Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S Leman

Ning dan Kenang merasa bahagia. Alhamdulillah, akhirnya doa mereka agar bisa umrah sekeluarga dikabulkan Allah Ta'ala. Siapa sangka dari doa yang ramai anak-anak panjatkan tiap hari, Allah berkenan mengabulkannya. Ning juga meminta doa restu  dan mengajak ibundanya ikut serta. Hanya saja, ibundanya merasa sudah sepuh dan sakit-sakitan. Beliau minta didoakan saja agar sehat, panjang umur dan dalam lindungan serta kasih sayang Allah. Saat Idul Fitri, mereka semua bersilaturahmi dan meminta doa restu beliau.  

Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari mempersiapkan ilmu, ruhiyah dan mental anak-anak tentang ibadah umrah. Betul bahwa liburan mereka kali ini berbeda. Bukan sekadar liburan bersenang-senang melepas penat seperti sebelumnya yang biasanya ke tempat wisata. Liburan kali ini adalah liburan dengan niat beribadah umrah. Jadi harus lurus niatnya. Alhamdulillah anak-anak mengerti. 

Ning merasakan hikmahnya bercerita dan bertutur tentang sejarah para nabi dan sirah nabawiyah ke anak-anak. Anak-anak amat semangat dan mengerti ketika diajak berumrah. Mereka langsung mau. Karena apa? Karena ada informasi sebelumnya yang sudah ditanamkan. 

Ning sering bercerita tentang kisah perjalanan hajinya bersama kakek dan nenek mereka. Ning juga suka bercerita tentang sejarah berdirinya Ka'bah, tentang munculnya air zam-zam, kisah tentang perjuangan Ibu Siti Hajar, cerita tentang Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim yang harus berkorban. 

Alhamdulillah, cerita-cerita itu melekat di memori anak-anak. Sehingga ketika membaca buku, mereka penasaran ingin mengetahui dengan mata kepalanya sendiri. Ka'bah itu seperti apa, makam Rasulullah itu bagaimana, kota Makkah dan Madinah itu suasananya bagaimana. Masih banyak lagi yang mereka tanyakan.

"Pengen lihat Ka'bah beneran Bu. Gak hanya digambar atau di sajadah. Tapi yang asli," kata Rafi, anaknya yang kedua.

"Insya Allah. Jika kita berdoa bersungguh-sungguh, Allah akan ijabah doa-doa kita," sahut Ning menyemangati anaknya.

Ning sadar, kecintaan kepada Allah Ta'ala dan kepada Rasulullah harus dilatih sejak sedini mungkin.  Kecintaan kepada Allah ditanamkannya dengan selalu mengingatkan mereka untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Kecintaan kepada Rasulullah ditanamkannya dengan rutin membacakan buku-buku sirah sehingga anak-anak mengenal nabinya. Kecintaan kepada Al Qur'an dilatih dengan mengusahakannya dibaca dan berinteraksi dengan Al Qur'an setiap hari.

Ning mulai mengajarkan ketiga anak lelakinya untuk berlatih memakai kain ihram. Sebenarnya di sekolah sudah sering diajarkan saat mereka berlatih manasik. Namun, agar mereka terbiasa nantinya di sana, maka harus dilatih agar kain ihramnya tidak merosot dan nyaman dipakai. 

Diajarinya tata cara umrah, mulai dari niat umrah, mengambil miqot, thawaf, sai dan tahalul. Semua rukun dan syarat haji kecil atau umrah harus dijelaskan. 

Persiapan fisik juga harus diperhatikan. Ning jaga betul agar anak-anak jangan sampai sakit menjelang hari H keberangkatan. Setiap hari disiapkan makanan sehat dan beberapa suplemen. Umrah ini ibadah fisik, perjalanan pesawat dari Indonesia ke Yaman kira-kira sekitar 10 jam. Belum lagi mereka harus transit di Yaman sekitar 6 jam. Yaman ke Saudi sekitar 2 jam. Perjalanan bis dari Bandara ke penginapan bisa 5 jam. Mobilisasi dari satu tempat ke tempat lain. 

"Liburan kita kali ini istimewa," pesan Ning pada anak-anaknya. 

"Capek memang, tapi akan
 membahagiakan dan akan menjadi pengalaman paling berkesan bagi kalian seumur hidup. Kalian akan ingin kembali lagi ke sana dan lagi dan lagi. Ibu hanya memberi pancingan semangat di awal dengan mengajak berumrah. Nanti jika kalian sudah dewasa dan bekerja, niatkan berangkat haji ke sana ya dari gaji pertama kalian bekerja," Ning menasehati anak-anaknya panjang lebar.

Alhamdulillah anak-anak mengiyakan. Dilihat dari raut mukanya, sepertinya anak-anak itu menyerahkan semua pada ibunya. Yang penting mereka liburan tidak di rumah terus, tapi pergi ke luar rumah. Alhamdulillah bisa keluar negeri. Pengalaman keluar negeri yang pertama harus ketiga tempat suci dulu, kata Ning.

Selain persiapan ilmu dan fisik, Ning juga menyiapkan mental anak-anak. "Kita di sana harus banyak-banyak beristighfar, mohon ampun kepada Allah. Mohon diberi kesabaran dan dilapangkan hatinya. Banyak bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah beri."

Untuk persiapan perlengkapan, Ning sudah juga menyiapkan jauh-jauh hari. Kain ihram, baju-baju selama perjalanan 11 hari, buku-buku, mainan, camilan, obat-obatan, sabun dan aneka perlengkapan lainnya. Setiap koper dan tas jinjing ditempel foto keluarga agar jika tersesat, ada yang membantu mencarikannya. [ ]

Baca juga:

0 Comments: