Headlines
Loading...
Fenomena Bunuh Diri Pada Anak, Islam Solusi yang Layak

Fenomena Bunuh Diri Pada Anak, Islam Solusi yang Layak

Oleh. Rus Ummu Nahla

Anak-anak merupakan aset suatu bangsa. Kehadirannya merupakan penerus estafet kehidupan yang akan datang. Maju dan mundurnya suatu bangsa akan bergantung kepada kualitas anak-anak hari ini. Tidak berlebihan, apabila dikatakan anak adalah pangkal harapan dalam menuju masa depan bangsa. Tapi jika melihat kondisi anak-anak sekarang sungguh memprihatinkan. Mereka begitu rapuh, gampang meledak amarahnya, sehingga melakukan hal yang di luar nalar, menyakiti diri sendiri bahkan sampai melakukan aksi nekat bunuh diri.

SR (13), siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, kehilangan nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya, diduga kuat ia bunuh diri (rri.co.i, 26/9/2023).
Kemudian di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, seorang bocah nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya (detik.com, 22/11/2023).

Aksi bunuh diri pada anak  tentu membuat kaget, terutama para orang tua dan masyarakat. Betapa tidak, di usia mereka yang  masih terbilang lugu, masa yang seharusnya mereka habiskan dengan keceriaan, tapi justru malah bertindak tidak wajar. Mereka mengakhiri hidupnya dengan cara tragis.
 
Mengungkap Akar Masalah

Menanggapi aksi bunuh diri pada anak, para psikolog mengungkapkan, anak bunuh diri disebabkan karena faktor anak yang introvert atau sering memendam masalahnya sendiri.  Sehingga ketika masalah yang datang semakin menumpuk, mereka tidak mampu lagi menampung, kemudian merasa putus asa, diambillah jalan pintas untuk mengakhiri permasalahannya itu, yaitu dengan melakukan aksi bunuh diri.

Sungguh, pola pendidikan yang ada saat ini tidak menanamkan nilai agama yang kuat, sehingga tidak mampu membentengi anak agar tidak terjebak kepada perilaku yang tidak dibolehkan oleh agamanya. Lebih jauh, bahwasanya pola pendidikan sekarang hanya mengedepankan prestasi dari segi pencapaian nilai saja, misalnya pandai matematika, fisika, bahasa, dan seterusnya, tanpa memperhatikan aspek- aspek lainnya, seperti aspek kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Jika menelisik lebih dalam ungkapan dari para psikolog, semuanya bermuara pada kesalahan dunia pendidikan yang ada saat ini. Diketahui bersama bahwa basis pendidikan saat ini berbasis sekularisme, yang pola dan pengajarannya menihilkan ajaran agama. Dari basis ini, agama tidak menjadi hal yang penting dalam ukuran keberhasilan siswa. 
Tapi  justru lebih kepada pencapaian nilai semata. Sebagai contoh, seorang anak pandai dalam ilmu matematika, namun kepandaiannya tidak beriringan dengan luhur kepribadiannya. Ditambah lagi minimnya pengetahuan orang tua terhadap ilmu agama dan kecenderungan memilih pendidikan dengan orientasi materi. Semakin menambah komplek permasalahan.

Sistem Pendidikan Islam

Islam adalah risalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Islam mengatur segala hal, baik dalam aspek ibadah, muamalah, aspek sosial, ekonomi, budaya hingga sistem pendidikan. Pendidikan merupakan layanan dan kewajiban yang diberikan negara kepada rakyat. Yang bukan hanya menjamin biayanya saja, melainkan juga mutu pendidikannya.

Negara akan menerapkan kurikulum berbasis akidah Islam yang bertujuan membentuk pribadi yang bertakwa. Dengan menanamkan akidah dan keimanan yang kokoh. Dengan begitu anak didik tidak mudah rapuh dan putus asa dalam menginjak remaja serta menjalankan kehidupannya. Dengan kata lain, seorang anak selain memiliki kecerdasan dalam bidang tertentu tapi juga memiliki kecerdasan emosional.

Selain menyiapkan kurikulum yang bermutu, negara juga akan mengatur media sosial, negara akan menghapus segala konten yang dapat merusak pemikiran dan memberikan pengaruh buruk kepada anak baik konten tersebut berupa tontonan yang mengekspresikan kekerasan maupun konten yang mengandung unsur imajiner menyimpang dan menyesatkan. 
Negara juga  akan bertindak tegas kepada para pelaku dan yang menyebarkan situs-situs yang dapat merusak kejiwaan pada anak dan masyarakat. 

Semua hal di atas tidak akan bisa direalisasikan jika Islam belum diterapkan.
Oleh karena itu, hal yang  utama untuk mencegah aksi bunuh diri adalah dengan mewujudkan sistem pendidikan Islam yang mumpuni, yang mampu mencetak para pelajar yang cerdas dan bertakwa. 

Sejarah telah mencatat, manakala sistem pendidikan Islam diterapkan, mampu  mewujudkan generasi yang berkualitas dan mencetak ulama-ulama hebat di bidangnya, Seperti Ibnu Sina (ahli kedokteran), Al-Khawarizmi (ahli matematika), Ibnu al- Haitsam (ahli fisika), dll. 

Hanya sistem pendidikan yang berbasis akidah dalam sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah yang mampu mewujudkan semuanya.

Wallahu A'lam bi asshawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: