Headlines
Loading...
 
Oleh. Firda Umayah

"Ayo cepat, Lisa!" teriak seorang ibu paruh baya kepada gadis belianya.

"Tapi, Ma...," suara gadis itu terputus. Sebab tangannya dengan sigap diseret oleh mamanya.

Lisa, Mama dan puluhan orang segera berlari keluar rumah. Gempa dengan kekuatan magnitudo 5,6 skala richter itu telah memporak-porandakan kota Cianjur.

Tangis pilu menggema di sepanjang jalan. Rasa takut dan sedih tak terkira bercampur jadi satu. Warga Cianjur berduka. Gempa dahsyat itu telah melumpuhkan kota itu sejenak. Korban jiwa, korban luka, rusaknya rumah dan sejumlah fasilitas umum menjadi tak terelakkan.
---------
Semua terdiam. Hanya saling memandang. Kini semua yang ada disana dianggap sama. Tak ada bedanya.

Lisa gadis belia tadi hanya dapat mendekap tubuhnya yang masih tak karuan. Beruntung ada para relawan yang sigap menangani para pengungsi sejak hari pertama kejadian gempa.

Namun, hal yang miris juga tampak pada peristiwa itu. Sebagian warga luar kota yang hadir hanya sibuk mengambil video hasil kejadian dan beramai-ramai mengunggahnya ke media sosial masing-masing. 

Bahkan bantuan pemerintah juga lebih lambat daripada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang lebih sigap menolong sejak hari pertama kejadian.

Rupanya gempa itu tak hanya terjadi satu dua kali. Bahkan, terjadi hingga belasan kali dalam sehari. Harapan tak ada lagi gempa susulan menjadi isi doa-doa segenap jiwa yang ada di kota itu.

Bagi mereka yang beriman, nafas zikir tak pernah lepas dari lisan mereka. Termasuk lisan mama Lisa. 

Ya, mama selalu berusaha menenangkan Lisa agar ia tak lepas dari mengingat Allah. Mama Lisa tampak tegar sembari menunggu kabar akan keberadaan suami tercinta. Mama Lisa juga turut membantu para warga bersama relawan untuk membantu menyiapkan kebutuhan mereka selagi menunggu bantuan pemerintah datang.
--------
Sudah 3 hari Lisa dan beberapa keluarga yang lain mengungsi di kamp pengungsian. Kali ini duka semakin menyelimuti keluarga kecil Lisa.

Ayah Lisa ditemukan tewas tertimbun tanah saat mobilnya melintas di lokasi kejadian longsor, ia hendak pulang ke rumah. Lisa hanya menatap kosong. Air mata terus menetes lantaran seakan belum ikhlas dengan apa yang terjadi.

Mama Lisa lantas mengajaknya ke masjid. Alhamdulillah, masih terdapat masjid sekitar area gempa yang selamat. Diajaknya Lisa salat sunnah berjemaah, berdoa dan membaca Al-Qur'an agar hatinya menjadi lebih tenang.

Saat mamanya mengaji, tangis Lisa kembali pecah. Mama memeluknya penuh kehangatan sembari menguatkan Lisa. 

Saat itulah terdengar kabar bahwa gempa menimpa kompleks perumahan tempat tinggal mereka.

Pikiran Lisa kacau. Semua harta yang ia banggakan mulai dari rumah, mobil, motor dan lainnya rusak dan roboh begitu saja. Kini Lisa menyadari bahwa harta bukanlah segalanya.

Lisa lalu mencoba menyelami diri, mengapa ujian ini menimpa daerahnya. Mungkin inilah teguran Allah kepada masyarakat bahwa kemaksiatan yang dilakukan sebagian orang dapat mengundang murka Allah. Hingga berdampak pula kepada orang-orang yang beriman.
........
Masjid Abdurrahman sebuah masjid yang sederhana namun terkenal aktif dalam kegiatan keislaman telah membuat Lisa semakin tenang pascakejadian gempa. Masjid ini memang tidak terlalu besar. Namun semua uang infak yang didapatnya dikembalikan kepada umat atau masyarakat.

Sedekah jumat, pengajian rutin, tahsin alquran, tempat singgah musafir, semua diberikan secara cuma-cuma. Bahkan saat Lisa mengungsi, semua perolehan infak digunakan untuk korban gempa.

Pascagempa, Lisa menjadi lebih sering datang ke masjid. Mama Lisa juga turut mendampinginya. Ketika berada di dalam masjid, Lisa teringat akan pesan ayahnya bahwa setiap manusia akan diuji sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.

Ayahnya juga berpesan agar segala materi tidak membuat Lisa jauh dari Allah. Karena sesungguhnya harta yang kekal itu adalah harta yang kita manfaatkan untuk umat. Dan sesungguhnya, dunia adalah tempat untuk mencari bekal saat kita pulang ke rumah Allah kelak.

Pascamusibah, Mama Lisa berusaha mengklaim kerugian atas rumah, mobil, dan yang lainnya berharap akan mendapatkan ganti. Namun hasilnya tidak sesuai harapan. Mama harus kembali berjuang agar bisa mendapatkan tempat layak yang baru untuk dirinya dan juga Lisa. 

Mama tak dapat menuntut siapapun. Apakah ia harus terus menuntut pihak asuransi atau negara yang tak menjamin kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sebab di negara ini hampir semuanya harus diperjuangkan sendiri. 

Namun satu hal yang tak dilupakan mana Lisa. Adanya gempa, mungkin inilah cara Allah untuk mengingatkan para hamba-Nya yang telah lupa pada syariat-Nya. Mengingatkan kepada manusia yang sebagian dari mereka menolak syariat-Nya dan menggantinya dengan aturan yang manusia buat sendiri.
--------
Lisa dan Mama kini mengontrak di sebuah rumah kecil. Mereka bersyukur masih bisa diberikan kesempatan hidup dan memperbaiki kehidupan mereka. Berusaha menjadi muslim yang taat meski semua masih membutuhkan proses agar dapat istikamah di jalan-Nya.

Baca juga:

0 Comments: