Headlines
Loading...
Oleh. Yuni Jaida

Beberapa hari ini, viral sebuah video yang berisi 'bullying' yang dilakukan pelajar pada seorang nenek yang diduga ODGJ. Entah apa yang terbesit dalam benak para pelajar di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, sehingga tega menganiaya seorang nenek. Aksi 'bullying' yang dilakukan para pelajar ini direkam oleh salah satu dari mereka yang kemudian dikirim ke grup Whatsapp.

Total ada 6 pelajar yang diamankan polisi terkait kasus ini. Saat diperiksa polisi, mereka mengaku iseng saat menendang korban. (Kumparan.com, 20/11/2022)

'Bullying' pelajar terhadap seorang nenek menggambarkan betapa buruk sikap pelajar tersebut. Hal ini menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam mencetak anak-anak berakhlak mulia. Yang ada, anak-anak tidak menghormati orang tua. 

Di kasus lain, masalah 'bullying' antar pelajar tidak diselesaikan secara tuntas, tapi dengan kompromi, sehingga tidak memberikan rasa keadilan kepada korban. Bahkan ada kencerungan dari pihak sekolah untuk merahasiakan kasus 'bullying' yang terjadi dan tidak menyelesaikannya dengan tuntas. Sekolah hanya melakukan proses mediasi secara kekeluargaan dengan meminta maaf kepada korban dan permasalahan dianggap selesai. Tidak ada pemberian sanksi yang mampu memberikan efek jera bagi pelaku. Fakta ini jelas kontradiktif dengan program Sekolah Ramah Anak (SRA) yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, sehat, dan menyenangkan bagi anak sekolah. Adanya tindakan menyembunyikan kasus 'bullying' menunjukkan bahwa sekolah tersebut tidak siap dengan program SRA tersebut.

Maraknya kasus 'bullying' yang dilakukan oleh pelajar atau remaja menunjukkan potret buruk sistem pendidikan yang diterapkan saat ini. Sistem (aturan hidup) saat ini berdiri di atas fondasi (akidah) sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Pendidikan sekuler telah menjadikan para pelajar jauh dari nilai-nilai Islam. 

Di era sekuler liberal, mereka kehilangan identitas keislaman mereka yang seharusnya melekat pada dirinya. Jadilah mereka berbuat sesuka hati tidak memerhatikan apakah perbuatannya tersebut merugikan dan membahayakan orang lain atau kah tidak. Yang terpenting, mereka merasa bahagia dengan perbuatannya. Hal ini diperparah dengan hilangnya peran keluarga,  khususnya ibu sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya, termasuk pelajar (remaja).

Dalam sistem sekuler kapitalis, tidak sedikit ibu yang terpaksa ikut bekerja di luar rumah demi membantu pemenuhan  kebutuhan hidup. Akibatnya, perannya sebagai pendidik utama dalam rumah tidak bisa dijalankan secara sempurna. 

Ketiadaan kontrol dari masyarakat dan kerusakan sistem sosial di samping penerapan sistem sekuler liberal turut andil dalam menjadikan kasus 'bullying' kian marak. 

Maraknya 'bullying' seharusnya membuat umat sadar bahwa semua ini disebabkan oleh  buruknya penerapan sistem kehidupan yang berasaskan sekularisme. Tak ada yang bisa kita harapkan kecuali sistem yang bersumber dari Sang Pencipta (baca: Islam) yang terbukti ampuh mampu memberikan rasa aman dan kesejahteraan bagi umat selama belasan abad. 

Islam memandang bahwa pelajar (remaja) adalah pembangun peradaban. Mereka adalah harapan masa depan umat. Oleh karena itu, mereka harus diselamatkan dari kasus 'bullying' (krisis adab). Islam memiliki solusi untuk mecegah sekaligus mengatasi  kasus 'bullying'. Di antaranya:

1. Langkah preventif (pencegahan) 
Langkah ini dilakukan dengan mengembalikan peran keluarga, yaitu sebagai tempat pendidikan dan pembentukan karakter yang utama. Orang tua harus memberikan teladan kepada anak-anaknya dalam berkata dan berperilaku. Para orang tua juga harus membekali anak-anaknya dengan akidah islam yang kokoh dan akhlak yang terpuji. Menjaga generasi bukan hanya tugas orang tua, tetapi juga masyarakat dan negara.

Kontrol sosial dilakukan oleh masyarakat, melalui aktivitas amar makruf nahi mungkar. Negara berperan penting dalam menjaga generasi, yaitu dengan menyaring setiap tontonan, konten atau informasi di media yang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian remaja. Negara menerapkan sistem pendidikan yang bersandar pada akidah Islam. Sistem ini tidak hanya mencetak generasi yang ahli dalam bidang sains dan teknologi, tetapi juga menjadikan generasi bertakwa.

2. Langkah kuratif (pengobatan)
Langkah ini dilakukan untuk mengobati mereka yang memiliki kecenderungan melakukan bullying, melalui proses  pendekatan yang akan memberikan pengaruh positif terhadap pola pikir remaja dalam menghadapi kehidupan. 

Islam adalah solusi yang akan memperbaiki akhlak pelajar, agar tidak terperosok ke dalam lembah hitam sekularisme yang merusak akhlak mereka. Oleh karena itu, mari kita jadikan Islam sebagai satu-satunya solusi, dan terapkan Islam secara kafah dalam kehidupan. Hanya islam yang sudah terbukti mampu melahirkan generasi yang cerdas dan berakhlak mulia. 

Wallahu a’lam bishawwab

Baca juga:

0 Comments: