Two State Solution: Pengkhianatan terhadap Perjuangan Palestina
Oleh. Novi Ummu Mafa
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Dunia Islam kembali dihantui oleh narasi busuk yang diselundupkan atas nama “diplomasi” dan “perdamaian.” Dalam pernyataan yang baru-baru ini disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan bahwa Indonesia siap mengakui eksistensi Israel jika Palestina diberikan kemerdekaan dan menyatakan kesiapan Indonesia untuk melakukan hubungan kerjasama diplomatik dengan Israel (tempo.co, 30-05-2025). Sebuah pernyataan yang bukan hanya menyesatkan, tetapi menjadi preseden buruk yang mencoreng wajah umat Islam Indonesia di hadapan dunia.
Pernyataan ini adalah bentuk konkret dari jebakan narasi “solusi dua negara” atau two state solution yang merupakan rekayasa politik usang buatan Inggris dan Amerika yang terus-menerus gagal menghadirkan keadilan bagi rakyat Palestina. Narasi ini telah lama menjadi alat strategi perang opini sejak imperialisme kolonial untuk menyesatkan opini umat Islam. Seakan-akan penjajahan bisa diselesaikan dengan pembagian tanah air kaum Muslim Palestina kepada penjajah Zionis.
Pengkhianatan
Apa yang dikatakan oleh Presiden Prabowo bukanlah sekadar statemen diplomatik, melainkan bentuk pengkhianatan terang-terangan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Hal Ini pula mengkhianati darah para syuhada yang gugur dalam intifada, perjuangan para korban Nakba 1948, para pahlawan yang melawan agresi 1967, dan para martir dari Taufan Al-Aqsa 2023.
Bahkan lebih jauh, ini adalah pengkhianatan terhadap amanah sejarah yang pernah diukir oleh Khalifah Umar bin Khattab dan pasukan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi ketika membebaskan Al-Quds dari cengkeraman musuh-musuh Allah.
Dan sungguh, dalih bahwa pernyataan ini hanyalah “tujuan antara” atau “batu loncatan diplomatik” untuk menekan Zionis agar mau mendengar suara Indonesia hanyalah fatamorgana. Bagaimana tidak, bahkan suara PBB, ICC, dan lembaga internasional lainnya pun selama ini tidak digubris oleh entitas penjajah zionis itu. Lalu, mengapa harus kita percaya bahwa suara Indonesia akan mampu mengubah arah kebijakan Zionis?
Normalisasi: Jalan bagi Penjajahan
Yang lebih tragis, pernyataan Presiden Prabowo tersebut justru akan membuka jalan normalisasi bagi negara pembantai umat Islam di kemudian hari. Indonesia yang selama ini dibanggakan sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar bisa menjadi pelopor legitimasi terhadap eksistensi Zionis di dunia Islam.
Ini bukan sekadar kelalaian, ini adalah pengkhianatan historis yang akan dibayar mahal oleh umat. Wajar jika umat Islam merasa marah dan kecewa. Kita semua ingin genosida di Palestina dihentikan.
Semua umat Islam bahkan non muslim ingin Palestina merdeka, bebas dari penjajahan. Namun, jalan menuju hal itu bukan dengan mengakui penjajah, bukan dengan merangkul pembunuh anak-anak di bumi Syam tersebut, dan bukan dengan memeluk entitas yang sejak awal tidak pernah memiliki niat damai.
Tidak Ada Niat Damai
Zionis bukanlah entitas yang bisa diajak damai. Sejak awal, mereka mengukir sejarah mereka dengan darah, pengusiran, dan penindasan. Seluruh proses “negosiasi damai” selama puluhan tahun hanya dimanfaatkan untuk mengulur waktu, memperluas pemukiman ilegal, dan melemahkan perjuangan rakyat Palestina.
Seharusnya, yang dilakukan oleh para pemimpin negeri-negeri muslim adalah menampakkan keberpihakan total pada Islam dan umatnya. Seharusnya mereka mengumandangkan kemarahan, bukan mengulurkan tangan kepada penjajah. Sayangnya, dalam sistem kapitalisme-sekuler yang diagung-agungkan oleh banyak pemimpin Islam dewasa ini, menjadikan hubungan antarnegara diukur dengan neraca kepentingan bukan dengan akidah Islam.
Khilafah Satu-Satunya Solusi
Islam tidak pernah mengajarkan kompromi dengan penjajah. Islam tidak pernah mengajarkan untuk mengakui eksistensi musuh-musuh Islam. Dalam sejarah Islam, solusi terhadap penjajahan adalah satu, yaitu jihad fi sabilillah di bawah kepemimpinan pemimpin tunggal umat Islam yakni Khalifah.
Solusi dua negara hanyalah penyesatan. Solusi diplomatik hanyalah pengalihan isu. Solusi PBB hanyalah kedok munafik yang tidak pernah berpihak kepada umat Islam.
Kini saatnya umat Islam mengembalikan kejayaan politiknya melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiah ‘ala minhajin nubuwwah. Hanya institusi Khilafah yang akan mengerahkan seluruh kekuatan umat untuk membebaskan Palestina, menyudahi penjajahan Zionis, dan menutup pintu bagi seluruh bentuk normalisasi yang salah kaprah ini.
Satu-satunya jalan untuk mengakhiri penjajahan dan membebaskan Palestina sepenuhnya adalah dengan mengerahkan kekuatan jihad secara total di bawah kepemimpinan Khilafah Islamiah. Inilah solusi syar’i dan historis yang terbukti menumbangkan imperium-imperium kafir. Maka yang harus dilakukan umat hari ini bukanlah menempuh jalan kompromi, tetapi dengan kesungguhan, konsistensi, dan militansi ideologis memperjuangkan tegaknya khilafah melalui thariqah kenabian yang diwariskan oleh Rasulullah ï·º.
Bukan pernyataan diplomatik yang dibutuhkan umat. Tapi tekad, keberanian, dan sistem yang lahir dari wahyu ilahi, bukan dari konvensi Barat. Umat harus bersatu dan menyadari bahwa perjuangan ini bukan sekadar politik internasional. Ini adalah perjuangan ideologis, perjuangan hidup dan mati umat Islam. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: