Oleh. Iis Nopiah Pasni
Ahad Ceria kali ini diisi Bunda Isna dengan mengikuti kajian Islami. Kajiannya bertempat di Taman Adipura dekat Musala Muara Enim.
Masya Allah. Kajian sudah ramai, dan banyak peserta yang datang. Tentu saja Bunda Isna senang bisa berkumpul bersama banyak orang, mendapatkan teman baru dan tentunya pahala melalui ilmu yang dikajinya.
Kebanyakan peserta adalah ibu-ibu muda yang membawa anaknya. Ada juga remaja putri. Hal ini membuat Bunda Isna bersemangat dan ingin lama-lama berada di sana.
Mereka duduk melingkar, mendengarkan kajian Islami dari Ustadzah Hani yang kali ini mengambil temanya tentang "Bangga Menjadi Anak Muslim". Di kajian tersebut, ada juga sesi tanya jawab. Masya Allah. Kajian ini diadakan agar para ibu dan remaja bisa menggali lagi dan lebih memahami.
Bunda Isna tampak mendengarkan sambil menepuk-nepuk punggung si Dedek Hanifa agar segera pulas dalam tidurnya. Kajiannya dimulai jam 09.30 WIB, bersamaan waktunya dengan jam tidur putri bungsunya itu.
Tak ada halangan untuk ikut serta dalam kajian Ahad. Walaupun ibu rumah tangga yang kegiatannya tak ada habisnya, Bunda Isna harus tetap menjadwalkan diri untuk ikut kajian, karena hukum 'thalabul Ilmi' itu fardhu 'ain. Tiada yang susah, asalkan mau. Itulah yang terus diazzamkan Bunda Isna, kecuali jika ada alasan syar'i.
Usai kajian Islami, Dedek Hanifa masih tidur pulas. Sementara Abang Abidzar ingin bermain mobil-mobilan di rental mobil di lapangan Taman Adipura.
"Bun, Abang mau main mobil-mobilan, minta uang untuk rentalnya," pinta Abidzar pada Bundanya.
Bunda Isna mengambil uang dan memberikan uang untuk rental mobilannya pada Abidzar. Senyum Abidzar merekah dan ia segera berlari menyusul temannya yang sudah menunggunya sedari tadi.
Bunda masih duduk di samping Dek Hani yang tertidur pulas. Acara berlanjut dengan makan bersama, karena ada makanan yang dibawa ibu-ibu secara sukarela. Makanan berupa gorengan, kemplang panggang dan sambelnya juga ada tahu goreng krispi. Ya "ar rizki minallah", segala rezeki berasal dari Allah, tanpa disangka-sangka manusia.
Ada seorang ibu yang duduk dekat Bunda Isna. Ia sedang meminta anaknya untuk makan dengan tangan kanannya.
"Dek, makannya tangan kanan, ya," kata si ibu tadi.
Anak laki-laki itu berumur sekitar 7 tahun. Ia langsung memindahkan makanan yang dipegang tangan kirinya ke tangan kanannya.
"Barakallah, gitu dong anak saleh," puji Bunda Isna spontan melihat anak itu langsung mau memegang makanan dengan tangan kanannya.
Spontan, anak laki-laki itu melirik dan tersenyum pada Bunda Isna. Ya itulah reaksi alami seorang anak ketika ia dipuji. Ia akan bahagia dan merasa dihargai. Biasanya hal ini memicu untuk berbuat baik lagi dan lagi. Masya Allah.
"Bun, semua anak saya biasa memegang makanan itu dengan tangan kiri," kata si ibu memulai ceritanya.
"Saya pikir itu hal biasa, nggak tau kalau ternyata makan harus dengan tangan kanan, makan harus duduk dan membaca doa," ucapnya jujur.
"Perlu nian ya Bun, ikut kajian biar tambah ilmu," ucapnya lagi. Bunda Isna mendengarkan cerita si ibu tadi dengan penuh perhatian.
"Ya, Bu. Ahad depan ikut kajian lagi ya," ajak Bunda Isna sambil memberikan sepiring gorengan ke dekatnya.
"Jangan lupa, si ganteng terus diingatkan untuk makan dengan tangan kanan. Insya Allah lama-lama terbiasa, kayak tadi. Pintar ya Kakak mau makan dengan tangan kanan," kata Bunda sambil tersenyum melihat ke arah anak laki-laki ibu tadi. Lagi-lagi anak itu tersenyum.
"Ya berawal dari memperbaiki hal kecil, melaksanakan yang wajib dan menghidupkan yang sunah. Memulai menjadi diri yang lebih baik dari diri yang dahulu," kata Bunda Isna lagi.
"Insya Allah datang, Bun," jawab si ibu.
Hidup bukan sekadar hidup. Hiduplah dengan menjadi manusia bermanfaat bagi sekeliling. Mungkin bukan hal besar, lakukanlah dari hal kecil. Mulai dari diri sendiri, keluarga dan orang sekitar. Jadilah dirimu sendiri. Jadilah bermanfaat bagi sekeliling kita.
Muara Enim, 03 Desember 2022
Baca juga:

0 Comments: