Oleh. Eka Suryati
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Palestina, terutama Gaza, telah menjadi simbol ketidakadilan dunia yang terus berlangsung sejak pendudukan Zionis Israel dimulai lebih dari tujuh dekade lalu. Wilayah yang dahulu subur, kini berubah menjadi puing-puing kehancuran akibat serangan militer brutal yang dilakukan secara berkala, bahkan dalam skala genosida. Gaza, dengan luas hanya sekitar 365 km² dan dihuni lebih dari 2 juta jiwa, menjadi “penjara terbuka” terbesar di dunia. Blokade darat, laut, dan udara telah melumpuhkan kehidupan warga sipil. Listrik, air bersih, obat-obatan, dan makanan langka, sementara anak-anak tumbuh di tengah deru pesawat tempur dan runtuhan bangunan. Pada tahun 2023 hingga 2025, kekejaman meningkat drastis, dengan pembunuhan massal warga sipil, pemboman rumah sakit, sekolah, dan kamp pengungsian, menunjukkan bahwa hukum internasional tak lagi dihormati. Hal tersebut sering dilaporkan oleh Al Jazeera (www.aljazeera.com).
Selama ini, janji perdamaian dan diplomasi internasional hanya menjadi topeng kosong. Resolusi demi resolusi PBB dilanggar tanpa konsekuensi. Negara-negara besar yang mengklaim membela HAM justru terang-terangan mendukung agresor dengan senjata dan veto, membungkam upaya keadilan. Bantuan kemanusiaan pun sering terhalang atau dipolitisasi. Namun, rakyat Palestina tak pernah menyerah. Perlawanan terus berlangsung, baik melalui senjata, tulisan, doa, hingga pendidikan anak-anak mereka yang tetap menghafal Al-Qur’an di bawah bayang-bayang bom. Karena Al-Qur'an memang sumber kekuatan umat Islam, sebagai anugerah dari Allah yang Maha Kasih.
Masihkah kita percaya pada mereka yang sejatinya bukan hanya tak memahami dunia Islam, tapi juga secara terang-terangan ingin merusaknya? Amerika, misalnya, menjadi contoh yang nyata dari hipokrisi global. Di satu sisi berbicara tentang hak asasi manusia, di sisi lain menjadi pemasok senjata terbesar bagi Israel. Dukungan itu bukanlah sekadar karena kepentingan ekonomi dan politik, tapi juga karena sentimen agama yang menempatkan keberadaan Israel sebagai bagian dari agenda keimanan mereka. Maka, bagaimana mungkin umat Islam masih berharap pada negara yang justru berkontribusi langsung terhadap penderitaan saudara-saudaranya?
Apakah kita masih bisa menaruh harapan pada janji-janji Israel? Berkali-kali mereka mengingkari perjanjian damai, menghancurkan gencatan senjata, dan menodai setiap kesepakatan dengan kekerasan. Bahkan dalam sejarah panjang mereka, pengkhianatan terhadap perjanjian bukan hanya dilakukan terhadap manusia, tapi juga terhadap Allah. Sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an, mereka melanggar perjanjian suci dan membunuh para nabi. Maka, bagaimana mungkin umat Islam yang percaya kepada Allah dan Kitab-Nya masih menyandarkan harapan pada mereka yang telah membuktikan diri sebagai pengkhianat dari generasi ke generasi?
Lalu, bagaimana dengan dunia Eropa? Mereka, yang secara historis menjadi pelindung kolonialisme dan penyebar luka penjajahan, kini menjadi sekutu setia Amerika dan Israel. Dalam narasi modern mereka menyuarakan demokrasi dan HAM, tapi ketika datang ke Palestina, suara mereka mendadak bisu atau hanya terdengar sayup penuh basa-basi. Maka, wahai umat Islam, saatnya menyadari bahwa dunia ini takkan berubah dengan terus menggantungkan harapan pada sistem kufur. Yang kita butuhkan adalah kekuatan yang lahir dari persatuan, dari satu arah pandang yang benar yaitu Islam sebagai solusi.
Duhai umat Muhammad, mari bersatu! Jangan terpecah-belah oleh batas negara dan bendera. Kita memiliki Al-Qur’an yang bukan sekadar kitab ibadah, tapi juga sumber sistem hidup. Dalam naungan syariat Islam, kita memiliki fondasi untuk membangun kekuatan politik, ekonomi, dan militer yang sejati. Palestina akan merdeka bukan karena belas kasihan musuh, tapi karena kekuatan umat yang bangkit bersama.
Duhai dunia Islam, jangan lagi menunduk dan mengemis pada dunia yang menolak kebangkitanmu. Ulurkan tanganmu pada saudaramu di Gaza, bukan dengan kelemahan, tapi dengan kekuatan yang tumbuh dari keimanan dan ketegasan.
Mari bangkit, kobarkan semangat jihad dalam seluruh bentuknya, melalui pendidikan, media, ekonomi, hingga kekuatan politik. Saat umat Islam benar-benar bersatu, kemenangan bukanlah kemungkinan, melainkan kepastian. Bebaskan Palestina, maka engkau akan membebaskan dirimu sendiri dari belenggu penjajahan sistemik yang telah lama menindas umat.
Maka, kini saatnya kita berhenti berharap pada dunia yang tuli terhadap jeritan Palestina, dan mulai menengadah penuh yakin kepada langit tempat janji Allah pasti ditepati. Jangan biarkan hati kita beku oleh ketidakpedulian dan terlena oleh janji manis para pendusta. Palestina menanti bukan sekadar simpati, tapi langkah nyata dari umat yang percaya bahwa kemenangan tak datang dari kompromi, melainkan dari iman yang tak tergoyahkan dan persatuan yang tak terpecah.
Mari genggam erat panji Islam, dan berjalanlah bersama menuju fajar kemenangan yang dijanjikan. Sebab selagi kita bersama Allah, maka tak ada yang benar-benar mampu mengalahkan kita.
Kotabumi, 14 Mei 2025 [An]
Baca juga:

0 Comments: