
Resume
Muslimah, Ratu Dunia Bidadari Surga (Resume KKS/Kajian Keluarga Sakinah)
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Apa yang terbesit dalam benak kita ketika mendengar kata "muslimah"? Tentu dia wanita yang mulia dengan keIslamannya. Dialah ratu, yang dunia seolah tak pernah lepas membicarakannya. Pintu surga pun terbuka lebar untuknya. Istimewa bukan?
Sayang, kondisi kehidupan saat ini membuat para muslimah terpuruk dan meninggalkan fitrahnya. Bahkan peran sebagai ibu dan pendidik generasi pun dipandang rendah dan tak bergengsi.
Padahal peran itulah kunci bangkitnya peradaban.
Peradaban mulia akan lahir dari rahim muslimah yang taat pada Rabbnya. Inilah sharing bareng dalam Kajian Keluarga Sakinah (KKS) di pekan ini, dengan Tema : "Muslimah, Ratu Dunia Bidadari Surga", tepatnya pada hari Ahad, 18 Desember 2022, Pukul 09.00-selesai, yang bertempat di RM Cintika Sidareja, bersama Ustadzah Wagiyati, S.Pd dan Ummu Amaira.
Dari judulnya menarik sekali, menantang muslimah untuk berkaca dan bercermin: "Pantaskah Aku menjadi muslimah, ratu dunia bidadari surga"? Spontan dalam diskusi hangat kali ini semua muslimah mengucap "aamiin".
Memantaskan (melayakkan diri) Menjadi Muslimah, Ratu Dunia Bidadari Surga.
Bagaimana menjadi muslimah sejati, ratu dunia bidadari surga?
Ada beberapa poin penting yang jadi catatan saya dalam acara kajian kali ini. Ustadzah Wagiyati, S.Pd. menjelaskan bahwa ratu dunia artinya wanita terhormat yang senantiasa terjaga dalam penjagaan sang prabu. Seorang ratu yang dijaga oleh rajanya. Maka sang raja selalu memerhatikannya saat sang ratu keluar rumah. Ratu selalu meminta izin kepada sang raja ketika hendak keluar rumah. Indahnya Islam ketika melakukan penjagaan terhadap sang prabu. Pun demikian sang prabu mengerti bagaimana penjagaan dia terhadap sang ratu.
Seorang ratu dunia sejatinya memiliki peran berdakwah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Fushilat: 33, "Siapakah yang lebih baik perkataannya bagi orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata, "sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Maksud dari perkataan "Siapakah yang lebih baik perkataannya", adalah tiada seorang pun yang lebih baik perkataannya daripada seorang yang menyeru (mengajak) kepada Allah, yakni mentauhidkan-Nya (mengerjakan amal saleh dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?").
Dalam hal ini misal kita mengajak ngaji, "Yuk, ngaji!", "Nangapa sih ora gelem ngaji, Mbak?". Ajakan seorang Ibu mengingatkan anak - anaknya untuk belajar mengaji, sehingga diharapkan anaknya kelak bisa menjadi pemimpin masa depan, pemimpin untuk dirinya, keluarganya, dan berguna bagi bangsanya di masa depan. Syukur-syukur bisa mendoakan ayah dan ibunya ketika mereka sudah tiada. Dan anak-anaknya kelak diharapkan menjadi orang-orang terbaik, orang-orang yang menyeru kepada Islam.
Selain itu, bila seorang istri di dunia sudah mampu berperan untuk mendidik generasi, maka selain di ranah domestik, dia juga memiliki peran lain, yaitu di berdakwah di ranah publik.
Fitrah Wanita Tergerus
Fakta hari ini, orang kafir sekuler mampu membalikkan (mengubah) persepsi perempuan menjadi penopang ekonomi. Mayoritas perempuan zaman sekarang menjadi pejuang ekonomi yang memiliki beban ganda. Ketika mayoritas perempuan ini menjadi pejuang ekonomi, maka peluang masuk surga jauh dan terlalu berat. Fitrahnya sebagai manusia sebagai "ummun warabatul bait" dipindahkan fungsinya. Akhirnya, banyak perempuan menjadi korban sistem ekonomi sosial politik dan korban politik sosial.
Apa buktinya? Hidup sekarang terasa berat. Perempuan itu indah. Di satu sisi, ia mampu menata dan mengindahkan istananya, yaitu rumahnya sendiri. Di sisi lain, perempuan terlihat timpang jika dia begitu lihai dalam urusan di luar rumah, tapi masih minus dalam hal kepengurusan rumahnya.
Dengan kata lain, setinggi apapun status sosial, pendidikan, atau penghasilan, semua itu belum lengkap jika ia tidak mampu menghadirkan keindahan dalam istananya, yaitu rumah tangganya. Rumah tangga yang damai, nyaman, dan menyenangkan. Para penghuninya hidup dengan sakinah, mawaddah wa rahmah. Itulah rumah dambaan setiap keluarga.
Bagaimana dengan kondisi sekarang? Sudahkah perempuan diperlakukan sebagai ratu? Bila jawabannya belum, maka, perempuan harus dikembalikan pada fitrahnya.
Di sinilah pentingnya seorang muslimah juga harus cerdas. Ada banyak hal yang perlu dikritisi: Apakah setiap perempuan harus mencari nafkah? Benarkah narasi perempuan bekerja bisa membuat orang-orang tersayangnya bahagia? Sesungguhnya ini adalah jargon-jargon yang mengeksploitasi perempuan untuk terjun bekerja.
Apakah perempuan pantas dijadikan pahlawan (heroik)?
Semua narasi ini tidak benar. Yang terjadi malah:
- Kehancuran perempuan, karena ketika dia berlalu lalang di tempat kerja, hal tersebut bisa menjadikan dirinya terjebak dalam perbuatan yang dilarang oleh Allah.
- Masa depannya menjadi berantakan dan kacau.
Maka, jangan sampai hal buruk ini terjadi gegara pengorbanan salah yang dia lakukan.
Sesungguhnya, pengorbanan hakiki perempuan adalah pengorbanan yang tujuannya benar, caranya benar, dilakukan dengan benar dan ikhlas.
Sementara, pengorbanan yang dilakukan dengan narasi-narasi tersebut di atas tidak akan membuahkan hasil apapun. Yang timbul malah masalah baru: Anaknya tidak terurus, rumahnya berantakan tidak terurus, suaminya juga menderita tidak terurus.
Harapan 'rumahku surgaku' berubah menjadi 'rumahku nerakaku'.
Maka, tak heran, perempuan di seluruh dunia saat ini terpapar sistem ekonomi kapitalis.
Sejatinya,Kedudukan istri salehah itulah yang diidamkan oleh bidadari surga. Wanita dunia lebih baik dan lebih cantik dari bidadari karena amal baik mereka di dunia, berbeda dengan bidadari yang langsung Allah Ta’ala ciptakan di dalam surga. Wanita dunia juga akan menjadi ratu dan tuan putri di surga. Keadaan wanita beriman di surga lebih utama dari bidadari dan lebih tinggi derajat dan kecantikannya. Wanita salehah dari penduduk dunia masuk surga sebagai balasan atas amal saleh mereka. Hal ini adalah kemuliaan dari Allah untuk mereka karena bagusnya agama dan kebaikan mereka. Adapun bidadari adalah bagian dari kenikmatan surga. Mereka diciptakan di dalam surga sebagai kenikmatan bagi makhluk selainnya, sebagai balasan bagi orang beriman atas amal salehnya.
Perempuan dalam Naungan Islam
Dalam naungan Islam, perempuan yang tidak bekerja dan tidak berpenghasilan tidak akan pernah dipandang sebelah mata, seperti yang terjadi di kehidupan hari ini. Dalam Islam, perempuan sudah disetarakan Allah dengan laki-laki dalam hal ketaatan mereka kepada aturan Allah azza wa jalla.
Allah berfirman dalam QS. al-Azhab: 35, ”Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar“.
Islam memberikan peran begitu besar kepada perempuan sebagai 'ummun wa rabbatul bayt' (ibu dan pengatur rumah tangga) dan 'ummu ajyal' atau ibu generasi. Generasi-generasi tangguh yang mampu membela Islam dan menegakkannya sebagai agama yang hak. Kehormatan perempuan juga dijaga oleh aturan-aturan Islam. Islam sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita layak dan wajib memperjuangkan Islam sebagai agama yang benar. Agar seluruh aturan yang sudah ditetapkan Allah dapat ditegakkan. Karena hanya dengan Islam,
- Perempuan bisa meraih kemuliaan yang hakiki.
- Ibu-ibu dan calon Ibu, pendidik generasi akan kembali pada fitrahnya sebagai perempuan yang taat pada Rabbnya.
Yuk! Terus semangat dalam meraih rida-Nya. Belajar menjadi pribadi lebih baik lagi. Belajar menjadi muslimah yang taat, Ratu dunia bidadari surga.
Be a Smart Muslimah
Wallahu a'lam.
Baca juga:

0 Comments: