Headlines
Loading...
Oleh. Lilieh Sholihah

'Bullying' baru-baru ini terjadi lagi di Tapanuli Selatan. Ada enam pelajar yang harus berurusan dengan polisi gara-gara menendang seorang nenek. Kata mereka cuma iseng, tak ada maksud untuk sengaja menendang. (Kumparan.com, 20/11/2022)  Apapun dalihnya, tetap saja perbuatan mereka tidak sopan! 

Tidak hanya di Tapanuli Selatan, di Bandung juga ada siswa yang di'bully' oleh temannya. Siswa SMP Baiturrahman, Bandung ini ditendang kepalanya oleh temannya sendiri. Aksi 'bullying' ini terekam dalam video dan diunggah di Twitter oleh akun @DoniLaksono (Kumparan.com, 20/11/2022) Sungguh miris. Benar-benar tidak berakhlak! 

Aksi 'bullying' bisa dilakukan oleh satu orang atau lebih. Alasannya juga semakin aneh.  Biasanya yang menjadi korban 'bullying' adalah anak yang dipandang sebelah mata, seperti miskin, jelek, atau lemah. Parahnya, kasus 'bullying' di dunia pendidikan semakin memprihatinkan, terjadi di sekolah-sekolah di seluruh wilayah Indonesia, meski hanya berupa penindasan verbal dan psikologis/mental. 

Ada beberapa faktor mengapa kasus 'bullying' ini lagi-lagi terjadi. Pertama, faktor kondisi keluarga yang kurang harmonis. Kedua, bisa jadi pelaku sendiri menjadi korban 'bullying'. Ketiga, karena merasa dirinya paling hebat. Tentu kita tak ingin kasus seperti ini terulang kembali. 

Kehidupan liberal yang menjunjung kebebasan juga ikut membentuk karakter kepribadian pemuda-pemuda muslim. Mereka tidak mempunyai standar baku untuk membedakan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela serta benar dan salah. Hidup mereka untuk menuruti hawa nafsu. 

Sejatinya remaja saat ini telah dirusak dari segala arah. Mulai dari serangan sekularisme liberal yang memisahkan agama dari kehidupan hingga kebebasan dalam menjalani kehidupan. Tentu, kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan tanpa batas dalam segala aspek. Termasuk aspek bertingkah laku.

Sungguh kondisi ini jauh berbeda dengan sistem pendidikan Islam. Dalam Islam,  setiap muslim harus mempunyai pola pikir Islami. Pola pikir (akliah) dan pola sikap (nafsiah) bagi anak-anak umat. Akidah Islam adalah asas kehidupan setiap muslim sehingga harus dijadikan asas berpikir. Lalu keterikatan terhadap hukum syara' sebagai konsekuensi dari akidah akan menjadi standar bagi manusia untuk mengatur tingkah lakunya, serta menyiapkan generasi pencetak ulama yang mahir dalam bidang apapun. Itulah tujuan pokok pendidikan dalam sistem Islam, yang menjadikan akidah sebagai landasan dan mampu melahirkan generasi cemerlang dan berkepribadian mulia. Maka hanya dengan mengembalikan sistem Islam lah, kita akan mampu mewujudkan generasi bertakwa, dan kasus 'bullying' pun tidak akan terjadi.

Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: