Headlines
Loading...
Persatuan Berbasis Akidah: Kekuatan Umat Islam

Persatuan Berbasis Akidah: Kekuatan Umat Islam

Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Aktivis Muslimah Semarang)


SSCQMedia.Com—Dunia menyaksikan dinamika hubungan internasional yang seringkali bagaikan drama panggung. Seperti aliansi yang tampak kokoh tiba-tiba retak, kemudian bersatu kembali. Hubungan antara Donald Trump dan Benjamin Netanyahu, merupakan contoh nyata bagaimana persekutuan yang dibangun atas dasar kepentingan pragmatis semata, tanpa landasan nilai dan komitmen yang kuat, dapat runtuh secepat kilat. Peristiwa ini dapat menjadi pelajaran berharga, khususnya bagi umat Islam dalam memahami pentingnya persatuan yang kokoh dan berlandaskan akidah.

Contoh nyata kerapuhan persatuan berbasis kepentingan, terlihat dalam hubungan AS-Israel yang kompleks dan sering berubah-ubah. Kendati kerapkali  digambarkan sebagai aliansi yang tak tergoyahkan. Namun faktanya, hubungan ini menunjukkan kerapuhannya, ketika kepentingan berubah. Dan ketegangan antara Trump dan Netanyahu, berujung pada pemutusan hubungan langsung  (tempo.co, 9/6/2025). Hal ini bukan hanya perselisihan personal, melainkan mencerminkan retakan struktural dalam sebuah hubungan yang didasarkan pada kepentingan sesaat. 

Al-Qur'an, dalam surat al-Hasyr ayat 14, memperingatkan kita tentang hal ini: "Mereka mengira bahwa harta benda dan anak-anak mereka akan melindungi mereka dari (azab) Allah. Tetapi mereka tidak dapat melindungi mereka sedikit pun dari (azab) Allah, dan mereka adalah penghuni neraka."

Ayat di atas, relevan dengan dinamika politik internasional.  Persatuan musuh-musuh Islam, meskipun tampak tangguh, pada akhirnya akan rapuh karena didasarkan pada kepentingan individual dan kelompok, bukan pada nilai-nilai universal dan kebenaran.  Mereka mungkin bersatu untuk sementara waktu karena kepentingan bersama, tetapi di sisi lain  perbedaan kepentingan juga yang akan selalu menjadi sumber konflik dan perpecahan di masa mendatang.

Berbeda dengan aliansi-aliansi duniawi yang seringkali rapuh dan mudah runtuh karena didasari kepentingan sesaat, umat Islam memiliki fondasi persatuan yang jauh lebih kokoh.  Fondasi tersebut adalah akidah, sebuah keyakinan mendalam dan tak tergoyahkan yang melampaui kepentingan pribadi atau kelompok, yang menjadi perekat, menyatukan hati dan pikiran umat.

Bukti nyata kekuatan akidah ini, terlihat jelas dalam sejarah awal Islam.  Rasulullah Saw, dengan bimbingan ilahi, berhasil menyatukan suku-suku Arab yang sebelumnya saling bertikai dan bermusuhan.  Bukan melalui paksaan, manipulasi politik, atau kekuatan militer semata, melainkan melalui kekuatan iman sehingga beliau berhasil membentuk sebuah ummah yang kuat dan bersatu.  Ummah ini, meskipun terdiri dari berbagai suku dan latar belakang yang berbeda, mampu bersatu padu dalam satu tujuan: menegakkan kalimat Allah Swt.

Keberhasilan Rasulullah saw. ini, bukanlah sebuah keajaiban semata, melainkan buah dari pemahaman yang mendalam tentang kekuatan akidah. Hal ini yang kemudian melahirkan semangat jihad yang luar biasa, bukan sekadar untuk menaklukkan wilayah, tetapi untuk menyebarkan risalah Islam dan menegakkan keadilan, hingga mampu menaklukkan kerajaan-kerajaan besar seperti Persia dan Romawi.  Bukan semata karena jumlah pasukan yang besar, melainkan karena kekuatan spiritual dan komitmen bersama yang menggerakkan setiap individu untuk berkorban demi tujuan bersama. Mereka berjuang bukan hanya untuk kepentingan duniawi, tetapi juga untuk meraih ridha Allah Swt. dan membela agama-Nya.

Hal ini selayaknya menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam di masa kini. Di tengah arus globalisasi dan tantangan modernitas yang semakin kompleks, akidah tetap menjadi kunci utama dalam menjaga persatuan dan kesatuan umat. Dengan memperkuat akidah,  meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, serta menumbuhkan rasa persaudaraan yang sejati, umat Islam dapat menghadapi berbagai tantangan dan tetap teguh dalam memegang teguh prinsip-prinsip Islam.

Persatuan yang kokoh berdasarkan akidah bukan hanya sekadar impian, tetapi merupakan kebutuhan vital bagi umat Islam untuk menghadapi masa depan. Dengan kembali kepada sumber ajaran Islam yang benar, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk mencapai kembali persatuan ini, diperlukan kerja jamaah dakwah Islam yang ideologis, yang menjadikan akidah sebagai pengikat.

Jrmaah ini akan memimpin umat menapaki jalan perjuangan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., menuju tegaknya Khilafah, institusi yang akan menjadi pelindung bagi umat Islam di seluruh dunia,  melawan penindasan dan membela hak-hak mereka.  Dengan kekuatan iman dan solidaritas yang teguh, Khilafah mampu menghadapi kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan sekutunya, bahkan membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajahan.

Kesimpulannya, konflik yang terjadi antara Trump-Netanyahu, menunjukkan persatuan yang didasarkan pada kepentingan semata akan selalu rentan dan mudah runtuh.  Sebaliknya, persatuan umat Islam yang teguh, yang dibangun atas akidah yang kokoh dan komitmen pada nilai-nilai Islam, akan menjadi kekuatan yang tidak terhentikan, membawa pada tegaknya Khilafah, dan kemenangan Islam di dunia. Wallahualam bissawab. [US]

Baca juga:

0 Comments: