Headlines
Loading...
Oleh. Meivita Ummu Ammar

SSCQMedia.Com- Hidup di dunia hanya sementara, akhirat selamanya. Begitulah ungkapan yang sering kami dengar dan membuat kami berpikir ulang atas setiap keputusan yang hendak diambil. 

Kami tinggal di salah satu desa yang ada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pada jenjang sekolah TK dan SD, kami menempuh pendidikan di sekitar tempat tinggal, masih di kecamatan yang sama. Berlanjut pada jenjang SMP, saya sekolah di kecamatan sebelah yang berjarak sekitar 3,2 km dari rumah. Adik melanjutkan SMP dan bermukim di pondok pesantren, dengan jarak 36 km dari rumah. Sedangkan adik bungsu memilih SMP sekaligus pondok pesantren dengan jarak 105 km dari rumah. 

Abi dan Ummi, orang tua kami pada dasarnya tidak menginginkan terpisah, terpaut jarak dengan putra-putrinya. Namun, karena kondisi tempat tinggal kami di desa, belum banyak lembaga pendidikan ataupun pondok pesantren di sekitar rumah. Kondisi ini mengharuskan kami ke luar kecamatan bahkan ke luar kota agar dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Abi dan Ummi beranggapan bahwa bekal ilmu akan menjadi bekal yang bermanfaat bahkan melebihi harta warisan.

Ketika kami ke sekolah atau pun ke pondok, sebenarnya Ummi merasa sedih. Sering kali Ummi berpesan, "Semangat ya nak, bersabar dalam menuntut ilmu. Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian. Sakit dahulu, senang kemudian."

Rasa sedih yang Ummi rasakan tak tampak saat kami berpamitan, namun air mata itu tersimpan, bercucuran di sepertiga malam. Kami pun merasa sedih ketika harus berjuang, kembali ke lembaga pendidikan. 

Saya pun teringat firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al Qur'an surat al Mujadalah ayat 11.

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan."

Allah memberi keistimewaan bagi orang yang berilmu. Ilmu dapat menuntun seseorang dalam menjalani kehidupan agar senantiasa berada dalam koridor kebenaran. Tidak melanggar ketentuan ataupun larangan yang Allah tetapkan. Beradab sebelum berilmu. Berilmu sebelum beramal. Insyaallah akan membawa pada jalan keselamatan. 

Alhamdulillah atas izin Allah, kegigihan, kesungguhan, serta semangat Abi dan Ummi telah mengantarkan kami tuntas menempuh jenjang perguruan tinggi. Salah satu nikmat yang senantiasa harus kami syukuri. 

Saat ini Ummi dikaruniai tiga orang anak, dua menantu, dan lima orang cucu. Pada momen tertentu, kami berkumpul di kediaman Ummi. Suasana yang awalnya sepi, karena hanya Abi dan Ummi yang tinggal di rumah, menjadi riuh dengan beragam polah tingkah kami. Cucu pertama senang bermain bola. Cucu kedua dan ketiga bersepeda. Cucu keempat bermain mobil-mobilan. Cucu kelima berlari-larian ke sana kemari. Jika kami kembali pada kesibukan masing-masing, kediaman Ummi tak lagi ramai.

Selain pada momen melepas putra-putri menempuh pendidikan, ada momen lain yang cukup berat untuk Ummi jalani. Meski berat dan sukar, namun Ummi berusaha untuk tetap tegar menjalaninya.

Ummi ringan tangan dalam membantu saudara. Sekalipun tak jarang mendapat perlakuan yang tidak baik dari mereka. Ummi berusaha agar tetap dapat membantu kesulitan keluarga besar, karib kerabat, dan tetangga. Harapannya, beban mereka menjadi lebih ringan. Prinsip Ummi cukup sederhana, "Kalau kita membantu orang lain, Allah akan membantu kita. Kalau kita berbuat baik kepada orang lain, meski mereka tidak baik kepada kita maka Allah akan mendatangkan kebaikan-kebaikan kepada kita. Bahkan dari jalan yang tidak disangka-sangka. Berbuat baiklah walau terasa pahit."

Waktu, tenaga, pikiran, aset, juga dana rela untuk dicurahkan oleh Ummi untuk membantu mereka. Bagi kami, ini bukan perkara yang mudah untuk dijalani. Ummi pernah mengalami kerugian jutaan bahkan puluhan juta rupiah ketika membantu mereka. Tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi berulang lagi dan lagi. Bukan hanya pada satu orang, namun terjadi pada yang lain juga. 

Setiap hari Ummi semringah, senyum terukir di wajah walau masalah membuat resah. Hadapi masalah dengan tenang, pikiran dingin, dan langkah terarah maka solusi terbaik akan didapatkan. Tentu dengan pertolongan dan rida Allah. 

Bisa jadi, bukan hanya Ummi yang mengalami hal ini. Di wilayah lain, banyak juga orang yang mendapat perlakuan tidak baik dari pihak yang telah dibantunya. Sistem kehidupan hari ini menyuburkan praktik kriminal ataupun penipuan. Ibarat pepatah, air susu dibalas air tuba. Belajar dari beberapa peristiwa yang terjadi, begitu mudah seseorang memutuskan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, melompat dari gedung yang tinggi, menceburkan diri ke laut karena rasa depresi yang menghantui. 

Kehidupan hari ini memang tak mudah. Kapitalisme sekuler telah mendorong setiap insan untuk meraup keuntungan besar dengan menerobos batasan halal haram. Akibatnya, timbul kekacauan dan perselisihan di tengah masyarakat. Hadirnya sistem Islam dalam kehidupan menjadi perkara yang mendesak diwujudkan, ini adalah konsekuensi keimanan. Sistem yang berasal dari Allah, terbukti akan membawa keteraturan, memberi keberkahan bagi manusia dan alam semesta. Allah telah memberikan bekal kepada manusia untuk menggunakan akal dalam memahami Al-Qur'an. Al-Qur'an diturunkan tidak untuk disimpan saja, melainkan agar diamalkan dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara. Jadikanlah Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, pasti akan selamat di dunia serta akhirat. [Hz]

Probolinggo, 1 Januari 2025

Baca juga:

0 Comments: