
Hikmah
Hak Wanita yang Terabaikan
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Bukan hanya persoalan ekonomi, beban hidup kehilangan orang terkasih juga menjadi pil pahit dalam hidup wanita jaman ini. Banyak suami lari dari tanggungjawabnya sebagai qowwam (pemimpin) dan menikah dengan wanita lain.
Kisah memilukan di jaman ini, seorang istri bercerita suaminya pergi merantau, di tempat perantauan sang suami ternyata menikah lagi. Bahkan memilih tinggal di rumah bersama istrinya yang baru.
"Dia gak bilang sama saya katanya bilangnya mau kerja, akhirnya gak pulang-pulang, tahu-tahu udah kawin lagi.Disusulin ke rumahnya sudah punya istri lagi," ucap seorang istri pasrah. Hidupnya kini makin getir saat dia kehilangan anak sulungnya. Saat itu, anak pertamanya diasuh orang lain sejak bayi karena kondisi ekonomi yang sulit membuatnya merelakan sang anak di asuh orang lain. Dia tak punya biaya untuk menghidupinya. Hingga saat ini, tak pernah dia ketahui lagi nasib anak pertamanya. Kini wanita ini tinggal berdua dengan anaknya yang kedua. Usia anaknya yang kedua seumuran anak SMA namun tidak bisa melanjutkan sekolah karena terhambat biaya.
Kesedihan wanita (Istri) pun bertambah mengingat rumah berbilik bambu miliknya yang bolong di mana-mana. Sekuat tenaga wanita ini bekerja membantu tetangga dengan penghasilan yang tidak seberapa. Dengan penghasilan seperti itu, wanita ini terkadang hanya makan sekali sehari. Dia khawatir tidak ada makanan untuk hari esok.
Memprihatinkan. Sosok wanita seperti ini adalah satu dari sekian juta wanita yang kehilangan penanggungjawab nafkahnya. Dimana tanggung jawab suami selama ini? Bukankah Suami yang baik, sejatinya dia mempunyai harga diri di saat ia memberikan janji kepada seorang Istri. Saat janjinya tidak ditepati dia akan merasa bersalah dan berfikir gimana membahagiakan anak dan istrinya untuk masa depannya nanti. Namun, sangat di sayangkan hidup di jaman sekarang banyak suami yang asal berjanji tanpa memikirkan tentang dirinya dan keluarganya sendiri.
Allah azza wa jalla berfirman dalam QS. Al Imran :76
بَلٰى مَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ وَاتَّقٰى فَاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ
balā man aufā bi’ahdihī wattaqā fa innallāha yuḥibbul-muttaqīn
"Sebenarnya barangsiapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa."
Sungguh, tak banyak manusia memikirkan bagaimana rusaknya sistem kehidupan sekuler kapitalis saat ini.Tanpa disadari betapa beratnya bila kehidupan ini dipisahkan dari agama. Kenikmatan duniawi menjadi orientasi manusia untuk hidup. Maka, tidak aneh, jika ada seorang suami yang tega meninggalkan istri dan anaknya , tanpa menjaga, tanpa menafkahi anak istri dan kebanyakan ingkar janji. Na'udzubillahimindzalik.
Aturan kehidupan yang sekuler kapitalisme membatasi peran negara hanya sebagai regulator. Akhirnya, negara juga tidak bertanggungjawab untuk kesejahteraan rakyatnya yang bernasib seperti wanita tadi. Kisah wanita yang ditinggal pergi merantau ini adalah bukti dari kegagalan sekuler kapitalisme dalam menjamin hak -hak perempuan.
Tentu saja, ini sangat berbeda jauh dengan kehidupan yang diatur dengan Islam, yakni Khil4f4h. Sistem ini lahir dari ideologi Islam. Sementara Islam sendiri memiliki seperangkat aturan untuk seorang perempuan mendapatkan hak -haknya, hak - hak istimewanya dan kehormatannya secara pasti. Karena hal tersebut, merupakan kewajiban Khilafah untuk memenuhi kebutuhan semua warganya.
Dalam naungan sistem Islam, para perempuan dipastikan tidak akan kehilangan wali penanggung nafkahnya. Negara akan memastikan setiap suami mendapat pekerjaan yang layak agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya secara layak. Mulai dari sandang, pangan, dan papan mereka. Jika ada suami yang mangkir dari tanggungjawabnya seperti suami wanita yang diceritakan tadi, maka negara akan menindaklanjutinya sehingga nasib wanita di dunia tidak perlu mencari nafkah sendiri. Selain dari itu, kebutuhan dasar publik lainnya seperti masalah pendidikan, masalah kesehatan, dan masalah keamanan adalah tanggungjawab secara mutlak yang dilakukan negara. Khil4f4h akan memberikan layanan tersebut secara gratis kepada rakyatnya. Tidak ada komersialisasi sedikit pun di sektor ini.
Maka, jika dalam Khil4f4h anak - anak yang tidak bisa bersekolah karena masalah biaya bisa melanjutkan pendidikannya sekalipun berasal dari orang yang tidak mampu. Yang tidak bisa berobat karena terkendala biaya, khil4f4h yang akan menjaminnya. Dan umat telah banyak mendapatkan keburukan sejak tidak ada Khil4f4h, sebagai penjaga dan pelindungnya. Tidakkah hati kita tergerak untuk berjuang menegakkannya kembali?
Baca juga:

0 Comments: