
Oleh. Ratty S Leman
Kemarin adalah hari pertama keluarga Ning di Makkah atau merupakan hari keenam dari seluruh rangkaian perjalanan umrah. Setelah tenaga mereka terkuras saat umrah yang pertama, hari ini mereka berencana untuk menjalani acara bebas demi mengembalikan kebugaran. Meski begitu, mereka tetap mengupayakan memperbanyak ibadah ke Masijidil Haram dengan banyak thawaf sunnah pengganti tahiyatul masjid. Mumpung pahalanya 100.000 kali, mereka tak mau rugi. Tetap semangat ibadah dan thawaf di Baitullah tidak thawaf ke mall.
Ning dan Kenang memperkenalkan kepada anak-anak, tempat-tempat mustajab di Masjidil Haram seperti di hajar aswad, multazam (pintu Ka'bah), hijr Ismail, di bawah talang emas, di maqam Ibrahim dan area sumur zamzam.
Mereka juga berpindah-pindah tempat salat. Kadang di lantai dasar di depan Ka'bah, terkadang di lantai 1, lantai 2, bahkan lantai 3. Semua dicoba dengan harapan anak-anak lebih mencintai aqidah Islam, syariat Allah dan dakwah Rasulullah.
Si kecil Iza juga senang. Ada teman sebayanya yang memberinya burger. Wah, pengalaman mendapat makanan dia dapatkan di sini. "Syukron" kata Ning kepada anak kecil laki-laki itu. Uminya bingung, "Syukron?" Kata suami beliau, "Syukriya". Ooh... ada syukron, ada syukriya juga. Syukriya bahasa apa ya? Mereka dari mana? Sepertinya bukan Arab Saudi. Ning menunduk dan merapatkan kedua tangannya tanda terimakasih.
Ning berdoa semoga ukhuwah Islamiyah yang menyatukan umat Islam seluruh dunia segera terwujud. Umat Islam tidak tersekat-sekat lagi oleh national state buatan orang kafir untuk melanggengkan negri-negri jajahannya. Semoga umat Islam sadar artinya persatuan umat. Islam bagai satu tubuh, umat yang satu ummatan wahidah. Jika ada satu bagian tubuh yang sakit maka yang lainnya ikut sakit. Jika ada negeri Islam yang menderita kita harus ikut membantu dan merasa senasib. Tidak apatis dan menyatakan itu bukan urusan kita.
Palestina, Suriah, Burma, Moro di Filipina dan masih banyak lagi kaum muslimin di belahan bumi lain yang menderita. Muslim di Cina, muslim di India, muslim di negri kafir sangat menderita. Berbeda dengan kondisi orang kafir di negeri Islam. Mereka dihormati dan diperlakukan adil.
Anak-anak juga diajak Kenang masuk mall di sekitar Masjidil Haram. Jangan sampai anak protes ke masjid terus dan tidak menengok mall di sekitarnya.
"Ayo, kita lihat mall di Arab," ajak Kenang. Anak-anak pun gembira menyambutnya.
"Beli burger ya, Pak?" kata kakak-kakak Iza karena lihat adiknya diberi burger saat salat di dalam Masjidil Haram tadi.
***
Hari pertama di Makkah mereka langsung umrah yang pertama, hari kedua mereka menikmati suasana Masjidil Haram dan sekitarnya, hari ketiga ini mereka berencana umrah yang kedua. Ning dan Kenang berniat mengumrahkan bapak mereka masing-masing sebagai tanda bakti anak kepada orangtua.
Ning dan Kenang berharap semoga anak-anak bisa mendapat ibrah dari kegiatan ini dan mengumrahkan keduanya jika suatu saat mereka berkesempatan ke Masjidil Haram lagi. Meski kakek mereka semua sudah berhaji dan berumrah saat berhaji, namun belum pernah sengaja ke Baitullah untuk sekadar umrah di luar bulan haji. Semoga dengan membadalkan umrah sunnah ini bertambah pahala untuk mereka, diampuni dosa-dosanya, diluaskan kuburnya dan diterangi kuburnya. Semoga keduanya bisa menjadi anak yang salih yang senantiasa mendoakan kedua orangtuanya. Semoga juga keduanya dikaruniai anak salih yang senantiasa berbakti dan mendoakan kami, Aamiin.
Umrah kedua ini, mereka mengambil miqat terdekat yakni Tan'im. Sudah 2 tempat miqot yang mereka kenal, yakni Bir Ali dan Tan'im. Miqot Ji'ronah belum. "Semoga nanti tahu juga miqat Ji'ronah," doa Kenang. "Aamiin", sahut Ning dan anak-anak.
"Ayah dan Ibu berniat umrah untuk membadalkan kakek. Kalau kalian boleh untuk diri sendiri atau untuk saudara yang sudah wafat," pesan Ning kepada anak-anaknya yang sudah baligh yakni Faiz dan Rafi.
"Iza, pupuk bawang saja, ikut meramaikan ya, semoga jika sudah baligh nanti bisa berhaji dan berumrah lagi." Anak-anak mengaminkan lagi doa ayah Ibunya.
Mereka berangkat ke Tan'im dengan menyewa taksi. Cukup dekat juga Tan'im, tidak terlalu mahal ongkos taksinya. Di perjalanan, mereka melihat suasana kota Makkah. Setelah sampai di Tan'im mereka mandi, berihram, shalat sunnah ihram 2 rakaat dan niat umrah badal untuk kakek.
Kenang mencari taksi lagi untuk ke Makkah. Cukup ramai jama'ah yang mengambil miqat di sini. Sambil menunggu ayahnya mencari taksi, anak-anak berfoto untuk kenang-kenangan suasana di Tan'im dan sebagai tanda bahwa mereka pernah ke sini.
Setelah ayahnya mendapat taksi mereka segera menuju Masjidil Haram. Ibadah umrah kedua dimulai. Thawaf, shalat sunnah thawaf, sai dan tahalul. "Rambutnya dipotong sedikit-sedikit saja seperti kemarin", kata Kenang sambil mentahalul istri dan anak-anaknya.
Begitu umrah selesai, terdengar adzan Zhuhur. Mereka melanjutkan kegiatan dengan salat Zhuhur berjemaah di Masjidil Haram.
Malam harinya mereka ke Masjidil Haram lagi untuk shalat dan thawaf sunnah. Saat thawaf mereka baru sadar jika ini malam tahun baru masehi. Kalau di rumah Bogor pasti sudah terdengar ramai bunyi petasan dan kembang api.
Malam tahun baru di sini tak ubahnya dengan malam-malam yang lain. Mereka thawaf dengan khusyu tanpa gangguan bunyi petasan dan kembang api. Alhamdulillah, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang hendak kamu dustakan. [ ]
Baca juga:

0 Comments: