Headlines
Loading...
Oleh. Reva Lina

Sob, ketika kematian selalu bersemayam di dalam pikiran kita, tentu hal negatif yang mengarah pada perbuatan dosa akan kita hindari, dan hal positif yang menghantarkan pada pahala akan kita lakoni. Namun, hal itu tak semudah apa yang dibayangkan karena membutuhkan iman yang kuat untuk mencapai puncak itu semua. Semakin kita sering mengingat kematian, maka akan semakin gencar untuk memperbaiki diri dan mengevaluasi diri. Karena hal utama yang membuat kita mengingat kematian adalah iman. 

Ajal tak pernah ada yang tahu, bukan seperti kelahiran yang diurut mulai dari bapak, ibu, kakak, adik. Justru kematian tak diurut, namun diacak. Tak memandang muda atau pun tua, semua telah Allah tetapkan sebagaimana mestinya. Kita tak pernah tahu kapan ajal menjemput dan tidak bisa negosiasi untuk dimaju mundurkan walau sekian detik saja. Tugas kita hanya berusaha, hasil akhir biar Pencipta yang menentukan segalanya.

Sob, perlu kita ketahui juga! Allah akan mencabut nyawa seorang hamba sesuai kebiasaan hamba-nya. Jika kebiasaan hamba-nya baik, besar kemungkinan akhir hidupnya akan baik pula (husnul khatimah). Sebaliknya, bila kebiasaan hamba-nya buruk, maka berpotensi akhir hidupnya dalam kondisi buruk pula (su'ul khatimah). Nauzubillah.

Sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

ÙŠُبْعَØ«ُ ÙƒُÙ„ُّ عَبْدِ عَÙ„َÙ‰ Ù…َا Ù…َاتَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ

Setiap seorang hamba akan dibangkitkan sesuai bagaimana keadaan beliau meninggal” (HR. Muslim no 2878).

Ø£َÙŠ ÙŠَÙ…ُوتُ عَÙ„َÙ‰ Ù…َا عَاشَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَÙŠُبْعَØ«ُ عَÙ„َÙ‰ 

Berkata Al-Munaawi "Yaitu ia meninggal di atas kehidupan yang biasa ia jalani dan ia dibangkitkan di atas hal itu" (At-Taisiir bi Syarh Al-Jaami' As-Shogiir 2/859)

Ketika seseorang terbiasa dengan satu perbuatan maka akan Allah tutup hidupnya dengan perbuatan itu. 

Lihat dua pekan sebulan sebelum seseorang itu meninggal. Bukan dilihat dari fisiknya pada saat meninggal, seperti Hamzah dan para sahabat yang dimutilasi di perang uhud. Di mana Hamzah hidungnya terpotong berdarah, dadanya terbelah. Tapi beliau sayyid pimpinan para syuhada. Sebaliknya, beberapa tokoh quraisy ditemukan mati dalam kondisi kulitnya mulus, bukan berarti itu dia baik ketika meninggal terbongkar kedoknya. Karena akhir hidup seseorang cerminan kebiasaan.

Jadi tidak sepatutnya kita menyepelekan kebiasaan, walau sekecil apapun. Sebab, itulah yang akan menjadi faktor utama menentukan baik-buruknya akhir hidup kita nantinya. Seperti yang telah kita lihat di sekeliling kita, contoh orang yang meninggal sesuai kebiasaannya. So, kita tidak pernah tahu bagaimana nasib kita diakhirat kelak. Bahagiakah? Atau sebaliknya?

Sudah saatnya kita tangisi dan sesali dosa-dosa yang telah kita lakukan. Karena sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah dia yang bersegera taubat atas kesalahannya.

Jangan kita terlalu mencintai duniawi hingga lupa akhirat sedang menanti. Seperti apa yang telah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sampaikan bahwa akan ada pada diri umat Islam akan muncul penyakit wahn, yaitu “Hubbud dunya wa karahiyatul maut” (cinta dunia dan takut mati).

Kematian itu sangat dekat dan pasti akan datang pada diri kita. Sungguh, merupakan karunia terbesar dari Allah SWT jika menghadapnya dalam husnul khatimah. Mudah-mudahan kita termasuk dalamnya. Aamiin.

Wallahualam bissawab.

Baca juga:

0 Comments: