Headlines
Loading...
Duka Gempa Cianjur, Luka Lara Akibat Minim Mitigasi

Duka Gempa Cianjur, Luka Lara Akibat Minim Mitigasi

Oleh. Sri Wahyuni
(Pegiat literasi & Ibu Rumah Tangga)

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun.  Kabar duka kembali melanda Negeri tercinta ini. Pada hari senin 21 November 2022 pukul 12.15, telah terjadi gempa dengan kekuatan 5,6 skala Richter di wilayah Cianjur, Jawa Barat.

Gempa dangkal ini telah meluluh lantakkan pemukiman warga, di atas pusat gempa banyak rumah warga yang hancur, banyak korban jiwa, korban hilang dan luka-luka.

Sementara, bagi warga yang selamat, mereka harus mengungsi. Tak semua pengungsi mendapatkan bantuan dengan cepat. Sebagian dari mereka sudah mulai terserang penyakit.

Pemandangan yang begitu memilukan ketika jeritan anak-anak dan bayi sahut-menyahut. Sungguh ini adalah lara di atas duka. 

Bencana gempa memang sebuah peristiwa yang tidak bisa diprediksi kemunculannya. Akan tetapi, sebenarnya dengan kecanggihan teknologi saat ini, bencana tersebut sangat bisa diantisipasi dengan mitigasi. Terlebih, telah banyak pakar geologi maupun geodesi yang mampu memetakan potensi gempa, mengingat wilayah negeri ini berada di atas pertemuan-pertemuan lempeng kerak bumi.
 
Abainya Penguasa dalam Sistem Kapitalis

Sayang, masyarakat hidup di bawah kepemimpinan kapitalisme, sebuah sistem yang menjadikan penguasa abai terhadap kebutuhan rakyatnya.

Sikap ini muncul karena kapitalisme menganggap rakyat adalah beban ketika mereka tidak bisa menghasilkan uang.  Mitigasi bencana juga bukan sesuatu hal yang menghasilkan uang. Malah sebaliknya,  menghabiskan banyak uang. Wajar jika mitigasi bencana dilakukan ala kadarnya.  Alasannya, 'budget' anggaran minim, padahal di saat yang sama mereka bisa mengalokasikan dana untuk membangun ibukota baru.

Kapitalisme juga mengikis hati nurani penguasa. Mereka baru bergerak mengulurkan tangan, memberi bala bantuan ketika terjadi bencana. Bahkan, kadangkala bantuan itu pun datang terlambat, entah terkendala medan atau sejenisnya, padahal rakyat sudah sangat kesakitan.

Kesigapan Penguasa dalam Islam

Sangat berbeda dengan kepemimpinan Islam yang disebut Kh1l4f4h ketika mengurus kebutuhan umat. Kh1l4f4h adalah 'ra'in' (pelayan umat).

Inilah mainset berpikir penguasa dalam Islam, sebab amanah kekuasaan itu hanya akan membawa dua konsekuensi, yakni surga atau neraka. Ada atau tidak ada bencana, penguasa dalam Islam senantiasa berupaya optimal mengurus rakyat.

Dalam kondisi bencana gempa, ada beberapa tindakan yang akan dilakukan, berupa upaya preventif dan kuratif.

Terkait upaya preventif, Kh1l4f4h akan memetakan daerah-daerah potensial gempa dengan kecanggihan teknologi saat ini.  Kemudian memerintahkan para ahli sipil, arsitek dan ahli terkait untuk mendesain bangunan tahan gempa dengan harapan meminimalisir korban jiwa.

Kh1l4f4h akan memastikan BMKG memberikan informasi akurat dan menyebarluaskannya kepada warga agar mereka bisa melakukan antisipasi.

Kh1l4f4h juga akan memberi edukasi agar masyarakat tanggap terhadap bencana.

Adapun upaya kuratif dilakukan ketika terjadi bencana. 
Kh1l4f4h telah menyiapkan tim SAR yang memiliki kemampuan teknis dan non teknis dalam menangani bencana.

Secara khusus, tim ini dibentuk dan dibekali dengan kemampuan dan peralatan yang canggih, seperti alat telekomunikasi, alat berat, dan alat-alat evakuasi korban bencana, dan lain-lain. Dengan demikian, mereka selalu siap sedia (ready for use) diterjunkan ke daerah-daerah bencana.

Kh1l4f4h juga akan menyiapkan tempat pengungsian yang layak agar kebutuhan hidup warga tetap terjamin dan terhindar dari penyakit. 

Para dokter, perawat dan tenaga medis lainnya akan dikerahkan untuk mengobati dan menjaga kesehatan korban terdampak. Tidak lupa, Kh1l4f4h akan melakukan 'mental recovery' (pemulihan mental). Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan tausiyah-tausiyah atau ceramah-ceramah untuk mengukuhkan akidah dan nafsiah para korban.

Inilah bentuk kesigapan Kh1l4f4h dalam menangani bencana.

Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: