
OPINI
Membumikan Kaum Pelangi, Jangan Lagi Basa-basi
Oleh. Rohmawati (Pemerhati Sosial Jakarta)
Muhasabah di tengah musibah. Begitulah Islam mengajarkan manusia untuk selalu bermuhasabah terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan dunia. Begitu banyak musibah menimpa negara-negara di dunia. Termasuk Indonesia itu sendiri. Kematian secara tiba-tiba karena gempa adalah pertanda bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja.
Kerusakan demi kerusakan semakin merajalela di depan mata. Solusi yang dibuat oleh pemerintahpun tak jua dapat menyelesaikannya. Terlebih masalah L68T yang tengah merebak di seluruh wilayah Indonesia. Salah satunya di wilayah Cianjur. Kota yang dikenal sebagai kota santri ini ternyata terdapat dua ratus komunitas gay. Dan mirisnya salah satu dari pelaku yang digerebek oleh polisi tersebut masih berstatus seorang pelajar. Sehingga hal ini membuat Majlis Ulama Indonesia bersikeras menolak kedatangan Jessica Stren ke Indonesia.
Secara tegas Majlis Ulama Indonesia (MUI) menolak kedatangan Jessica Stern ke Indonesia.
Penolakan itu kuat alasannya karena berkaitan dengan LGBTQI + Jessica disebut menjadi utusan khusus dari Amerika Serikat yang bertujuan untuk memajukan hak asasi manusia LGBTIQ+. (SuaraCianjur.id, 2/12/22).
Sejatinya, langkah MUI patut diapresiasi. Ketegasan dan kewibawaan dalam mengatasi permasalah tersebut adalah bentuk penjagaan lembaga Islam terhadap akidah masyarakat Indonesia itu sendiri. Dimana Indonesia adalah wilayah yang mayoritas beragama Islam. Secara tidak langsung memiliki fitrah yang sama. Ketegasan Majlis Ulama Indonesia sebagai lembaga keagamaan tersebut sepatutnya dicontoh oleh pejabat lainnya. Sebab menjaga akidah masyarakat sejatinya bukanlah tugas Majlis Ulama Indonesia saja, melainkan tugas kita bersama, bahkan tugas negara.
Negara harus meneliti para warga negara asing yang datang ke Indonesia. Salah satunya adalah maksud dan tujuannya. Negara tidak boleh abai terhadap keselamatan rakyat Indonesia terlebih untuk para generasi.
Kedatangan aktivis L68T ini dalam rangka memajukan L68T di Indonesia. Sebab menurut Sung Kim selaku duta besar Amerika Serikat tersebut menyatakan bahwa hubungan Indonesia dan Amerika sangatlah kokoh. Karena sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yakni hak asasi manusia, keberagaman dan toleransi. Termasuk juga berlaku pada kelompok L68T. Hal ini sejatinya bertentangan dengan norma agama. Dalam agama Islam L68T seharusnya dihukum mati bukan justru ditoleransi dengan dalih hak asasi.
L68T itu sendiri merupakan salah perbuatan yang menyimpang dalam kehidupan. Baik dari sisi agama, sosial maupun budaya. Karenanya dalam Islam perbuatan semacam ini sangatlah dibenci. Sebagaimana Allah telah membenci dan melaknat kaum Nabi Luth.
Allah Swt berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (keji), padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)? (Qs. An-Naml : 54)
Dalam ayat di atas Allah memperingatkan kepada manusia untuk tidak melakukan perbuatan yang sebagaimana dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Sebab Allah akan mengazab wilayah itu sendiri sebagaimana Allah mengazab wilayah nabi Luth. Terlebih jika membiarkan perbuatan tersebut terjadi.
Rasulullah saw bersabda:
"Jika umatku telah menghalalkan lima hal, mereka akan mendapat kebinasaan: (1) jika sikap saling melaknat (dan mencela) telah tampak (dan tersebar), (2) meminum khamr, (3) para lelaki memakai sutra, (4) banyak memanfaatkan para penyanyi, serta (5) kaum lelaki merasa cukup dengan lelaki dan kaum wanita merasa cukup dengan wanita (merebaknya homoseksual dan lesbian, -pent.).” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 5086).
Penganugrahan akal terhadap manusia adalah bentuk kesempurnaan manusia itu sendiri dibanding mahluk yang lainnya. Dengan akal ini manusia diwajibkan untuk bisa menimbang-nimbang segala perbuatannya. Dan akal adalah salah satu pengendali atas gharizah-gharizah atau naluri-naluri yang Allah berikan kepada manusia. Salah satunya naluri mencintai yang berkaitan tentang ketertarikan.
Allah Swt berfirman:
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
Maka jelas dalam ayat diatas Allah memasangkan laki-laki dan perempuan bukan perempuan dengan perempuan begitu pun sebaliknya.
Kedatangan Jessica Streen ini adalah merupakan salah satu dampak dari adanya penerapan sistem demokrasi. Dimana politik balas budi tidak lagi memikirkan kerusakan apa yang akan terjadi di negara Indonesia itu sendiri. Termasuk dampak yang terjadi pada generasi, budaya-budaya asing tersebut bebas datang dan pergi.
Islam satu-satunya sistem yang mampu menerapkan keamanan dan kenyamanan secara pasti. Aturan Ilahi menjadi tolak ukur kehidupan berdasarkan Al-Qur'an.
Wallahu a'lam.
Baca juga:

0 Comments: