
cerpen
Merajut Kasih Keluarga
Oleh. Iis Nopiah Pasni
Ahad yang indah karena di rumah Bunda Isna hari ini akan ada silaturahmi keluarga besar.
Azan Zuhur baru berkumandang.
Bunda Isna sudah memandikan Dek Hani lalu memakaikan bajunya. gadis kecil berambut keriting itu kini sudah bergaya dengan memakai baju merah jambu kotak-kotak putih.
Abang Abidzar memakai kurta biru dongker begitu pun ayahnya Abidzar, sedangkan Mas Haikal sukanya pakai kaos oblong. Bunda Isna juga memakai gamis warna senada.
Abidzar senang sekali melihat rumahnya jadi ramai, wajahnya cerah dan bermain ke sana ke mari. Dilihatnya makanan yang disusun itu, dengan ekspresi wajah polos ia bertanya, "Bun, makanannya boleh dimakan?"
Tentu saja Bunda Isna menjawab dengan nada mirip anaknya itu, "Iya boleh dimakan."
Abidzar tersenyum sumringah, lalu mengambil dua makanan, dan bolak balik ambil buah semangka.
"Alhamdulillah kenyang, Bun," katanya penuh syukur.
Ikatan cinta akan menyatukan ketika saling bertemu sapa.
Semua sudah berkumpul, lalu acara dimulai oleh Kakanda H. Andri Agusti, S.Hi.M.Hum
lanjut doa dipimpin oleh Lek Maskun.
Selanjutnya makan bersama.
Acara dilanjutkan dengan makan tekwan bersama. Tekwan itu makanan khas Sumatera Selatan yang enak banget, terbuat dari ikan giling, tepung terigu dan sagu diaduk rata dengan air es lalu diberi bumbu, disantap dengan kuah yang wangi menambah selera makan dan tentunya sedap sekali.
Kuliner khas Palembang Sumsel berupa tekwan ditambah kehadiran pempek belah yang enak ... ada juga pempek crispy, lumpur surga, lemper, tahu so juga ada buah semangka, tak lupa es marjan dan satu termos besar kopi manis ... betapa enaknya.
Nah, dengan bersantai bersama inilah bisa merajut kasih bersama keluarga dengan ngobrol bersama bisa juga berbagi informasi, bercerita, dan kalau ibu-ibu biasanya suka berbagi tips masak dan berbagi resep masakan dan lain-lain.
Terkadang berisi cerita-cerita lucu juga, terkadang jadi bernostalgia bercerita tentang masa kecil bersama.
"Ya Allah, rame nian," celetuk Abidzar senang melihat keluarga besar pada berdatangan.
"Alhamdulillah ya banyak yang bisa datang hari ini," jawab Bunda Isna tersenyum sambil memberikan semangkok tekwan kepada Abidzar.
"Pake saos dan kecap nggak?" tanya Bunda Isna sambil memegang botol saos.
"Nggak usah, Bun," jawab Abidzar lalu memasukkan tekwan ke mulutnya.
"Enak, Bun," pujinya sambil tersenyum.
"Apa saja yang Bunda masak itu enak," pujinya lagi, tentu saja Bunda Isna senang mendengar perkataan anaknya itu.
"Alhamdulillah," jawabnya singkat.
"Buat apa ya Bun, silaturahmi itu?" tanyanya dengan tangan kanannya memegang sendok berisi tekwan dan kuahnya.
"Silaturahmi itu biar berkumpul bersama, dapat pahala terus Allah kasih panjang umur, Bang," kata Bunda Isna menjelaskan.
"Silaturahmi itu juga bertujuan agar generasi penerus kayak Abang kenal sama keluarganya, coba kalau nggak pernah ketemu, Abang nggak kenal dong sama sepupu sendiri," jawab Bunda Isna menjelaskan lagi.
Abidzar mengangguk mendengarnya, setelah makan ia berkumpul bersama sepupunya yang sedang duduk di ruang depan.
Senangnya berkumpul walau hanya sekali sebulan, bisa berjumpa melepas kangen bersama orang tua, uwak, bibi, paman, kakak, adik juga sepupu-sepupu dan keponakan tersayang.
"Gimana kalau setiap silaturahmi keluarga besar kita, adakan giliran tugas jadi pemateri diadakan kajian islami gitu," usul ayahnya Abidzar.
Usulan itu disambut baik, insyaallah untuk silaturahmi keluarga selanjutnya selain adanya doa bersama juga akan ada kajian islami agar memberikan wadah generasi muda penerus untuk belajar berdakwah.
Semoga Allah Swt memudahkan segala urusan demi kebaikan dan menebar dakwah Islam.
Memperbaiki diri berawal dari diri sendiri, keluarga kecil, keluarga besar dan masyarakat. Mengazzamkan dalam diri, membagi ilmu walau satu ayat dan berusaha mengamalkannya dan menebarkan kebaikan, semoga sehidup sesurga.
Muara Enim, 11 Desember 2022
Baca juga:

0 Comments: