Headlines
Loading...
Makanan Haram Menjamur di Populasi Muslim yang Subur

Makanan Haram Menjamur di Populasi Muslim yang Subur

Oleh. Imas Sunengsih, S.E.,M.E.
(Aktivis Muslimah Intelektual)

SSCQMedia.Com—Setelah viralnya ayam goreng Widuran yang berada di kota Solo menggunakan minyak B2 dan telah diumumkan bahwa ayam goreng tersebut nonhalal. Padahal, sudah berdiri sejak 1973, baru-baru ini diumumkan nonhalal. Akhirnya, pelanggan pun kecewa dengan penjual ayam goreng Widuran, mereka merasa tertipu selama ini. Pemerintah kota Solo langsung melakukan sidak ke warung ayam goreng tersebut.

Seperti yang dilansir dari laman Solokompas.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Jawa Tengah, akan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke warung makan atau pelaku usaha kuliner yang diindikasi nonhalal. Hal tersebut sebagai antisipasi agar peristiwa seperti rumah makan ayam goreng Widuran tidak kembali terulang (Kompas.com, 2/06/2025).

Beredarnya makanan haram terus menjamur di tengah masyarakat. Pasalnya, para pedagang hanya berorientasi kepada keuntungan yang besar dengan modal yang kecil. Berbagai cara dan bahan yang haram pun digunakan untuk mendapatkan untung yang besar. Inilah yang terjadi di tengah populasi muslim yang tumbuh subur. Sebab, aturan hidup hari ini bukan lagi agama yang menjadi standar melainkan sistem kapitalisme. Sistem ini telah menciptakan orang-orang yang rakus, haus akan materi tanpa memedulikan apakah itu dosa atau tidak.

Bahkan yang mirisnya lagi, negeri ini melegalkan miras dan judi. Tidak hanya makanan haram yang beredar tapi perbuatan yang haram pun sudah dinormalisasi di masyarakat. Inilah gambaran kehidupan sekuler yang menjadi asas dari kapitalisme. Tatanan kehidupan masyarakat kian rusak, jaminan konsumsi halal tidak terjamin.

Semua ini tidak akan terjadi jika kehidupan diatur oleh sistem Islam kafah, di mana syariat Islam sebagai pondasi dari sebuah tatanan kehidupan yang diatur oleh negara. Maka, akan tercipta tatanan kehidupan yang sesuai perintah Allah Swt. dan jaminan konsumsi halal pun terjamin.

 Landasan keimanan yang terpancar dari seorang muslim akan terlihat ketika melakukan perbuatan, tidak ada seorang muslim yang sengaja melanggar aturan Allah. Begitupun dengan negara akan memberikan sanksi tegas bagi yang melangar syariat Islam.

Untuk konsumsi halal, fungsi negara yang menerapkan sistem Islam kafah akan memproteksi dengan ketat dari barang/produk yang haram untuk masuk ke dalam negeri, sehingga tidak dikonsumsi oleh masyarakat. Sebetulnya makanan haram itu cuma ada 4 jenis sebagaimana Allah kabarkan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 173, sebagai berikut:

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ ٱلْمَيْتَةَ وَٱلدَّمَ وَلَحْمَ ٱلْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ بِهِۦ لِغَيْرِ ٱللَّهِ ۖ فَمَنِ ٱضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan Allah juga mengabarkan perihal minuman (khamar) dan perbuatan (berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah) yang diharamkan terdapat dalam Al-Qur'an surah Al-Ma'idah ayat 90, sebagai berikut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Jadi, seharusnya yang harus diberikan label itu adalah makanan dan minuman yang terkategori haram. Karena jelas makanan dan minuman yang halal itu jumlahnya banyak, sedangkan untuk makanan dan minuman yang haram sangat sedikit. 

Sistem kapitalistik telah menjadikan semua ini menjadi ladang bisnis untuk meraup pundi-pundi rupiah yang berlimpah. Berbeda di negara Islam,  negara akan memberikan pelayanan terbaik, menjamin kebutuhan pokok termasuk menjamin kehalalan produk untuk dikonsumsi dan memberikan rasa aman serta nyaman untuk rakyat. Kehidupan seperti ini yang kita harapkan, namun itu akan tercipta jika negeri ini menerapkan sistem Islam kafah.

Untuk itu, tugas kita bersama untuk mewujudkannya demi menyongsong kemuliaan dan keberkahan. Begitu juga dengan tatanan kehidupan akan terwujud dengan harmonis, gemah ripah loh jinawi. Maka, segera satukan langkah perjuangan, jangan hanya menunggu tapi ambil bagian dalam perjuangan.

Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: