Headlines
Loading...
Oleh. Umi Hafizha 

Kita baru saja memperingati Hari Sumpah Pemuda. Peringatan ini merupakan momentum yang menyelamatkan para pemuda dalam kemerdekaan bangsa dari penjajahan. Ditengah keterpurukan negeri ini, peran pemuda memang ditunggu-tunggu. Meskipun peringatan bersejarah itu, sejumlah permasalahan telah melanda para pemuda.

Masa muda merupakan fase ketika manusia berada di titik produktivitas yang tinggi. Semangat membara dengan dukungan fisik yang tangguh. Kreativitas pemuda selalu mengundang detak kagum masyarakat. Namun sayangnya, potensi besar yang dimiliki pemuda saat ini dengan berbagai problematika justru membajak potensi mereka. Saat ini, pemuda masih lekat dengan kasus narkoba, perundungan, L687, pelecehan seksual, pergaulan bebas,  kasus bunuh diri dan gangguan mental kian meningkat.

Dunia digital yang akrab dengan para pemuda ibarat dua sisi mata uang. Ada peluang, namun banyak terdapat jebakan. Dunia maya yang menawarkan banyak kemudahan, tak sedikit yang menjebak pemuda dalam berbagai masalah. Banyak berbagai video tak senonoh yang berkeliaran di dunia maya. Mirisnya tanpa malu-malu pemuda harapan bangsa ini mengekspresikan diri dengan penuh kebebasan.

Sementara itu, krisis adab dan akhlak juga terjadi di kalangan generasi muda hari ini. Alhasil, dalam keseharian generasi muda lekat dengan sifat cuek dan sombong berbuat brutal. Maka tidak sedikit yang berpendapat bahwa krisis jati diri telah melanda para generasi muda.

Tentu saja, kondisi pemuda saat ini tidak lepas dari arus budaya barat yang terus menerus digencarkan oleh sistem kapitalisme sekularisme. Budaya barat telah menyusup di benak generasi melalui berbagai tontonan yang berubah menjadi tuntunan. Dunia maya semakin mudah membuat remaja mentransfer apapun yang mereka dapatkan di ruang digital. Pembajakan potensi pemuda semakin leluasa. Alih-alih memikirkan keadaan bangsa, pemuda kian cuek dan tenggelam dalam sifat individualistik.

Krisis jati diri yang dialami pemuda saat ini, salah satunya karena pemuda tidak mempunyai tujuan hidup yang benar. Jika mereka mempunyai tujuan hidup yang jelas dan benar, maka mereka akan menjadi pemuda tangguh pembangun peradaban.

Mereka tidak akan terombang-ambing menjalani hidup. Banyak sahabat Rasulullah yang sejak usia remajanya sudah di segani karena memiliki prinsip hidup yang khas. Seperti Ali bin Abi Thalib, pada usia yang masih belia beliau mempertaruhkan nyawanya untuk menggantikan Rasulullah saat kaum Quraisy mengepung rumah Rasulullah ketika hendak berhijrah ke Madinah.

Cita-cita membangun peradaban yang bertemu dengan mobilitas keimanan pada diri pemuda adalah kekuatan besar yang tiada tandingannya. Ini karena pemahaman akan tujuan hidup semata-mata untuk beribadah kepada Allah telah menuntun mereka melakukan perbuatan berdasarkan rida Allah. Prinsip inilah yang membuat pemuda mampu melejitkan potensinya untuk membangun peradaban yang kokoh. So, saatnya pemuda tangguh memberikan amal terbaiknya untuk Islam, demi kemuliaan Islam hingga Islam kembali menjadi peradaban yang gemilang.
Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: