Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Dalam bahasa daerah Muara Enim atau sekarang Kelurahan Muara Enim Sumsel, tempat kelahiran Bunda Isna, bakat itu artinya bekas luka yang sudah sembuh.

Tapi yang akan diceritakan Bunda Isna ternyata bukan itu.

Bunda Isna senyum-senyum sendiri, semenjak anak ketiganya disunat dan mengharuskannya ada di rumah untuk istirahat agar lekas pulih dan sunatnya sembuh. Abidzar berkutat dengan hape,
No! No!  No! Abidzar bukan main hape dengan scroll nonton YouTube, kali ini Ia sibuk bermain dengan Aplikasi Pixellab, belajar menggunakan fitur shapes menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan.

Bunda Isna beberapa waktu yang lalu ikut belajar shapes Pixellab yang diadakan di Wa Groupnya Komunitas SASRI. Nah, melihat Bunda Isna berkutat dengan hape dan kelihatan begitu asyiknya, anak ketiganya ini kepo tingkat tinggi.

Jadilah Bunda Isna mengajari anaknya itu dengan ilmu seadanya, tapi sepertinya anak ketiganya itu sangat menyukai kegiatan ini.

Lihat saja sudah ada beberapa gambar yang sudah dibuatnya. Selesai mengerjakannya, lalu ia menyimpannya  di galeri terus langsung dipamerkan kepada bundanya.

"Bun, lihatlah! Bagus nggak, ini ni bingkai foto!" katanya antusias, dan Bunda Isna memujinya tulus.

"Masyaallah kerennya, Bang," puji Bunda Isna dan mengambil alih hape tadi untuk melihat hasil karya Abidzar.

"Tuh, udah banyak 'kan bikinan Abang," ucapnya bangga.

"Bun, telponlah Ayah, biar pulangnya cepat,"
rengeknya lagi.

Sepertinya anak ketiga Bunda Isna ingin memamerkan kepintarannya pada ayahnya.
Sosok ayah adalah sosok pengayom, penyayang, pelindung dan sosok yang menjadi tempat seorang anak memperlihatkan kepintarannya untuk menambah percaya dirinya dan rasa dihargai disayangi.

Setelah salat Magrib, Ayah Abidzar pulang.

"Assalamualaikum," kata Ayahnya Abidzar mengucap salam.

"Bun, Ayah pulang!" teriak Abidzar dengan sigap membuka pintu depan sambil menjawab salam Ayahnya.

"Ayah, lihatlah! ini yang bikin Abang Abidzar, bagus kan?" katanya dengan penuh percaya diri sambil menarik tangan kanan ayahnya mencium takzim dan memperlihatkan hasil karyanya tadi.

"Bagus nian, Bang! Yang bikin Abidzar apa Bunda?" goda Ayahnya Abidzar.

"Abidzar yang bikin, Ayah," katanya tak mau kalah. Lalu Ayah menariknya dan memeluknya.

"Masyaallah pintarnya anak Ayah," kata Ayah memuji Abidzar.

"Ayah, Ayah, Ayah Atu," teriak Dek Hani dengan suara khasnya yang menggemaskan, nampaknya Dek Hani cemburu ketika Ayah memeluk Abangnya. Dek Hani mendorong bahu abangnya itu.

"Iya, Ayah Dedek Hani juga Ayah Abang Abidzar," kata Ayah pada Dek Hani.

Akhirnya ayahnya memeluk keduanya dengan sayang lalu mencium bergantian.

"Mas Haikal mau dipeluk Ayah juga?" tanya Bunda Isna iseng pada anak sulungnya yang sedang membuatkan teh hangat untuk Ayahnya.

"Enggak, Bun!" katanya sambil tersenyum lucu.

"Yah, Ayah ini sudah dibuatin teh hangat sama Anak bujang, Masyaallah ... Ayah disayang banget sama anak bujangnya," kata Bunda Isna memuji si sulung Haikal.

"Makasih ya Mas, senang nian Ayah, capek pulang kerja langsung disuguhi teh hangat sama Mas Haikal," ucap Ayah pada anak sulungnya, Haikal.

"Sama-sama, Yah," jawab Haikal lalu menyeruput teh hangatnya pelan dan menikmati gorengan kumbu yang tinggal tiga buah lagi itu.

Ayah, Bunda Isna dan semua berkumpul di ruang keluarga, bercerita bersama anak-anak tercinta, bersenda gurau dan menunjukkan  saling perhatian.

Ada bakat anak  yang harus dipupuk dan didukung, ada juga perhatian orang tua sebagai wujud saling memiliki yang saling menyemangati. Ya bakat dan perhatian sangat berhubungan.

Ketika cinta dibayar cinta, sungguh indah dengan izin Allah Swt.

Muara Enim, 08 Desember 2022

Baca juga:

0 Comments: