Headlines
Loading...
Oleh. Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Dunia)

Demam sepak bola dunia tengah bergelora. Gegap gempita menyambut piala dunia hampir dirasakan di seluruh wilayah dunia. Namun, ada rasa unik di  piala dunia tahun ini. Piala Dunia yang tahun ini diadakan di Qatar, mengundang berbagai reaksi dunia. Pembacaan ayat suci Al-Qur'an pada pembukaan Piala Dunia, 20 November 2022 lalu, pun jadi sorotan. Qatar dengan percaya diri mempromosikan aturan Islam pada dunia, di tengah Islamofobia yang kian merajalela. 

Aturan Piala Dunia tak luput dari perhatian. Tiga hari sebelum Piala Dunia, Qatar meminta FIFA agar melarang penjualan bir dan berhenti menjual Budweiser di delapan stadion. (republika.co.id, 20/11/2022) Padahal jenis minuman ini sudah biasa tersedia di setiap acara piala dunia. Para penonton mau tak mau harus menerima segala aturan yang ditetapkan tuan rumah. 

Keputusan ini sangat berat bagi FIFA jika permintaan itu dilaksanakan. Karena Budweiser merupakan salah satu sponsor utama FIFA. Jika produk terkait tak diizinkan untuk dijual atau terlihat di pertandingan, maka federasi sepak bola dunia itu akan melanggar kontrak yang bernilai jutaan dolar AS. (republika.co.id, 20/11/2022)

Meskipun demikian, perusahaan Budweiser tetap akan mengirimkan produk birnya kepada pemenang turnamen Piala Dunia 2022. (CNNIndonesia.com, 23/11/2022)

Tak hanya minuman keras. Ban kapten 'one love' pun dilarang keras oleh Qatar, sang tuan rumah Piala Dunia. (tempo.co, 24/11/2022) 
Padahal ban 'one love', yang  identik dengan komunitas L69T, biasa dikenakan oleh sang kapten pertandingan. 

Beberapa negara berusaha menolak peraturan tersebut dan menggantinya dengan mengenakan ban lengan (armband) selama pertandingan berlangsung. Namun, ancaman FIFA menghentikan usaha mereka.

FIFA akhirnya turun tangan. Mereka mengungkapkan jika masih ada negara peserta Piala Dunia 2022 yang melanggar, dipastikan akan mendapatkan sanksi. Ancaman hukuman yang diberikan minimal berupa kartu kuning untuk sang kapten yang tetap bersikeras memakai ban lengan tersebut. 

Sebagaimana diketahui, ban 'one love' merupakan aksesoris lengan yang menandakan simbol anti diskriminasi terhadap siapa pun. Termasuk anti diskriminasi terhadap para penganut L69T.
Maka lumrah jika ban 'one love' selalu dikenakan kapten pertandingan. 

Meskipun Qatar sangat menjunjung tinggi aturan Islam, negeri tersebut juga tak menutup diri dari eksistensi supporter yang menyukai sesama jenis. Duta Besar Piala Dunia, Khalid Salman, mengungkapkan agar para tamu dapat menghormati budaya yang ada. (tempo. co, 24/11/2022)
Artinya, Qatar melarang segala bentuk aktivitas yang berorientasi homoseksual di hadapan umum. 

Sementara itu, Qatar juga mengundang pendakwah Islam kelas dunia, Zakir Naik. Beliau didatangkan untuk berceramah di Qatar selama ajang sepak bola dunia itu berlangsung. (CNNIndonesia.com, 23/11/2022)

Namun, tindakan tersebut menuai kritikan pedas. Direktur Siyasah Institute, Iwan Januar, mengungkapkan bahwa undangan Qatar kepada Zakir Naik adalah sesuatu yang wajar, dan tak perlu dipersoalkan. (mediaumat.id, 25/11/2022)

Undangan tersebut adalah otoritas Qatar, yang posisinya sebagai tuan rumah.  
Segala sikap sinis (nyinyir) ini hanya bentuk hipokrit barat terhadap Islam. Mengenai ekstremisme dan radikalisme yang terus dialirkan, adalah isu barat yang terus berusaha menyudutkan Islam. Hal ini pun  dinilai tidak sejalan dengan nilai barat, yang katanya menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. 

Perlawanan demi perlawanan yang dilakukan bangsa-bangsa barat sungguh nyata. Segala usaha dikerahkan agar dapat menghadang aturan Islam. Pun pada acara internasional seperti ajang Piala Dunia. 

Tampak nyata, bagaimana barat memandang Islam. Mereka begitu membenci segala aturan Islam yang diterapkan. Memang sudah seharusnya syariat Islam itu diterapkan dalam keadaan apapun. Karena syariat Islam adalah nyawa kehidupan. 

Islam memandang olahraga sebagai aktivitas yang 'mubah', yang diperbolehkan. Asal tujuannya jelas, yaitu untuk memperkuat jiwa dan raga seorang muslim, agar kuat menghadapi musuh di medan 'jihad fii sabilillah'. 

Dari Jabir bin Abdillah Rasulullah saw bersabda,
“Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan. Kecuali empat perkara, yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan berenang.” (HR. An-Nasa’i)

Namun, jika ajang olahraga dijadikan alat liberalisasi dan kapitalisasi oleh bangsa barat, tentu akan melahirkan berbagai persoalan yang merusak pemikiran umat. Inilah pangkal persoalan saat ini. Nahasnya, ajang dunia ini diwarnai 'ashobiyah' (fanatisme kesukuan) dan 'wathaniyah' (kebangsaan) yang kental. Paham ini menjadikan umat tak mampu bangkit dari keterpurukan. Rasa kebangsaan dan kesukuan yang terlalu dibanggakan telah membuat umat tidak sensitif dalam melihat masalah yang sebenarnya, yaitu keburukan sistem yang semakin parah. 

Sistem yang kini diterapkan (sekularisme kapitalis liberal) benar-benar menjauhkan kehidupan dari segala aturan agama (baca:Islam), dan menghilangkan segala bentuk persaudaraan kaum muslimin. Padahal persaudaraan ini seharusnya dapat menciptakan kebangkitan umat muslim dunia dan menghancurkan segala pemikiran barat yang sesat dan merusak.

Wallahu a'lam.

Baca juga:

0 Comments: