
OPINI
Buah Sekularisme: Potret Generasi Krisis Adab
Oleh. Vivi Nurwida (Aktivis Dakwah)
Dilansir dari kumparan.com (20/11/2022), aksi penganiayaan seorang nenek oleh sekumpulan pelajar di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) tengah viral di media sosial. Terkait kasus ini, polisi telah mengamankan 6 orang pelajar. Mirisnya, mereka mengaku iseng, saat dengan tega menendang korban yang sudah lanjut usia.
Peristiwa yang memilukan hati ini tentu membuat kita bertanya-tanya, sedemikian parahkah potret generasi hari ini? Mereka sedang dilanda krisis adab.
Buah Sekularisme
Perbuatan yang tidak menyenangkan, lebih-lebih jika dilakukan hanya karena perbuatan iseng, tentu merupakan hal yang patut disesalkan terjadi, apalagi di lingkup dunia pendidikan. Sudah semestinya mereka menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat untuk kemajuan Islam. Namun, mereka justru mengisi waktunya dengan perbuatan yang merugikan orang lain.
Permasalahan seperti ini sebenarnya tidak hanya sekali atau dua kali terjadi di tengah masyarakat. Pelajar yang seharusnya menjadi pilar peradaban malah terwarnai oleh kasus-kasus kenakalan. Krisis adab dalam dunia pendidikan menambah deret panjang problematika negeri ini. Banyak peristiwa serupa yang berulang kali terjadi. Hal ini membuktikan bahwa ada permasalahan serius yang harus diselesaikan dengan tuntas dan benar.
Coretan-coretan kenakalan remaja hari ini terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang berkesinambungan. Seperti hilangnya peran orang tua sebagai pendidik pertama dan utama, pengaruh lingkungan, pendidikan sekuler, media yang secara masif menampilkan budaya yang jauh dari adab, termasuk hilangnya peran negara.
Hilangnya fungsi berbagai elemen yang seharusnya menyokong generasi agar bisa tumbuh menjadi harapan masa depan, disebabkan oleh penerapan ideologi kapitalis. Ideologi ini tegak di atas asas sekuler (pemisahan agama dari kehidupan). Maka, jangan heran jika generasi jauh dari pemahaman agama. Akibatnya, lahirlah sosok-sosok liberal, hedonis, pragmatis, individualis, dan lain-lain semisalnya.
Generasi yang lahir dari sistem sekuler liberal hari ini mengakibatkan agama tidak mendapatkan perhatian. Wajar jika hasil pendidikan hari ini mementingkan prestasi akademik, atau bahkan berorientasi untuk mendapatkan pekerjaan belaka. Hal ini terjadi lantaran generasi tidak terdidik dengan dasar yang benar. Nilai-nilai keagamaan tidak dipraktikkan, bahkan minim diajarkan.
Islam Solusi Mengatasi Permasalahan
Dalam kehidupan Islam, hal pertama yang didapatkan oleh generasi dari pendidikan adalah penanaman akidah yang kuat. Akidah inilah yang akan membentuk suatu pemahaman kehidupan di manapun mereka berada. Aktivitasnya senantiasa disandarkan kepada akidah mereka, yaitu akidah Islam. Tujuan, strategi, dan kurikulum pendidikan pun bersandar pada akidah Islam. Harapannya agar terwujud generasi yang berkepribadian Islam, yakni mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam.
Generasi Islam terdahulu mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang berasal dari sistem pendidikan Islam. Darinya, lahir banyak sosok luar biasa yang jauh berbeda dari peradaban sekuler saat ini. Mereka diarahkan untuk mempunyai keimanan yang kuat dan ilmu yang bermanfaat. Untuk membangun dan membina kepribadian generasi yang mulia dan unggul, tentu saja kita harus kembali pada solusi Islam.
Jangan sampai kejadian miris tersebut di atas terus berulang. Oleh karena itu, peran dari pemangku kebijakan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan sistem pendidikan yang terbaik. Satu-satunya yang terbaik itu adalah sistem pendidikan Islam. Lantas bagaimana seharusnya Islam tidak sekadar menjadi nilai-nilai tapi juga masuk dalam sistem pendidikannya?
Pertama adalah menanamkan akidah itu tadi.
Kedua, pemberian sanksi atas pelanggaran aturan juga harus dikembalikan pada paradigma Islam.
Islam memandang tentang batasan pelaku untuk bisa dijatuhi sanksi, yaitu balig dan paham konsekuensi semua perbuatannya.
Sebelum itu, dia telah mendapatkan pengajaran tentang bagaimana dia seharusnya bersikap, bertindak dan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.
Ketika ada yang keluar dari koridor Islam, harus ada sanksi yang diberikan. Jangan hanya karena pelakunya dianggap 'anak' dalam paradigma sekuler, lantas perbuatan buruk tersebut dibiarkan, yang pada akhirnya kejadian serupa terus berulang hingga detik ini. Kalau pun ada sanksi, ternyata belum mampu memberikan efek jera, dengan dalih pelakunya masih dianggap 'di bawah umur'. Pandangan ini perlu dievaluasi.
Pendidik hari ini mempunyai tugas berat. Selain peran individu dalam keluarga, peran masyarakat dan negara juga sangat dibutuhkan. Masyarakat hari ini membutuhkan sistem komprehensif yang bisa dijalankan dengan baik; baik dalam sistem pendidikan maupun sistem hukumnya. Islam akan mendidik generasi yang tidak hanya berilmu tapi juga beradab.
Islam terbukti mampu membangun peradaban mulia, yang generasinya tidak hanya taat kepada orang tua, hormat kepada yang lebih tua, tapi juga taat kepada aturan Allah. Mereka:
- Mengetahui batasan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
- Mempunyai keimanan sekuat karang.
Sistem Islam telah mencetak generasi cemerlang yang telah menorehkan tinta emas sejarah kegemilangan Islam, seperti Mushab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Uwais al-Qarni, Muhammad Al Fatih, Imam Syafi'i, dan lain-lain.
Sudah saatnya kaum muslimin sadar bahwa generasi akan terus mengalami krisis adab selama negeri mereka masih berhukum pada ideologi kapitalis sekuler. Sudah saatnya umat mencampakkannya dan bersama-sama berjuang agar ideologi Islam dapat diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallahu a'lam bishawwab.
Baca juga:

0 Comments: