Headlines
Loading...

Oleh. Emniswati
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—“Jika satu bagian tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakannya, dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitulah Nabi kita menggambarkan ukhuwah islamiyah—persaudaraan dalam Islam. Ia bukan sebatas nama, bukan pula sekadar wacana. Tapi ruh yang hidup, mengalir bersama darah dan rasa. Maka ketika Gaza berdarah, jiwa kita seharusnya turut bergetar. Ketika saudara kita menangis dalam kelaparan dan ketakutan, nurani kita pun semestinya basah oleh kepedihan dan doa.

Di Balik Langit yang Tak Lagi Tenang

Video yang beredar dari Gaza pada awal Juli lalu menyentuh relung hati terdalam. Dalam penyaluran bantuan ke tenda-tenda pengungsian, terdengar jelas suara pesawat melintas rendah—mengepakkan ketakutan di antara barisan tenda dan antrian panjang warga. Namun yang mencengangkan, warga Gaza tetap tenang. Tidak berlari, tidak bersembunyi. Mereka tetap berdiri menunggu makanan. Mereka tetap bertahan dalam kehidupan yang tak bisa disebut “hidup” seperti yang kita kenal.

“Itu hanya pesawat pengintai,” ujar Brother Ahmed dalam rekaman video. Suaranya tenang, meski ia tahu, sewaktu-waktu suara itu bisa berubah menjadi dentuman ledakan yang menghancurkan. Dan benar, beberapa saat setelah itu, pemboman terjadi di sekitar lokasi distribusi. Tapi, Alhamdulillah, mereka selamat. Selamat secara fisik, meski luka batin dan trauma menggores tiap sisi kehidupan mereka.

Sabar yang Telah Sampai ke Puncaknya

Setiap hari, anak-anak di Gaza belajar membedakan suara—mana suara pesawat tempur, mana suara drone, mana suara rudal yang akan menghantam. Setiap hari pula, para ibu memasak dengan air mata karena bahan makanan sangat terbatas, bahkan untuk menyuapi anaknya sepotong roti. Setiap malam, mereka tidur bukan untuk istirahat, tapi untuk berjaga—kalau-kalau subuh tak lagi menyapa karena rumah telah berubah jadi puing. Namun, mereka tidak menyerah.

Allah berfirman:
 “Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali ‘Imran: 169)

Di tanah yang dirundung kehancuran itu, kita melihat kehidupan yang jauh lebih mulia dari yang kita bayangkan. Mereka mengajarkan pada dunia bahwa mempertahankan iman, tanah, dan martabat bukanlah pilihan mudah—tapi mereka menjalaninya dengan penuh keyakinan bahwa surga menanti di ujung jalan.

Lalu, Kita di Mana?

Saat mereka kehilangan segalanya, kita masih punya banyak hal. Saat mereka kelaparan, kita bisa memilih menu makan siang. Saat mereka tidur beralaskan tanah, kita berselimut empuk di kamar yang tenang. Tapi apakah semua nikmat ini membuat kita bersyukur dan peduli?

Apakah hati kita tergerak saat melihat mereka antre bantuan dalam bayang-bayang pesawat tempur?

Apakah mata kita basah saat melihat anak kecil memeluk tubuh ibunya yang tak lagi bernyawa?

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

 “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, menyayangi, dan saling peduli seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka bila kita mengaku sebagai mukmin, pedulilah. Kirim doa dalam keheningan malam. Sisihkan harta dalam kantong infak. Sampaikan kabar mereka pada dunia. Jangan biarkan luka mereka membusuk dalam sunyi, hanya karena dunia lebih tertarik pada drama dan konten tak bermakna.

Menolong Gaza, Menolong Diri Kita Sendiri

Bantuan yang kita berikan kepada Gaza bukan sekadar amal, tapi bukti bahwa kita tidak mati rasa. Jangan remehkan satu suap makanan yang sampai ke tangan anak-anak mereka. Jangan anggap kecil satu botol air yang bisa menyelamatkan jiwa. Karena Allah menilai bukan pada besar kecilnya, tapi pada ketulusan yang ada di baliknya.

Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya. Dan siapa yang menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan darinya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jangan Diam! 
Jangan Bisu! 
Jangan Mati Rasa!
Hari ini mereka kelaparan. 
Esok bisa jadi kita yang butuh uluran tangan.

Hari ini mereka menangis dalam reruntuhan. Esok bisa jadi kita yang menangis karena tak mampu menolong.

Maka lakukan sesuatu—apa pun yang bisa. Doa, donasi, dakwah, atau sekadar menyebarkan kesadaran agar lebih banyak hati tergerak.

Karena Gaza adalah kita. Mereka adalah cerminan dari ketahanan, kesabaran, dan iman sejati. Dan kita—saudara seiman—tidak pantas membiarkan mereka berjuang sendiri.

 “Jika kamu tidak mampu menjadi pelindung, maka jadilah penyambung doa. Jika kamu belum bisa hadir dalam derita mereka, maka jadilah penggugah nurani umat. Karena Islam tidak mengajarkan kita untuk diam di hadapan kezaliman.”

Ya Allah, jaga Gaza …
Selimuti mereka dengan kekuatan-Mu, beri makan dari langit-Mu, dan bahagiakan mereka dengan pertolongan-Mu. Jadikan kami bagian dari jalan kebaikan yang Engkau ridai.

Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin. []

Baca juga:

0 Comments: