
Cerbung
Madinah, I'm Coming
Oleh. Ratty S Leman
Hari pertama, mereka berangkat dari Jakarta dan transit di Yaman. Hari kedua, perjalanan dari Yaman menuju Madinah. Dan hari ini adalah hari ketiga perjalanan mereka.
Sepanjang hari ini mereka berniat melakukan salat 5 waktu di Masjid Nabawi dan berusaha ke Raudoh. Sebelum azan subuh terdengar, mereka sudah bangun dan bersiap-siap untuk salat subuh di Masjid Nabawi. Kenang menjelaskan ke anak-anak jika salat di Masjid Nabawi pahalanya 1000 kali lipat dibanding salat di masjid lain.
Hari masih gelap ketika mereka melangkahkan kakinya menuju Masjid Nabawi. Toko-toko masih tutup, meski ada beberapa yang sepertinya buka 24 jam.
Alhamdulillah akhirnya sampai ke Masjid Nabawi. Kenang, Faiz, Rafi dan Iza ke pintu ikhwan. Ning sendiri ke pintu akhwat. Kenang dan anak-anak berencana ke Raudoh selepas salat subuh. Ning sudah bersiap jika harus menunggu saat mereka bertemu lagi selepas salat. Mereka sepakat akan bertemu di gerbang no 2.
Salat subuh di Masjid Nabawi terasa begitu syahdu. Seperti biasa jika salat subuh, ayat yang dibaca adalah ayat yang panjang. Rasa kantuk dan capek sebenarnya masih ada. Namun, mereka sudah bertekad untuk salat 5 waktu di Masjid Nabawi. Tujuan mereka ke sini adalah untuk beribadah. Sayang, jika rasa malas dituruti sehingga banyak istirahat di hotel.
Selesai salat subuh, Ning berdzikir dan berdoa lalu membaca Al Qur'an. Merasa cukup lama menunggu suami dan anak-anaknya ke Raudoh, Ning minum air zamzam dan keluar masjid.
Setelah itu barulah Ning melihat anak-anaknya berlari-lari kecil menghampirinya.
Ning sudah menyiapkan botol berisi air zamzam dan roti untuk mengganjal perut. Suami dan anak-anaknya duduk melingkar, berkumpul sarapan pagi ala kadarnya di pelataran Masjid Nabawi. Jika tadi malam menikmati langit yang berbintang di Madinah, pagi ini mereka menikmati suasana pagi menjelang matahari terbit. Belum panas dan nyaman.
Suami dan anak-anak gembira, mereka bercerita jika sudah ke Raudoh. Tadinya sulit mencapai Raudoh, Alhamdulillah akhirnya mereka bisa salat di Raudah agak dekat di depan mimbar Nabi. Alhamdulillah, puji syukur tak terhingga, akhirnya mereka bisa salat di tempat mustajab yang terhubung dengan taman surga di langit.
"Tadi berdoa apa?" tanya Ning ke anak-anak. Mereka menjawab, "Ada deh!" Ning mendesak lagi, "Berdoa untuk kedua orangtua dan kakek nenek, gak?" Mereka kompak menjawab, "Ada, masak enggak!"
Ning bersyukur. Semoga mereka menjadi anak-anak yang salih yang senantiasa mendoakan orangtuanya. Untuk menjadi anak-anak salih yang menyejukkan pandangan mata, tidak usah menunggu dewasa, saat sudah jadi dokter, insinyur atau gelar dunia lainnya. Jika kita mendidik anak dengan baik sedini mungkin maka mereka akan membahagiakan kita sedari kecil dan semoga sampai dewasa.
Setelah roti, biskuit dan air minum habis, matahari mulai muncul. Lantai menghangat disinari mentari. Mereka mengambil air zamzam lagi untuk dibawa ke hotel.
Sepanjang perjalanan pulang, terlihat toko-toko mulai buka terutama toko makanan. Mereka menawarkan aneka masakan untuk sarapan. Anak-anak tertarik dengan nasi kebuli India. Mereka minta dibelikan. Kata Kenang, "Kan di hotel disediakan sarapan ...," Anak-anak merajuk untuk membelinya. "Nanti dimakan pas jam 10 an", kata Rafi. Akhirnya dibelilah nasi India itu untuk 5 porsi.
Sesampai di hotel dan naik ke kamar, terlihat sarapan sudah disediakan di meja. Mereka mengambil jatah dan makan di kamar. Alhamdulillah kamar di Madinah besar, cukup lega untuk mereka berlima. Kasur yang tersisa mereka gunakan untuk meletakkan tas jinjing dan pakaian.
Setelah sarapan dan salat dhuha, mereka istirahat dan melanjutkan tidur lagi karena masih ngantuk.
Menjelang adzan Zhuhur, mereka mandi dan segera ke Masjid Nabawi lagi. "Kerjaan kita di sini memang STMJ," kata Ning ke anak-anak.
"Apaan itu STMJ?" tanya anak-anak. "Salat, Tidur, Makan, Jalan ke masjid," jawab Ning. Anak-anak tertawa. "Itu singkatan Mbah Kakung dulu saat berhaji," jelas Ning.
Bersama keluarga keponakan, keluarga Ning berangkat ke Masjid Nabawi. Ning dan dua keponakan akhwat berencana ke Raudoh bakda Zhuhur.
Selesai salat Zhuhur, mereka bertanya kesana kemari. Mereka disuruh antri di pintu ukiran berwarna coklat. Cukup lama juga menunggu, kurang lebih hampir 1 jam kemudian pintu dibuka. Jama'ah akhwat berlari berhamburan dan antri lagi di terpal pembatas berwarna putih. Menunggu lagi sekitar 1/2 jam terpal putih dibuka. Ternyata harus antri yang ketiga kalinya sambil duduk di depan barikade atau barisan askar akhwat.
Begitu mendapat giliran masuk, suasana berdesak-desakan. Mencari tempat untuk salat di Raudoh agaklah sulit. Sambil antri mencari tempat salat di Raudoh, mereka berziarah dan berdoa dulu di sebelah makam Rasulullah.
Hati ini tak karuan bahagianya bisa berziarah kembali ke makam Baginda Rasulullah. "Assalamu'alaika Yaa Rasulullah. Assalamu'alaika Yaa Habiballah. Ya Nabi salam 'alaika Ya Rasul salam 'alaika", menetes air mata Ning. Bersyukur bisa mengunjungi Rasulullah lagi.
Mengunjungi Nabi saat wafatnya, sama nilainya seperti saat beliau hidup, begitu bunyi sebuah hadist. Ning menyapa beliau, "Ya Rasulullah, kami sekeluarga datang kepadamu ke masjidmu dan ke makam Baginda. Semata-mata karena rasa cinta kami kepadamu. Rasa cinta dan rindu yang sudah membuncah ingin berjumpa dengan Baginda, walau di makam. Kami juga membawa anak-anak kami semua, agar mereka mencintai Baginda seperti cintanya kami kepada Baginda bahkan lebih."
"Anak-anak sudah kami bacakan sirah nabawiyah agar mereka mengenal perjuangan Baginda untuk kami umatmu yang lemah ini. Semoga Allah perkenankan anak-anak menjadi penerus risalahmu, Aamiin Ya Mujibassailin," pinta Ning.
Setelah puas berziarah ke makam Rasulullah, Ning mulai mencari tempat antara makam Nabi dan mimbar Nabi. Di situ ada karpet berwarna hijau dan di situlah Raudoh.
Ada jama'ah akhwat bertanya, "Benar ya, Mbak, di sini Raudoh?" Ning mengiyakan, "Iya, betul." Mereka langsung salat 2 rakaat di Raudoh.
Sambil berjalan keluar masjid, Ning mengingat-ingat ketika arbain dulu selesai berhaji besar. Selesai salat dia sering menyempatkan diri ke Raudoh berkali-kali. Berdesak-desakan itu biasa, tapi gak pakai antri lama seperti sekarang.
Ning dan keponakannya antri selepas salat Zhuhur jam 1, selesai di Raudoh jam 3. Sebentar lagi masuk waktu ashar. Masya Allah butuh waktu sekitar 2 jam perjalanan mereka ke Raudoh.
Di hari ketiga perjalanan umrah ini, kegiatan mereka hanya salat 5 waktu di Masjid Nabawi dan ke Raudoh. [ ]
Baca juga:

0 Comments: