Headlines
Loading...

Oleh. Ratih Mayane
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Alhamdulillah bulan suci Ramadan masih bisa aku rasakan. Hingga detik ini, Ramadan yang ke 32 tahun mungkin dari usiaku. Bulan suci bulan turunnya Al-Qur'an sebagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad sang umi yang tidak bisa baca tulis, namun Al-Qur'an begitu indah. Allahu Akbar.

Di saat aku kecil aku belum tahu apa makna membaca Al-Qur'an. Yang aku tahu orang tuaku mengaji, membaca Al-Qur'an, beragama Islam, sholat dan ibadah yang lainnya. Selepas maghrib beliau menyuruhku untuk belajar iqra agar kelak bisa membaca Al-Qur'an. Sekedar dibaca dan belum mampu memahami maknanya. Lembar demi lembar dibaca setiap hari agar bisa menambah nilai ibadah. Menginjak remaja pun masih sekedar membaca, namun mulai merasa ada ketenangan setiap membacanya. Beberapa surat pendek sudah dihafal, beberapa ayat sudah dihafal karena tuntutan pelajaran sekolah. Belum spesifik memahami ayat-ayatnya, membaca terjemahnya. 

Perjalanan mengenal Al-Qur'an ternyata dari kecil hingga dewasa tidak langsung secara instan cinta. Sekarang aku merasakan betapa hebatnya Al-Qur'an. Penguatku disaat lemah, penenangku disaat gelisah. Ayat yang teringat ketika gundah gulana adalah QS. Ar-Ra'd ayat 28, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ 

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Ayat tersebut menegaskan bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Lantas mau mencari kemana lagi ketentraman itu kalau bukan pada ayat-ayat suci-Nya, firman-firman-Nya yang tertuang dalam Al-Qur'an."

Teringat saat duduk di bangku SMA, di saat ujian sekolah konsentrasiku terpecah karena memikirkan Ibu yang akan menjalani operasi pengangkatan ginjal. Dan rumah sakitnya jauh dari rumah, sehingga aku tidak bisa leluasa meminta restunya untuk menjalani ujian akhir sekolah. Sesak, sedih dan entahlah, di saat aku membutuhkan sosok Ibu untuk mendukungku menjalankan ujian, justru beliau pun harus menjalankan ujian lain dari Allah. Kami berjuang sesuai dengan jatah kami masing-masing. Alhamdulillah sudah berlalu. Dan masih selalu teringat, saat itu tempat mengadu hanya Al-Qur'an. Meski harus dengan menangis membacanya, namun ada ketenangan setelahnya seolah mendapat kekuatan dan keyakinan baru. Padahal saat itu aku belum membaca terjemahnya, tidak tahu apa maknanya. Namun ketenangan itu nyata. 

Hingga hari ini aku pun masih tetap membacanya. Sekarang aku lebih memahami betapa bernilainya, betapa berharganya Al-Qur'an. Ditambah lagi sudah bergabung dengan komunitas pecinta Al-Qur'an makin menumbuhkan rasa cinta dan butuhku akan Al-Qur'an. Jika dulu hanya sebatas tahu Al-Qur'an harus dibaca, sekarang semakin paham kenapa kita harus membacanya. Melalui terjemahan yang dibaca, ternyata Allah sudah memberikan petunjuk di dalamnya. Saat hati gundah gulana, buka Al-Qur'an dan Allah tunjukan ayat yang tepat dengan keadaan kita. Itu luar biasa dirasakan. Allah memberi petunjuk kepada hambanya yang mau menerima petunjuk. 

Mari kita jemput petunjuk dari Allah dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan hati ikhlas dan penuh pengharapan Allah ridai kehidupan. Ketika tidak ada harapan, yakin Allah yang akan tunjukkan. Aku selalu yakin dengan kun fayakun-Nya. Beberapa peristiwa memberikan pelajaran, bahwa manusia boleh berencana namun Allah lah penentunya. Pernah merasa sangat gagal, ternyata Allah tunjukkan jalan yang tidak disangka. Memang luar biasa ketetapan dari Nya. 

Ujian dari-Nya sekadar mampir, kesenangan pun sekadar mampir. Karena hakekatnya hidup akan selalu berjalan. Sedih, senang, suka dan duka semua akan berlalu seiring berjalannya waktu. Bagaimana kita menjalaninya, meresponnya maka itulah penentu hidup selanjutnya. Petunjuk-Nya sudah ada, tinggal kita mau tidak membacanya. Al-Qur'an adalah cahaya. InsyaAllah aku bertekad untuk selalu membaca dan memahaminya. Meski masih banyak dosa dan sedikit ilmu, tapi selalu ada kesempatan untuk terus memahami makna cinta-Nya. Hamasah!

Syukur tak terkira Allah masih memperkenankan diri yang lemah ini untuk kembali mendekap Al-Qur'an. Kembali mendapatkan cahaya kehidupan yang sempat redup. Sebelum mendalami Al-Qur'an dan sekedarnya saja membacanya hati gampang sekali gundah, mudah sekali marah, tidak menerima dengan baik ketetapannya. Semua terasa berat dan seakan semua dipikirkan sendiri. Inilah jiwa yang tidak terisi dengan ayat-ayat-Nya, menjadikan kita lupa bahwa ada yang senantiasa mengurusi urusan kita. Namun karena kesombongan yang tanpa sengaja, kita merasa bahwa kita lah yang mengurusi segalanya. Astaghfirullah.

Entah bagaimana jika Allah tidak menarik hatiku untuk kembali pada-Nya, senantiasa bercengkrama dengan ayat-ayat cinta-Nya. Jika Allah tidak menggerakkan hatiku untuk bergabung dengan komunitas pecinta Qur'an apa jadinya? Lemah berkepanjangan, hidup tak karuan perasaan yang bimbang. Padahal penenangnya sangat dekat, penguatnya lebih dekat dari urat nadi. Dalam komunitas akan saling mengingatkan dan saling menguatkan. Sahabat Surga Cinta Qur'an semoga selalu dalam keberkahan. 

Di bulan suci Ramadan Al-Qur'an diturunkan, umat muslim berlomba-lomba untuk khatam. Siapa yang tidak mau pahala yang berlipat? Satu huruf Al-Qur'an yang dibaca pahalanya sepuluh kali lipat, siapa tak tergiur? Hanya dibulan Ramadan, bukan bulan-bulan lainnya. Satu halaman saja sudah berlipat pahalanya. Jika bisa satu juz setiap hari? Beruntunglah orang yang melakukannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung, orang yang selalu dalam bimbingan dan lindungan Allah Swt. Tidak sekadar khatam, tapi mampu mempelajari dan memahami maknanya. Aamiin.

Al-Qur'an adalah pedoman kehidupan. Yang harus kita perhatikan untuk keselamatan dunia dan akhirat. Siapa yang mengikutinya, mulia hidupnya terang kuburnya, selamat akhiratnya. Wallahualam bissawab. []

Baca juga:

0 Comments: