Oleh. Iis Nopiah Pasni
Pagi-pagi Abidzar sudah bangun dan bersiap berangkat ke sekolah. Hari Sabtu ini Abidzar memakai seragam Pramuka, Ia nampak gagah dipandang.
Abidzar memakai kaos kaki dan sepatu sendiri, sudah diajarkan sedari masih TK dulu Abidzar belajar untuk mandiri dan jadi anak tangguh.
Dek Hani sudah bangun dan sudah mandi, terlihat menggemaskan dan lucu ketika ia memakai khimar merahnya. Dek Hani langsung minta dibuatkan sebotol air susu.
"Tutu," kata Dek Hani sambil menyerahkan botol susunya yang kosong kepada Bundanya.
Bunda Isna dengan sigap langsung membuat sebotol susu ukuran sedang untuk Dek Hani lalu bersiap diri dengan segera memakai kerudung dan jilbab/gamis juga tak lupa memakai kaos kakinya.
"Abang, Carikan helm Bunda, Dong," kata Bunda Isna sambil mendorong motor matic nya keluar halaman rumahnya.
Abidzar dengan cepat tanggap langsung mencari helm Bundanya itu yang ternyata terletak di samping helm Mamasnya.
"Ini Bun, " kata Abidzar sambil memberikan helm hitam itu pada Bundanya yang kini sedang menggendong adiknya, Dek Hani.
"Makasih, Abang," kata Bunda Isna sambil mengambil helm dari tangan Abidzar.
Bunda Isna bersama anak-anaknya naik ke motor itu lalu motor matic itu pun distarter pelan, berangkatlah mereka bertiga, Dek Hani digendong sedangkan Abang Abidzar duduk dibonceng belakang.
Tak lupa sebelumnya mereka membaca doa sehari-hari seperti doa keluar rumah dan doa naik kendaraan darat, Alhamdulillah Abidzar sudah terbiasa membacanya.
Sabtu pagi yang tenang, jalanan nampak lengang. Motor dan mobil hanya sedikit yang lewat. Hal ini sungguh menyenangkan bagi Bunda Isna.
"Bun, kok sepi ya?" tanya Abidzar penasaran melihat ke jalanan yang agak sepi dari biasanya.
"Kan ini hari Sabtu, Bang. Yang kerja kantor 'kan pada libur, anak-anak sekolah juga banyak yang libur kalau hari Sabtu," jawab Bunda Isna sambil terus memacu motor dengan kecepatan sedang.
"Bun, hari ini 'kan terima raport semester 1, kalau Abang dapat rangking minta hadiah ya," kata Abidzar memecah sunyi di perjalanan ke sekolahnya itu. Abidzar merengek minta hadiah pada Bundanya.
"Dapet rangking ya Alhamdulillah ya Bang, Nggak dapat juga nggak apa-apa, ya Bang" jawab Bunda Isna pada putranya itu berharap anaknya bisa menerima dengan lapang ketika nanti tak dapat rangking.
"Kalau dapat rangking insyaallah dikasih hadiah, Bang," jawab Bunda Isna menyemangati anaknya itu.
"Telat nggak ya nyampe sekolahnya, Bun?" tanyanya lagi melihat nampak sepi jalanan masuk ke lorong sekolahnya.
"Nggak, Bang. Pas ini," jawab Bunda Isna menenangkan Abidzar.
Nampak banyak motor para wali murid sudah terparkir rapi di lapangan sekolah.
Siswa di Madrasah ini banyak jumlahnya sekitar 900 siswa lebih, dibagi ada yang masuk pagi dan ada yang masuk siang.
Dewan guru sudah bersiap akan mengumumkan rangking kelas dan juara lomba classmeeting yang diadakan Sekolah pada Minggu kemarin.
"Ya, Abang nggak jadi ikut ya Bun ... lomba baca doa sehari-hari karena sunat Abang belum sembuh," keluhnya kecewa.
"Ya nggak apa-apa ya Bun, semester depan Abang ikut ya," katanya bijak menyemangati dirinya sendiri.
"Iya, sayang, semangat ya hafalkan lagi doa-doanya dan semoga semester depan Abidzar ikut lombanya," kata Bunda Isna menyemangati.
Langit biru dan cerah, anak-anak semua sudah berkumpul di lapangan sekolah menunggu pengumuman demi pengumuman.
Anak- anak berbaris rapi, begitu juga dewan guru juga berderet rapi. Lalu mengumumkan rangking kelas dan juara lomba classmeeting, akhirnya selesai penyerahan hadiah tersebut.
Ada lomba azan, ada lomba Tahfiz dan ada lomba baca ayat pendek.
Selanjutnya anak-anak semua diminta masuk ke kelasnya masing-masing.
Wali kelas 1B telah siap membagikan raport anak-anak, satu persatu nama mereka dipanggil ke depan dan menerima raportnya.
"Wah, walau nggak dapat rangking dan juara lomba, Abidzar dan teman-temannya dibagi buku juga sama Ibu Wali kelasnya, Masyaallah," kata Bunda Isna pada Putranya.
"Iya Alhamdulillah ya Bun," jawabnya pendek tapi kelihatan begitu senangnya.
"Bun, taunya Abidzar nggak dapat rangking," katanya kecewa, mukanya ditekuk bersedih.
"Ya nggak apa-apa Bang, Alhamdulillah nilai Abang bagus, nilai rata-ratanya 8 jadi nggak usah kecewa ya Abang," kata Bunda Isna menguatkan anaknya, lalu memperlihatkan nilai raport anaknya yang bagus.
"Boleh saja mengejar ingin dapat rangking kelas tapi ada yang lebih penting dari nilai raport itu sendiri, Bang yaitu Abang jadi anak saleh yang beraqidah Islam dan berakhlakul karimah, nilai kebaikan seperti jujur, rajinnya Abang, rajin salat, rajin ngaji, ketekunan Abang, rasa sayang, bakti dan hormatnya Abang pada orang tua, kakak dan adik. Pada guru-guru dan pada teman-temannya Abang itu nilai yang juga sangat penting, Bang," kata Bunda Isna pada anaknya itu, Ia berusaha memberi pengertian agar anaknya tak terlalu mempersoalkan mendapat rangking atau tidak.
Abidzar mengangguk pelan lalu memeluk Bundanya, lalu meminta pulangnya langsung berkunjung ke rumah Neneknya di DM atau sekarang Kelurahan Muara Enim.
Senyum merekah menghiasi wajah Abidzar.
Muara Enim, 17 Desember 2022
Baca juga:

0 Comments: