hal seperti itu? Jawabannya pasti, karena mereka memiliki mindset kapitalisme.
Dengan mindset kapitalisme, mereka mengabaikan rasa malu dan takut kepada Allah. Bagi orang sekuler it’s super clear bahwa hidup itu hanya untuk having fun atau ngejar kesenangan belaka. Jadi pacaran itu dianggap menyenangkan, di lingkungan privat ataupun di tempat umum. Bagi mereka, dosa, neraka, ataupun haram itu nggak penting. Anggapan mereka semua itu penting nanti saat usia tua saja.
Memang, sekulerisme membuat para pemuda mempunyai gaya liberal tanpa aturan, nggak ada takut-takutnya sama Allah. Padahal sebagai seorang muslim, hidup itu harus selalu berpikir, biar tidak tergelincir.
Dalam sistem kapitalis, masyarakat bersifat apatis, individuali dan permisif. Masyarakat memiliki pandangan bahwa apa yang dilakukan anggotanya serba boleh. Lihat saja apa yang dipertontonkan di buku-buku, novel, web series, sinetron dan film rata-rata menggambarkan tentang mewujudkan cinta sejati melalui kehidupan romantis diantara dua insan tanpa perlu ada ikatan pernikahan.
Bobroknya generasi muda dikukuhkan dengan pendidikan kapitalis berbasis sekulerisme. Bahkan ini menjadi biang kerok utama generasi ini begitu jauh dari pemahaman Islam. Negara juga menerapkan sistem pergaulan sekuler liberal yang membebaskan manusia untuk berbuat semaunya. Dan ini semua dijamin dengan atas nama HAM alias hak asasi manusia. Jadi aktivitas maksiat ini tidak boleh dilarang karena itu bagian dari hak manusia untuk berperilaku bebas. Dan kalau ada yang mengingatkan, malah dia yang disalahkan.
Jelas ini semua berbeda dengan generasi muda dengan Islam. Mereka memiliki mindset hidup hanya untuk mengejar rida Allah. Mereka akan selalu ingat firman Allah dalam QS. az-Zalzalah ayat 7 dan 8, bahwa perbuatan apapun akan ada balasannya. Demikian juga dalam QS. al-Isra’ ayat 32 kalau Allah mengharamkan segala hal yang mendekati zina, termasuk pacaran dan segala bentuk pergaulan bebas.
Demikian pula masyarakat dalam Islam, jauh dari sifat apatis, individualis dan permisif. Masyarakat Islam totally different. Dalam Islam, masyarakat punya peran penting sebagai social control, jadi berperan aktif dalam amar ma’ruf nahi munkar atau saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling mencegah melakukan kemaksiatan. Jika ada pelanggaran hukum syara,’ maka saat itu juga akan ada aksi masyarakat untuk mengingatkan, mengajak pelaku untuk segera bertaubat, dan merangkul kembali ke jalan Islam. Semua ini tidak hanya terjadi di dunia nyata tapi juga di jagad maya.
Adapun pendidikan Islam akan selalu membentuk generasi yang memiliki kepribadian Islam. Jadi generasi itu akan faham tentang halal-haram. Sistem pergaulan yang diterapkan negara juga sistem pergaulan Islam, dimana Allah telah mengharamkan pacaran atau khalwat, dilarang pula ikhtilat atau campur baur laki-laki dan perempuan. Islam juga mewajibkan ghazhul bashar atau menundukkan pandangan dan mewajibkan pada laki-laki dan perempuan berpakaian sesuai syariat Islam. Dan jika ada yang melanggar itu semua, Islam sudah siap dengan sanksi-sanksinya. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: