Perjuangan Meniti Jalan Demi Pendidikan
Oleh. D’ Safira
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Bagaimana saat kamu pergi ke sekolah, biasa-biasa saja atau penuh perjuangan? Ternyata di negeri ini masih banyak anak-anak sekolah harus menguras energi untuk bisa sampai ke sekolahnya masing-masing.
Pada awal tahun 2025, satu-satunya jembatan yang menjadi akses bagi warga Sukabumi ambruk akibat banjir, padahal jembatan itu belum lama diresmikan. Bahkan jembatan tersebut dibangun oleh para relawan, bukannya pemerintah. Ambruknya jembatan membuat para siswa SD tersebut harus rela basah-basahan bahkan bertaruh nyawa melewati derasnya arus sungai. Mereka terpaksa berenang menyebrangi sungai demi sekolah (detiknews.com, 07/01/2025).
Sementara di tempat lain, beberapa pelajar SD harus menyeberangi sungai hanya dengan seutas tali. Di Maluku, para pelajar menyeberangi sungai tanpa bantuan apa pun. Dan di Ambon jembatannya rusak, hingga para pelajar hanya bisa berpegangan di sisi kiri jembatan setiap harinya untuk sampai ke sekolah (Kompas.com, 11/10/2024).
Sungguh memilukan. Hal Ini menjadi cerminan bahwasannya pendidikan di Indonesia belum merata. Padahal pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap manusia. Dengan pendidikan, negara dapat melahirkan generasi yang mampu memimpin dan membangun peradaban.
Semua ini merupakan realita di negara kapitalis-sekuler. Pemimpin di negara ini hanya berperan menjadi pembuat dan penetap kebijakan bukan, sebagai pelayan umat. Kebijakannya pun jauh dari Islam. Mereka tidak peduli dampak yang dirasakan rakyatnya. Ini adalah akibat dari sekularisme yang telah banyak meracuni masyarakat.
Dalam sistem yang saat ini diterapkan, jabatan justru digunakan untuk memperkaya diri atau golongan. Jarang sekali di antara mereka tulus berusaha untuk memudahkan urusan rakyat. Mereka pun tidak segan melakukan penyimpangan saat menjabat. Selama ini mereka terus berdalih tidak memiliki cukup dana untuk memenuh fasilitas rakyat. Salah satu dampaknya adalah pendidikan menjadi sesuatu yang sah untuk diperjualbelikan.
Jelas, ini beda sekali dengan pendidikan dalam negara Khilafah. Pendidikan dipandang sebagai kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi negara tanpa terkecuali. Dipahami pula bahwa pemimpin merupakan pelayan dan pengurus rakyat yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Dengan benteng keimanan yang kuat dalam setiap diri pemimpinya, tentunya Khilafah mampu menjamin dan memberikan pelayanan terbaik bagi umat.
Masyarakat yang paham Islam, tentu tidak akan berdiam diri saja apabila penguasanya melakukan penyimpangan dan kezaliman. Mereka akan selalu mengoreksi penguasa.
Negara juga akan menyelenggarakan pendidikan dengan gratis dan merata, begitu juga dengan infrastruktur penunjang yang menjadi akses ke sekolah juga akan diperhatikan seperti yang terjadi pada zaman kegemilangan Islam dahulu.
Al Maqrizi menyebutkan bahwa di Madrasah al Fadliilyah terdapat perpustakaan yang sangat besar yang menyimpan hampir 100.000 koleksi kitab. Anggaran pendidikan tidak pernah jadi masalah karena ia diambil dari SDA yang dikelola oleh negara sendiri.
Jika semuanya sudah terjamin, siapa sih yang tidak betah belajar? Kondisi ini hanya akan ada jika Islam benar-benar diterapkan secara total. Wallahualam bishawab. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: