
OPINI
Nyata, Kapitalisme Merenggut Hak Orang Tua!
Oleh: Vivi Nurwida
Dilansir dari suarasurabaya.com, 22/11/2022, puluhan anak menyerahkan orang tuanya yang sudah lanjut usia untuk tinggal dan dirawat di Panti Sosial Griya Werdha, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Anna Fajriatin, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, mengatakan bahwa, pada tahun 2022, ada sekitar 40 warga yang mengajukan orang tuanya ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Griya Werdha milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Lebih lanjut, ia mengaku prihatin terhadap fenomena ini, sebab seharusnya Griya Werdha ini dikhususkan bagi lansia miskin yang terlantar dan tidak memiliki keluarga.
Fenomena anak yang menelantarkan orang tua dan menitipkannya di panti jompo, bukanlah hanya terjadi di satu kota saja, tetapi terjadi di banyak kota di seluruh pelosok negeri bahkan dunia. Terlebih di negara-negara maju semisal Amerika Serikat, Jepang, dan lain-lain, hal ini adalah suatu yang biasa, bahkan legal. Padahal salah satu jalan bagi seorang anak untuk meraih surga-Nya adalah dengan berbakti kepada orang tuanya.
Kapitalisme: Perenggut Hak Orang Tua
"Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah". Peribahasa ini rasanya cukup pas untuk menggambarkan bagaimana kondisi kasih sayang seorang anak terhadap orang tuanya. Arti peribahasa ini kurang lebih, kasih sayang ibu yang diberikan ke anak akan ada seumur hidup, sementara kasih sayang yang diberikan anak pada mereka terukur, bahkan malah hanya sepanjang galah. Galah adalah semacam alat dari bambu yang gunanya untuk memetik buah yang ada di pohon.
Kisah orang tua yang ditelantarkan oleh anaknya sendiri seolah tidak ada ujungnya. Kasih sayang mereka terhadap kedua orang tuanya tergerus. Bukan hanya menitipkan, bahkan banyak kasus anak membuang orang tuanya di pinggir jalan dengan sengaja meninggalkannya. Selain itu, mereka dibiarkan mengemis untuk bertahan hidup dan menjadi gelandangan.
Mereka merasa sibuk, harus mengejar karir atau merasa harus susah payah untuk menghidupi diri di tengah kesulitan ekonomi, sehingga tidak bisa merawat orang tuanya atau merasa terbebani. Alhasil, jalan yang mereka pilih adalah menelantarkan atau menitipkan. Bahkan, sebagian mereka menganggap menitipkan ke panti adalah bentuk bakti mereka kepada orang tua, agar tidak kesepian di usia senja.
Inilah pengaruh ideologi Kapitalisme, yang nyata meracuni benak manusia, tak terkecuali kaum muslim saat ini. Mereka berbuat dengan standar materi atau manfaat, rasa kasih sayang dan bakti menjadi terkikis. Dalam pandangan ideologi yang diemban negara hari ini, menyebabkan banyak orang lemah terkait pemahaman agama. Kewajiban anak kepada orang tua sulit dijalankan, hak-hak orang tua pun nyatanya telah terenggut.
Orang tua mereka yang sudah lanjut usia dianggap sudah tidak bermanfaat, tidak produktif, mereka melihat dari sisi manfaat. Selain itu dari aspek materi, orang tua nya hanya menambah beban hidup yang sudah berat, kalaupun sang anak hidup berkecukupan, mereka merasa sibuk tidak punya waktu untuk merawat orang tua, ada materi, yang lebih penting yang harus mereka kejar. Lebih miris lagi, media juga disuguhkan berita lansia yang melakukan pencurian demi bertahan hidup.
Islam Memenuhi Hak Orang Tua
Islam memandang berbakti kepada orang tua bukan hanya sekedar naluri kasih sayang, namun juga sebagai kewajiban yang mulia. Begitu besar kemuliaan berbakti juga merawat orang tua, sampai-sampai Rasulullah Saw. pernah membatalkan keinginan seorang pemuda untuk berjihad, agar kembali ke rumah untuk merawat orang tua sebagai amalan jihad baginya.
'Abdullah bin ‘Amru r.a. berkata, “Datang seorang laki-laki kepada Nabi Saw. meminta izin untuk ikut berjihad. Beliau bertanya kepadanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Iya!’ Beliau bersabda, "Kepada keduanya lah kamu hendaknya berjihad (dengan berbakti).” (HR Al Bukhari).
Maka tidak pantas seorang anak justru menitipkan anaknya ke panti werdha, hanya karena sibuk, terlebih lagi karena ada ketakutan perihal rezeki. Rasulullah Saw. saja bahkan pernah membatalkan keinginan pemuda yang ingin berjihad di jalan Allah, keinginan yang mulia. Jika dibandingkan alasan hari ini yang hanya untuk mencari materi, tentu jauh lebih tidak bisa dibenarkan.
Jika seorang anak mempunyai dorongan iman pada dirinya, ia tidak akan pernah merasa keberatan merawat orang tua yang berusia senja, tubuhnya melemah, kemampuan berpikirnya menurun, bahkan Allah kembalikan seperti masa anak-anak, karena ia mengejar satu hal, ridho Allah semata. Ia akan takut mendapatkan murka Allah karena menelantarkan orang tuanya.
Selain itu, negara akan mengkondisikan keimanan rakyatnya agar senantiasa terjaga. Negara yang menerapkan Islam secara kafah akan menegur anak yang menelantarkan orang tuanya. Negara juga akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang akan melahirkan keadilan, kesejahteraan juga keberkahan, dengannya tidak akan ada alasan anak menelantarkan orang tuanya karena kesusahan mencari nafkah.
Jikalau anak memang tidak mampu menafkahi dan merawat orang tuanya karena alasan syar'i, maka negara yang akan bertanggung jawab untuk menafkahi dan merawat dengan layak, karena negara memang bertugas untuk meri'ayah urusan umat. Hanya dengan penerapan ideologi Islam hingga tataran negara, maka hak-hak orang tua akan terpenuhi.
Wallahu a'lam bi ash-shawab
Baca juga:

0 Comments: